29

367 31 2
                                    

-Sana Pov-

"kamu udah selesai" tanya Renjun saat mengetahui aku sudah berada di luar.

"mana Mina?" tanya ku balik pada laki-laki yang sekarang berdiri menyender di mobilnya, tanpa menjawab pertanyaan yang ia lontarkan untukku.

"jawab pertanyaan aku dulu San"

"iyaa udah. Mana Mina?" tanyaku balik.

Ya---sejak kejadian dua hari yang lalu, aku merasa bersalah dengan Mina. Aku telah membuatnya bingung. Bahkan aku juga masih belum berani menjawab pertanyaan nya.

"dia udah balik, katanya capek. Terus dia nitipin kamu ke aku" jawab pria itu.

Aku hanya ber-oh-ria. Tapi tetap saja, aku masih takut jika ia masih marah padaku. Tapi aku akan mecoba untuk selalu berfikir positif.

~~~¤¤~~~

"aku langsung balik ya San" ucap pria yang telah mengantar ku pulang ke rumah dengan selamat.

Mendengar itu, aku hanya mengangguk. Bukan maksudku untuk menyuruhnya agar cepat pulang.

Tapi, sungguh waktu itu tenaga dan pikiran ku benar-benar lelah, setelah tiga jam lamanya aku mengerjakan soal-soal tes.

Ia langsung kembali masuk ke mobilnya. Sesekali melambaikan tangannya padaku dan membunyikan klakson nya.

Aku membuka pagar pintu rumah, dan langsung masuk kedalam. Aku mulai duduk di bangku teras dan melepas sepatu yang ku kenakan.

Aku seperti mendengar suara wanita yang sedang tertawa didalam. Mungkin itu temen arisan mama. Jadi, aku akan duduk disini sampai beliau keluar.

Suaranya benar-benar berisik. Sungguh, andaikan waktu itu aku membawa earphone. Mungkin sudah ku putar lagu clap-seventeen.

Setidaknya dengan mendengarkan musik itu, aku bisa lebih tenang sekarang. Daripada harus mendengar suara yang menurutku itu sangatlah berisik.

•••


"oh, jadi ini anaknya. Tambah gede makin cantik ya... Hehe"

Suara wanita itu cukup lembut. Lalu, siapa yang tertawa didalam rumah. Aku masih heran. Apa itu suara mama ku, tapi sudahlah nggak penting juga.

"Kamu Sana kan?" ucap wanita yang usia nya masih kepala empat.

"i-iyaa tan, tante siapa ya?"

Sial nya, bukannya menjawab pertanyaan ku, tante itu malah pamit ke mama. Ia langsung meninggalkan rumah dan tersenyum menghadap ku.

Senyumannya sangat tulus. Seperti senyuman seorang ibu yang baru bertemu dengan anaknya setalah menghilang lama.

"gimana ujiannya, lancar kan? Susah nggak? Kamu mau mama masakin apa sekarang?"

Belum juga aku jawab, mama udah menghujani aku dengan berbagai pertanyaan nya.

Aku nggak mau jadi anak yang durhaka, jadi aku terpaksa menjawab pertanyaan nya satu persatu. Ya---walaupun saat itu kepala ku benar-benar pusing.

My Idol is My Husband [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang