3. Mesin Waktuku

45 21 4
                                    

Hai, semua!

Em, happy new year!

Semoga banyak hal baik terjadi di tahun ini, ya. Tapi, satu hal yang perlu diingat, berharaplah pada Tuhan, jangan kepada tahun, oke!

Wkwk, ini aku dari tahun 2024, itu ucapan happy new year 2021. Lama banget ya buat kumpulin semangat untuk tamatin cerita ini. Semoga cerita ini tamat tahun ini, aamiin!

Sebelum kalian lebih lanjut untuk mulai membacanya, jangan lupa pencet bintang di pojok kiri bawah. Serta, tinggalkan komen di setiap paragraf. ')

Xixie,
-sausankml

_______________________________________
__________________

Ibu, ceritamu bagaikan mesin waktuku. Terima kasih, sejarah memang tak pantas untuk dilupakan.

Pijar Cantika Wulandari

🌋🌋🌋

Aku melihat Harsa telah masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Setelah pulang kerja ia tak langsung mandi, memang dasar si pria yang jorok. Tapi, em aku menyayanginya, hehe. Sedangkan Tasya masuk ke kamarnya untuk belajar dan Verina sudah terlihat akrab dengan anak-anak yang lainnya. Begitu menenangkan hati, ketika melihat pemandangan seperti itu.

"Ibu juga dulu suka banget main sama anak kecil, loh. Gara-gara ibu gak ditemenin sama anak sepantaran ibu. Jadi ibu mainnya sama anak kecil," ucap ibuku memulai ceritanya.

"Terus, Bu? Terus?" kataku berusaha tertarik.

"Tapi, tragis banget. Ibu hampir meninggal dibuatnya."

Deg, seperti jutaan jarum menusuk hatiku. Aku takut bilamana hal itu nanti terjadi juga kepadaku. Aku memang suka dengan anak kecil. Tapi, yang sangat disayangkan, aku belum bisa mempunyai anak.

"Dulu ibu diajak dia ke taman belakang sekolah," ujar ibu.

Aku mulai mendengarkan cerita ibu dengan saksama. Kepalaku juga sudah menunduk entah sejak kapan, aku pun gak tau. Mungkin berusaha untuk menghayati dengan baik apa yang ibu ceritakan. Tapi, sambil berusaha menahan air mataku agar tidak jatuh.

"Pas udah sampai taman, ibu disuruh tutup mata. Anak itu akhirnya kabur. Tiba-tiba badan ibu kayak ada yang gendong." Terhenti cerita ibu, ia menghela napas dahulu.

"Ternyata, yang ngegendong itu seorang pria pake topeng. Udah berhari-hari ibu di rumah si pria ini. Gak dikasih makan, tangan diikat. Ibu sampe kepikiran, apa masih bisa hidup aku ini?" Aku mendengar suara sesenggukan dari mulut ibu.

Tanpa sadar, aku memikirkan bagaimana nasibku nanti. Pikiranku juga beradu dengan kenangan masa kecilku. Tapi, dengan dalih memikirkan nasib, aku malah terlempar ke ....

🌋🌋🌋

Juni 2007

Sekarang hari Minggu.

Aku mengikatkan tali sepatuku membentuk pita, lalu bangkit dari tunduk. Kumulai berlari menuju lapangan sepak bola dan mengelilingi lapangan yang terletak di perumahanku tersebut. Itu merupakan kegiatan rutinku setiap hari Minggu. Biasanya sih, aku pergi bersama teman-teman. Kali ini, teman-temanku semua lagi pada sibuk daftar sekolah. Makanya aku pergi sendiri.

Saat ini, aku baru saja menginjak usia 15 tahun beberapa minggu yang lalu. Terasa begitu cepat bagiku, karena sudah sampai di usia segini. Sekarang ini, aku baru lulus SMP ya, nanti bulan Juli baru mulai tahun ajaran baru di SMA.

Ma FutureWhere stories live. Discover now