2

1K 90 5
                                    

Votenya jangan lupaaa!

Author POV

Sudah satu minggu pembelajaran dilaksanakan. Beberapa ekstrakulikuler juga sudah mulai aktif. Beberapa diantaranya sibuk merekrut anggota baru.

Karena hal itu lah Viola harus berada di sini, di depan ruang OSIS. Bukan untuk mendaftar sebagai anggotanya, melainkan menunggu Arsen yang sedang mengurus pendaftaran calon anggota OSIS baru.

Jabatan sebagai sekretaris membuat Arsen cukup sibuk. Ia juga mendapat tanggung jawab untuk mengurus pendaftaran calon anggota OSIS baru.

Sudah lebih dari dua jam Viola menunggu Arsen. Tapi cowok itu tak kunjung selesai. Tapi tak apa lah, menunggu sudah menjadi kegiatan rutin Viola. Pasalnya sedari taman kanak-kanak ia sudah terbiasa bersama Arsen. Dan kebiasaan itu bertahan sampai sekarang, bahkan pulang pergi ke sekolah bersama sudah menjadi hal yang wajib. Entah mengapa ketika ada Arsen ia merasa aman.

"Lo masih di sini, Vi?"

Viola mendongakkan kepalanya kala mendengar suara yang berasal dari orang di depannya.

"Iya lah Re, kan Arsen belum keluar," ucap Viona pada orang yang ia panggil 'Re'.

"Tapi kita belum selesai, Vi. Mungkin masih setengah jam lagi," ucap Resa, salah satu anggota OSIS.

"Mending gue nunggu Arsen daripada pulang sendirian," ucap Viola.

"Maaf ya karena nggak bisa ajak Lo masuk. Ini Arsen juga usaha biar cepet selesai," ucap Resa.

"Nggak papa kok, Re. Kalau pun gue masuk, gue mau ngapain coba," ucap Viola.

"Ya udah kalau gitu, gue masuk dulu ya, Vi."

"Iya, Re."

Setelah Resa kembali masuk ke ruang OSIS, Viola berdiri dari duduknya. Ia merasa haus karena belum minum sejak tiga jam yang lalu. Setelahnya gadis berambut panjang itu beranjak meninggalkan ruang OSIS untuk menuju kantin.

Viola berjalan dengan pelan, tiba-tiba ia memikirkan persahabatannya dengan Arsen. Sebenarnya ada rasa takut saat ia memikirkannya.  Bagaimana jika Arsen tahu perasaannya? Apakah Arsen masih mau bersahabat dengannya, atau bahkan memilih pergi dan melupakan segalanya.

Viola tak bisa membayangkan jika ia berada di posisi itu. Ditinggalkan Arsen merupakan suatu bencana besar. Karena ia sudah bergantung pada cowok itu. Viola tak ingin persahabatannya hancur, tapi ia ingin status mereka lebih dari sahabat.

BRUK!

"Awh," ringis Viola saat ia merasakan pantatnya mendarat di lantai tanpa aba-aba.

"Maaf-maaf gue nggak sengaja."

Viola menatap orang yang berbicara di depannya, seorang gadis yang tampak asing. Ia tak memakai seragam seperti dirinya, melainkan celana jeans dan kemeja.

"Gue yang salah, lagi jalan malah ngelamun," ucap Viola seraya bangkit dari lantai.

"Gue duluan ya, sekali lagi gue minta maaf," ucap gadis itu. Setelahnya berjalan dengan terburu-buru, meninggalkan Viola yang menatap kepergian gadis itu.

"Cantik banget, tapi nggak tahu siapa namanya," gumam Viola.

Viola mengangkat bahunya acuh. "Mungkin aja anaknya guru. Makanya nggak pakai seragam."

Viola melanjutkan perjalanannya yang sempat tertunda, ia baru sadar jika telah berada tak jauh dari kantin. Gara-gara memikirkan Arsen fokusnya jadi hilang.

Kantin masih lumayan ramai dengan siswa-siswi RSHS, diantaranya adalah segerombolan siswa yang sedang bercanda ria.

Setelah selesai dengan urusannya, Viola meninggalkan kantin. Dengan langkah sedikit cepat ia berjalan menuju ruang OSIS. Rasanya ia sudah tak sabar untuk membuka minumannya, karena ia sudah terbiasa minum dalam posisi duduk.

Bertepatan dengan botol terbuka, pintu ruang OSIS berdecit, menampilkan sosok Arsen dengan wajah lelahnya. Tanpa basa-basi Arsen merampas air mineral milik Viola, kemudian meneguknya hingga menyisakan seperempat botol air.

"Arsennn! Gue haus banget, malah airnya lo habisin," ucap Viola dengan kesal.

"Ini masih," ucap Arsen sambil menyodorkan botol air itu pada Viola.

Viola menyambar botol itu dengan cepat, lalu ia meneguk air itu hingga tandas. Tenggorokannya masih terasa kering, andai saja airnya tidak diminum oleh Arsen, pasti kini rasa hausnya telah hilang.

"Mukanya santai dong, Neng. Udah jelek tambah jelek," ucap Arsen.

"Mata lo rabun? Gue yang cantik kayak gini lo bilang jelek? Aneh banget lo," ucap Viola dengan percaya diri.

"Iya-iya lo itu cantik, abang-abang o kalah cantik," ucap Arsen.

"Ini mau muji atau ngehina sih," ucap Viola dengan kesal.

"Kalau bisa dua-duanya kenapa nggak?" ucap Arsen.

"Laknat lo ya," ucap Viola.

"Ekhem! Kalau mau pacaran jangan di depan ruang OSIS dong." Ucapan Resa menginterupsi keduanya.

"Arsen tuh berisik banget jadi cowok," ucap Viola.

"Mana ada! Di mana-mana cewek yang cerewet," ucap Arsen.

"Gue kalem kayak gini dibilang cerewet," ucap Viola.

"Kalem dari mana coba? Lo itu mirip sama burung beo," ucap Arsen.

"Ma--"

"Stop! Bukannya diem malah debat di sini. Pulang sana!" ucap Resa seraya melambaikan tangan, gerakannya seperti mengusir ayam yang masuk ke kebun.

"Dasar Rese!" ucap Arsen sambil menarik tangan Viola, membawanya menjauh dari Resa.

"NAMA GUE RESA, BUKAN RESE, ARSENNN!"

"BODO AMAT! GUE NGGAK DENGER!"

"Apaan sih, Sen. Toa banget tau nggak," ucap Viola seraya mengusap telinganya. Hal itu karena Arsen berteriak tepat di sampingnya.

"Kalau bisik-bisik Resa nggak bakalan denger," ucap Arsen.

"Tapi nggak teriak juga kali, kayak hutan aja. Lagian nanti kalau ketua OSIS denger mampus lo," ucap Viola.

"Si Aldi itu udah jinak sama gue, Dia nggak bakalan berani sama gue," ucap Arsen.

"Emangnya apaan, pakai jinak segala,"  ucap Viola.

"Nggak usah kebanyakan ngomong. Nih pakai, kita pulang," ucap Arsen. Tanpa perasaan ia memakaikan helm secara paksa ke kepala Viola.

"Arsen ih! Sakit tau," ucap Viola kesal.

"Bodo amat. Cepetan naik, kalau lama gue tinggal," ucap Arsen seraya menyalakan mesin motornya.

"Iya-iya." Dengan cepat Viola naik di motor Arsen. Tak lupa ia melingkarkan tangannya di perut Arsen. Setelahnya motor ninja itu melaju dengan kecepatan sedang, meninggalkan area sekolah yang hanya menyisakan beberapa orang.
,
_______________________________________

Yeay up lagi. Jadi cerita ini updatenya bakalan lebih cepet ketimbang ceritaku yang lain. Maklum, harus ngebut biar cepet selesai.

Purwodadi, 12 Juli 2020

PLEASE BE MINE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang