18. Dugaan Benar

13.8K 1.2K 18
                                    

Atlantis berjalan dengan murka melewati koridor sekolah. Matanya menyorot tajam. Setiap langkahnya memancarkan aura yang begitu mencekam. Rahangnya mengeras hingga urat di lehernya menonjol. Kedua tangannya terkepal kuat. Pertanda ia sedang dalam keadaan yang tidak baik. Pasti ada sesuatu yang membuatnya terlihat semarah itu.

Atlantis tidak mempedulikan tatapan dari murid lain yang menatapnya takut-takut. Atlantis sedang dikuasai amarah hingga ia sendiri tidak bisa mengendalikan dirinya. Bahkan panggilan dari teman-temannya yang mengejar di belakang tidak dihiraukannya. Tujuannya sekarang hanya satu. Menghabisi si penghianat Zavior.

Brak!

Atlantis menendang pintu kayu coklat tua yang tadinya setengah tertutup hingga terbuka lebar, menimbulkan suara gaduh yang menarik perhatian seisi kelas tersebut. Bahkan para murid yang beralu lalang di sekitar sana terjengat kaget mendengarnya.

Saat ini Atlantis tengah berdiri di ambang pintu kelas 12 ipa 4 dengan tatapan murka ke arah murid laki-laki yang duduk di barisan paling belakang.

Tanpa membuang waktu Atlantis menggerakkan kakinya menghampiri murid laki-laki itu. Setiap langkahnya terdengar marah. Semua orang hanya bisa terdiam di tempat dengan tatapan takut. Dengan cepat Atlantis menarik kerah kemeja murid laki-laki itu hingga membuatnya berdiri. Detik berikutnya ia memukul rahang murid laki-laki itu hingga membuatnya terlempar ke samping. Atlantis kembali menarik kerah kemejanya lalu menyudutkan tubuhnya di tembok.

"Berani-beraninya lo jadi mata-mata Gardon di sekolah ini," desis Atlantis penuh penekanan di depan wajah murid laki-laki yang ia ketahui bernama Rey itu. Atlantis bisa melihat pancaran ketakutan dari kedua mata Rey.

"Gu-gue terpaksa," jawab Rey dengan terbata-bata karena takut.

"APA TUJUAN LO NGLAKUIN ITU HAH?" teriak Atlantis.

"GUE TERPAKSA!" jawab Rey tak kalah berteriak.

Bug!

Lagi lagi Atlantis memukul rahang Rey karena merasa tidak puas dengan jawabannya. Tubuh Rey menabrak meja dan kursi hingga menimbulkan bunyi yang gaduh. Atlantis tidak peduli Rey melakukan secara terpaksa atau tidak. Yang jelas, Rey adalah penghianat. Tidak ada kaya ampun untuk seorang penghianat.

"So-sorry gue diancam," ucap Rey saat Atlantis hendak memukulnya kembali. Namun Atlantis tidak peduli. Ia tetap memukul wajah Rey hingga berdarah. Ia sudah hafal dengan akal bulus penghianat yang mengaku diancam saat sudah ketahuan seperti ini. Dia pikir Atlantis akan percaya begitu saja? Jangan mimpi! Rey bukan penghianat pertama kali di Zavior. Dan semua penghianat akan berakhir sama di tangan Atlantis.

"SIAPA YANG NYURUH LO JADI MATA-MATA DI SINI, BANGSAT?!" teriak Atlantis semakin membabi buta memukuli wajah Rey.

Atlantis menarik tubuh Rey lalu melemparnya ke samping. Menendang perut Rey hingga tubuh belakangnya menghantam tembok dengan keras. Kali ini Rey tidak tinggal diam. Ia balas menendang perut Atlantis hingga membuat tubuh Atlantis terlempar ke belakang. Dan sialnya, tendangan itu tepat mengenai bagian perut Atlantis yang terluka.

Dengan sigap Atlantis kembali berdiri. Kini keduanya saling melayangkan tatapan sarat akan permusuhan. Tidak ada lagi ketakutan di wajah Rey. Hal itu membuat Atlantis semakin geram ingin menghabisinya.

"SIAPA YANG NYURUH LO?!" Atlantis terus memaksa Rey untuk mengaku.

"GUE GAK AKAN KASIH TAU LO! LEBIH BAIK GUE MATI DARIPADA HARUS JUJUR!"

Tanpa aba-aba Atlantis maju dan menendang perut Rey hingga tubuhnya terpental ke lantai. Seberani apapun Rey, ia tetap akan kalah jika melawan Atlantis.

AR [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang