Chapter 20

6.9K 619 11
                                    

"Bayiku, Alymer" gumam Arabel yang membuat Alymer menghentikan langkahnya ketika kurang 5 langkah lagi mendekati Arabel.

"Kau membawaku kemari. Jika... jika kau tak memaksaku. Mungkin dia sudah berlari atau memanggilku Mama" ucap Arabel kembali

Ya, jika saja tidak ada kejadian itu. Saat ini mungkin bayi Arabel akan berlari dan memanggil Arabel Mama. Anaknya akan berusia empat tahun dan pasti sangat menggemaskan.

Air mata meleleh di pipi Arabel. Perempuan itu menggenggam tangannya erat untuk menahan segala amarahnya. Sedangkan Alymer tertegun melihat air mata Arabel yang mengalir.

Perempuan iyu terlihat rapuh dan membuat Alymer ingin sekali menariknya dalam pelukan. Rasa rindu Alymer sudah dipendamnya selama sebulan ini. Ya, Alymer merindukan Arabel, istrinya

Melihat keadaan Arabel yang datang dengan keadaan sehat membuat Alymer lega. Arabel terlihat sehat walaupun wajahnya sedikit tirus dan memucat.

"Kau tidak tau perasaanku" ucap Arabel yang membuat Alymer menggelengkan kepalanya.

"Aku tau rasa itu, Bel. Itu anakku dan aku ikut kehilangannya. Kau yang tak pernah mengerti perasaanku" gumam Alymer dengan suara pelannya.

Arabel melihat tatapan kosong yang terpancar dari mata Alymer. Dengan bingung Arabel melihat tangan Alymer yang bergerak resah. Pria itu terlihat beda dari sikap angkuh dan dingin yang selalu melekat di diri Alymer

"Kau tak tau perasaanku, Bel. Hahaha kau tak akan tau" suara Alymer tiba-tiba berubah menjadi tinggi.

Alymer tertawa keras yang bagi Arabel itu terlihat sangat menyeramkan. Alymer meremas rambutnya dengan keras. Tubuh Alymer terlihat bergetar dengan hebat.

"Kau sedih dan hancur dengan mereka, temanmu! Aku ? Hancur sendiri, Bel. Kau tidak pernah berpikir bukan haha tentu saja" ucap Alymer dengan keras seakan kehilangan kendali.

Ucapan Alymer sukses menusuk masuk ke dalam hati Arabel. Hal itu seakan menampar Arabel dengan begitu kerasnya yang membuat Arabel terdiam

"Kau hanya memikirkan satu hal. Lari dariku hanya itu yang kau tau tanpa berpikir aku sedang mengusahakan segalanya untuk, Bel. Hanya untukmu"

Tubuh Alymer tiba-tiba langsung meluruh dan terjatuh ke lantai dengan suara yang sangat keras. Ada sebuah benda kecil yang tertancap tepat di punggung Alymer. Benda yang sama seperti benda yang membius Arabel.

Gris datang bersama beberapa orang lainnya. Arabel seakan masih terpaku dengan hal yang baru di dengarnya. Arabel masih berdiri dengan wajah piasnya.

Gris mendekat kearah Arabel dan memegang pundak perempuan itu. Arabel mendongak menatap Gris pria itu terpihat kikuk. Semua bawahan Alymer mendengarkan semua percakapan itu.

Seakan rahasia Tuannya terbongkar sedemikian lebar. Gris sudah merencanakan semuanya agar Alymer bisa dibawa tanpa adanya pemberontakan. Ketika Alymer lengah dengan cepat Gris menyuruh anak buahnya untuk menembak Alymer.

Gris hanya takut jika Tuannya itu akan kehilangan kendali dan menyebabkan hal yang akan disesalinya nanti. Gris begitu khawatir melihat keadaan Arabel yang terlihat begitu kaget.

"Maaf aku harus melakukan itu. Tuan harus segera dibawa ke rumah sakit. Kau sepertinya harus diperiksa kau terlihat shock" ucap Gris

Bawahan Alymer bergerak begitu cepat menangani semuanya. Arabel hanya bisa diam ketika melihat tubuh Alymer dibopong keluar dari villa ini.

Hingga di sinilah Arabel duduk lorong rumah sakit yang terlihat sepi. Arabel baru saja dari rumah sakit umum. Awalnya Arabel bingung kenapa arah mobil yang dikendarai Gris berbeda dengan mobil yang membawa Alymer.

Gris hanya diam saja dan membawanya ke rumah sakit umum. Hal itu membuat Gris mau tidak mau tau jika Arabel tengah mengandung. Tetapi Gris hanya diam saja dan tak berkomentar.

Akhirnya Arabel tau kemana Alymer dibawa. Di sinilah Arabel akhirnya tau segala kenyataan yang seakan tersimpan rapi. Atau Arabel saja yang menutup mata dan tak peduli.

Kenyataan yang mampu membuat Arabel terbungkam dan terpukul telak. Kenyataan jika Alymer segera dilarikan ke rumah sakit jiwa. Kenyataan jika Alymee membutuhkan penanganan khusus.

"Setelah mengurus administrasi. Kau akan kuantarkan pulang" ucap Gris yang baru saja masuk ke dalam ruangan itu.

"Kenapa Alymer dilarikan ke sini ?" Gumam Arabel yang membuat Gris yang ingin beranjak langsung terdiam.

"Kenapa tidak ke rumah sakit umum ?" Arabel terus bertanya tanpa mau memandang Gris

Gris membalikkan badannya dan menatap Arabel dengan pandangan menyesal. Tidak pernah dibayangkan jika Gris harus melihat sahabatnya sendiri dalam keadaan seperti ini.

Sahabat sekaligus istri dari atasannya. Melihat seseorang yang dihormatinya bersedih dan terpuruk sudah cukup membuat Gris bersedih. Posisi saat ini begitu rumit dan sulit dijelaskan. Tetapi Arabel harus mendaptkan jawaban semuanya.

"Mendengar berita tentang kau yang keguguran membuat Tuan begitu terpukul. Beliau menjalankan segala pemeriksaan karena menyediakan tempat untuk pengguna pesta sabu. Beliau dihukum dan tepat setahun hukuman Tuan ditemukan melakukan percobaan bunuh diri"

Arabel mencengkram jaket yang digunakannya dengan erat. Apa yang diungkapkan oleh Gris begitu menyesakkan di dada Arabel. Jantungnya seakan ditikam dengan puluhan pisau

"Tuan Alymer dinyatakan memliki gangguan mental karena guncangan yang dihadapinya. Perlu waktu hampir dua tahun untuk penyembuhannya. Akupun baru mengetahui tentang penyakit ini setelah ditetapkan menjadi tangan kanan resmi Tuan Alymer sebulan yang lalu"

"Kau sedih dan hancur dengan mereka, temanmu! Aku ? Hancur sendiri, Bel. Kau tidak pernah berpikir bukan haha tentu saja"

*-*-*

Arabel menatap Alymer yang tertidur dengan pulas di ranjangnya. Ini sudah pukul dua malam dan Alymer belum menunjukkan tanda-tanda akan terbangun. Pria itu masih lelap dengan pengaruh obat bius.

Setelah meyakinkan Gris akhirnya Arabel memutuskan untuk ikut menunggu Alymer hingga tersadar. Sejak tadi Arabel sama sekali tidak bisa tertidur. Padahal Gris sudah menyiapkan kasur empuk untuk menunggu Alymer.

Seseorang mejbuka pintu dan membuat Arabel menoleh. Dilihatnya seorang perempuan paruh baya masuk dengan menggunakan jas dokternya. Pria itu menatap Arabel denga tatapan marah ? Ada apa ini ?

"Jadi kau perempuan itu ? Arabel ?" Ucap perempuan itu dengan nada sinisnya sedangkan Arabel hanya diam tak bersuara.

"Aku Ifanka dokter yang menangani kasus Alymer sejak tiga tahun yang lalu. Aku tidak tau apa yang membuat Alymer ini sampai cinta mati denganmu. Bahkan sepertinya kau sama sekali tak tau jika Alymer sakit" ungkap perempuan itu yang begitu memojokkan Arabel.

"Alymer sudah kuanggap anakku sendiri. Astaga sebenarnya aku tidak ada hak benci dan marah denganmu. Tapi aku hanya kesal dengan perempuan yang sama sekali tidak bersyukur dicintai begitu besar"

Perempuan itu terlihat menghela nafas pelan dan melepaskan kacamatanya. Dokter Ifanka menatap Alymer dengan pandangan menerawangnya.

"Bisakah aku memohon kepadamu untuk bertahan bersamanya ?" Gumam Dokter Ifanka dengan tanpa menoleh kearah Arabel.

Bertahan ? Kata itu sedang dipikirkan Arabel saat ini. Kata yang sebenarnya begitu asing telinga Arabel karena untuk bertahan dengan lukanya itu adalah hal sulit

Ya, Alymer adalah lukanya. Luka yang membuat Arabel tidak pernah hidup dengan tenang lagi. Sejak luka itu begitu membekas. Tetapi kini Arabel mengerti satu hal.

Selama bersama Alymer setelah dipaksa menikah. Arabel lupa dengan luka itu. Apa dengan cara berdamai dan tinggal bersama rasa luka itu bisa menyembuhkan ? Tak pernah di dengar jika ada cara luka disembuhkan dengan luka.

Tapi sejak awal hubungan Arabel dengan Alymer memang didasarkan oleh paksaan dan rasa sakit hati. Kilasan tatapan kosong Alymer berputar kembali diingatan Arabel.

Bisakah dia menerima luka itu kembali ?

*-*-*

Ossesione Alymer ( SELESAI )Where stories live. Discover now