🦑 一 | Tak Percaya (2) 🦑

106 3 0
                                    

Alarm berbunyi membisingkan telinga membuat Winda mau tak mau harus melawan rasa kantuk yang masih menempel.

Diambilnya air wudu lalu menunaikan kewajibannya sebagai seorang muslim. Usai salat Subuh, ia langsung bergegas mandi untuk bersiap melakukan aktivitasnya sebagai seorang pelajar.

Hanya memakan waktu sepuluh menit, Winda sudah mengenakan seragam putih abu rapi dengan ikat pinggang dan juga dasi. Kini gadis gingsul itu menatap cermin di meja riasnya, lalu mendaratkan bokongnya ke kursi kecil yang tersedia.

Setelah selesai berdandan yang hanya menaburkan bedak bayi di wajah mulusnya, juga mengenakan jilbab putih segiempat. Tak lupa disemprotkan sedikit minyak wangi supaya lebih fresh.

Disampirkan tas punggungnya ke punggung lalu menghampiri nakas. Mengambil IPhone-nya dan dikenakannya kacamata minus yang semalam ia simpan di samping ponsel.

Dilihatnya jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Pukul 5.45. Ketika berbalik, matanya melihat novel yang kemarin dibelinya ada di meja belajar. Setelah menimbang-nimbang antara membawanya atau tidak, akhirnya ia memutuskan untuk membawa buku itu ke sekolah.

Bisa buat bacaan ketika bosan melanda, pikirnya.

Sebenarnya sekaligus ingin memastikan apakah orang aneh yang kemarin tak sengaja bertemu dengannya di toko buku itu benar-benar penulis dari buku yang Winda beli. Jadi, keinginannya untuk membawa buku tersebut ke sekolah semakin besar.

Dimasukkannya novel tersebut ke dalam tas lalu bergegas ke dapur.

"Mama." Winda memeluk mamanya dari belakang.

"Wah udah rapi aja, nih. Yuk, sarapan. Btw Nisa ke mana?" Anggita menyiapkan hidangan untuk sarapan, pagi ini ditemani makanan favorit Winda, cumi saus tiram.

"Di kamarnya, Ma. Kayaknya habis demam gara-gara kemarin main hujan-hujanan sama temennya. Ayo, Ma, sarapan, Winda udah nggak sabar makan sama cumi saus tiram kesukaan Winda," ucap Winda sembari menelan salivanya karena tidak sabar ingin segera melahapnya.

Mereka pun sarapan dalam keheningan.

Setelah sarapan, Winda berpamitan untuk pergi ke sekolah.

"Oh iya, ini bekalnya." Anggita menyodorkan plastik berisi dua kotak makan. Yang pertama berisi nasi dan cumi saus tiram, yang kedua berisi roti tawar, susu saset, juga keju. Parutan keju mini juga ada di dalam plastik.

"Winda bawa susu kotak yang ada di kulkas juga, deh. Kan cocok tuh makan roti tawar minumnya susu." Winda pun bergegas mengambil susu kotak, juga air mineral botol dari dalam kulkas.

"Ma, Winda berangkat, ya," ucapnya kemudian mencium punggung tangan Anggita serta mencium pipi kanan dan kirinya.

Mata Winda menatap meja makan sembari berpikir. Anggita mengikuti arah mata anaknya tertuju, sejurus kemudian menatap Winda penuh tanya.

"Ada yang ketinggalan, Win?"

"Winda bawa apelnya satu, deh," ucap Winda seraya menyomot apel.

"Ya udah, Ma. Winda berangkat. Assalamualaikum," tambahnya sembari meninggalkan mamanya.

"Waalaikumussalam." Anggita mengikuti sampai di teras rumah.

Pelik AnantaWhere stories live. Discover now