Pengantin Pengganti
"Semuanya ready?" tanyaku pada kru wedding organizer.
"Ready," jawab mereka bersamaan.
"Mc silahkan mulai," ucapku sambil berjalan menuju belakang panggung.
Sejak subuh tadi aku sudah berada di ballroom hotel Gran Melia Jakarta untuk mengecek apakah semuanya sudah siap. Hampir saja terjadi keributan kecil antara kami dan pihak hotel. Ya, seperti biasa timku selalu teledor, untungnya Ryan bisa mengatasinya.
"Mbak, duduk dulu deh apa nggak cape itu kaki?" tegur Ana, dia membawakan kursi untukku.
"Udah biasa, Na. Gue kan mantan spg," balasku.
"Muka lo pucet, Mbak. Lo lagi isi ya?"
Kuberika dia lirikan sinis. Teori dari mana kalau wajah pucat artinya lagi hamil? Capek-capek sekolah berapa tahun tapi ilmunya nggak dapat. Aku jadi kesal.
"Nggak ada isi-isian, lo kira gue tahu isi?" Lalu aku berjalan menuju kamar pengantin untuk melihat apakah pengantin wanitanya sudah selesai berdandan. Ini permintaan pengantin untuk hadir ketika dia sudah sah dengan suaminya.
Mbak Rona dan Mas Agil adalah pasangan yang luar biasa romantis. Bertemu mereka itu bikin kita yang lihat jadi kepengen juga punya pasangan kayak Mas Agil. Tapi sayang dia sudah sold out. Ya, aku juga sudah sold out sih, tapi mau menunggu juga boleh.
"Makasih ya, Mbak sudah mau bantu acara pernikahanku," ucap Mbak Rona.
"Iya sama-sama, duh pengantin tuh ya auranya beda banget. Aura-aura yang nggak bisa dijelaskan," balasku.
Mbak Rona tertawa. Tak lama kemudian ia diminta untuk keluar karena sebentar lagi Mas Agil akan melaksanakan ijab qobul. Aku menjadi saksi secara jauh bagaimana mantapnya Mas Agil mengucap nama Mbak Rona.
"Nggak usah mupeng gitu, Mbak, lo kan udah pernah ngerasain," kata Yumna.
Pernah, tapi rasanya biasa aja karena yang mengucapkannya bukan orang yang aku cintai. Mungkin di pernikahan selanjutnya, dengan orang yang tepat, aku akan merasakan kebahagiaan itu. Jangan terkejut, aku memang sudah punya rencana untuk tidak bersama Zain selamanya. Kalau semua masalah ini selesai, pada akhirnya kami harus berpisah.
Mbak Rona digandeng oleh orangtuanya untuk duduk di sebelah Mas Agil. Seperti pengantin pada umumnya, acara selanjutnya yaitu pemasangan cincin, tanda tangan di buku nikah, berfoto bersama. Kami para wedding organizer tinggal memantau dengan siap siaga.
Ryan datang dari arah belakang panggung. Dia membawa sebotol air mineral lalu diberikannya padaku. "Minum, Mbak. Pucet banget itu muka."
"Gue baik-baik aja, emang lagi make lipstick nude sih makanya rada pucet," sahutku lalu meminum air mineral yang diberikannya.
"Pulang sama siapa, Mbak?" tanya Ryan.
"Sama suami, gue hari ini mau ngajak dia buat liat-liat furniture," jawabku.
Ryan mengangguk lalu berpamitan untuk kembali ke belakang. Dia yang mengawasi bagian konsumsi, kalau lengah sedikit saja pasti akan ada masalah. Pokoknya kalau ada acara begini komunikasi harus selalu jalan antara satu dan lainnya.
Kalau acara pernikahan begini, aku dan tim memakai batik. Untuk pria atasan batik dan celana kain warna hitam. Kalau wanitanya atasan batik, boleh memakai rok atau celana berwarna hitam untuk bawahannya. Hari ini aku memakai rok, oh jangan lupa dengan high heels hitam setinggi tujuh cm yang membalut kaki.
Sejujurnya sakit menggunakan high heels, tapi aku suka. Kaki terlihat lebih berkelas, tapi aku juga suka pakai sendal jepit kalau jalannya dekat dari rumah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Pengantin Pengganti
RomansaHanin menerima lamaran dari Zain atas dasar paksaan tapi tak bisa dipungkiri kalau dulu ia punya rasa pada pria keturunan arab itu. Dipikirannya, menjadi istri seorang Zain adalah hal yang paling membahagiakan. Tapi Zain tidak berminat menjalani rum...