22

390 27 0
                                    

"Assalamu'alaikum" Salam Bram dan Resti masuk ke dalam ruangan

"Waalaikumsalam" Jawab semua orang yang berada di ruangan tersebut.

Bram dan Resti memasuki ruang inap Arsen dan Resti langsung menghambur ke pelukan sang putra yang berbaring lemas di brankar.

Sedangkan semua orang yang berada di dalam ruangan tersebut hanya menyaksikan adegan yang terjadi tanpa ada yang menyela sedikitpun.

Dalam dekapan, Resti selalu saja meminta maaf dan maaf yang keluar dari mulutnya. Arsen yang tengah dalam dekapan Resti itu pun senang karena ternyata mama-nya masih peduli dengannya, dilain sisi ia bingung kenapa mama-nya meminta maaf sedari tadi.

Resti mengurai pelukannya dan kembali mengucapkan maaf lagi.

"Maafin mama Sen. Maaf karena mama kurang perhatian sama kamu, mama kurang peduli sama kamu, mama kurang~" Resti tidak menyelesaikan ucapannya tatkala Arsen menyelanya terlebih dahulu.

"Mama ngomong apa sih? "

"Mama Minta maaf Arsen, mama kurang perhatian sama kamu sama bang Aslan juga jadi~" Lagi-lagi Arsen menghentikan ucapan mamanya ketika sudah menyangkut nama Aslan ia akan terlihat lemah.

"Mama nggak pernah salah di mata Arsen, walau terkadang emang Arsen merasa sendiri, nggak tau mau cerita sama siapa, mau ngeluh nggak akan ada yang mau dengerin dan soal bang Aslan bukan salah mama juga, Alloh sudah gariskan takdir buat setiap umatnya sebelum mereka lahir ma" Kata Arsen menumpahkan semua kata kata yang ingin ia utarakan selama ini.

"Arsen nggak akan pernah bisa buat nggak perduli sama mama, karena mama lah yang rela ngandung aku sama bang Aslan sampe 9 bulan dan ngelahirin Arsen sama bang Aslan dengan bertaruh nyawa, dan kalaupun Arsen nggak peduli sama mama untungnya apa coba buat Arsen?" Lanjutnya.

Semua orang yang berada di ruangan tersebut terenyuh dengan kata-kata Arsen tersebut. Memang tak sepantasnya seorang anak tak peduli dengan orang tua terutama sangat bunda, karena setiap jalan kita akan selalu ada doa dari sang bunda walaupun kamu tak menghargainya lagi.

"Makasih nak " Kata Resti kemudian kembali menghambur kepelukan sang putra.

Semua orang yang berada di dalam sana paham dengan apa yang Arsen dan Resti serta Bram rasakan namun, beda dengan Rafael, Chaca, dan Aurum yang masih bingung dengan yang sebenarnya terjadi.

Iya Aurum. Memang tadi setelah mendengar bahwa Arsen telah siuman Aurum ngotot ingin ke ruangan Arsen dan akhirnya Chaca yang sedang bersama Aurum mau tidak mau harus mau menuruti perintah Aurum.

Memang tanda tanya besar ketika menyebutkan nama orang yang sangat asing bagi mereka. Apalagi diketahui Arsen adalah anak tunggal.

Resti mengurai pelukannya dan menatap sekitar hingga netranya menatap sosok perempuan dengan selang infus yang berada di sampingnya. Ia adalah Aurum.

Lalu Resti menghampiri Aurum. Aurum yang tau akan didatangi pun memasang senyum lima jarinya.

"Kamu nggak papa kan sayang? " Tanya Resti yang berdiri di depan Aurum .

Aurum menjawab dengan anggukan "nggak papa kok tan, Aurum nggak separah Arsen. Maafin Aurum karena buat Arsen terluka" Katanya sambil mengubah raut wajahnya menjadi sendu dan menunduk.

"Ssttt, nggak papa, kan sekarang Arsen juga udah baikan iya kan? " Resti menjawab dengan senyuman.

Aurum mengangkat wajahnya lalu tersenyum simpul. Resti mengusap pipi Aurum lembut. Aurum tersenyum simpul dan detik selanjutnya ia membawa Resti ke dalam pelukannya, Resti pun dengan senang hati membalas pelukan tersebut.

From Hate To Love [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang