1. Bolpoin Keramat

64.5K 5.3K 476
                                    

Jakarta, 6 September 2016

•°•°

Satu-satunya hal yang bisa dinikmati dari Raja saat dosen muda itu berada di dalam kelas adalah ketampanannya. Postur tubuh menjulang, dada bidang di atas perut yang rata, kulit wajah mulus yang menempel pada rahang tegas, bibir merah muda, hingga sorot mata yang mengintimidasi.

Tapi, semua itu hanya dinikmati oleh mahasiswi. Setampan apa pun Raja, tidak akan membuat barisan cowok di kelas betah berlama-lama menatap wajahnya.

Selebihnya, yang menempel pada dosen muda itu hanya aura mistis. Datang selalu tepat waktu, ujian dadakan, sampai tugas-tugas yang tidak manusiawi dengan deadline super mepet.

Belum lagi peraturan-peraturan tambahan Raja yang lebih ketat dibanding peraturan asli di kampus. Katakanlah kalau Raja memiliki wajah pas-pasan dengan bentuk tubuh seadanya, sudah pasti dia banyak dibenci oleh mahasiswa.

Kelas pertama bersama Raja, dosen berdarah dingin yang sangat jarang tersenyum itu, akan berlangsung siang ini, tepat pukul satu. Sialnya, Lilly dan dua temannya kini masih tertidur lelap di dalam sebuah kamar kos. Kipas angin berputar dengan kecepatan paling tinggi. Tirai jendela ditutup. Dan mereka tidak memasang alarm. Jam sudah menunjukkan pukul 12.45.

Asmara Zishya, gadis bertubuh pendek berisi yang menyuruh semua orang memanggilnya Zizi, terbaring di atas karpet bulu merah muda dengan mulut terbuka. Boneka beruang besar dijadikan bantal. Zizi sangat mengantuk setelah memenuhi perutnya dengan mie ayam porsi besar sisa Lilly dan Mutia yang tidak habis, ditambah nasi ayam bakar miliknya sendiri.

Sementara Mutia-si pemilk kamar serba pink ini-meringkuk di atas kasur, berlawanan arah dengan Lilly yang tidur telentang. Masih dengan mata terpejam, Mutia menggeliat. Ia berbalik lantas memeluk sebuah betis besar. Kaki Lilly.

"ANJIR! Apaan tuh?!" pekik si pemilik betis yang merasa geli. Ia menendangkan kakinya sembarang. Hingga wajah Mutia yang jadi sasaran.

Mutia meringis kesakitan. Gadis itu mengurut dahinya yang baru saja kena tendang sambil beringsut bangun, lalu melirik jam dinding. "Astaga Ly!".

Mutia bergegas turun dari kasur dan masuk ke kamar mandi. Dia harus buang air kecil sebelum berangkat, kemana pun.

Lilly menguap lebar. Dengan santainya dia melangkah ke depan cermin, menyisir rambutnya untuk dikuncir. Lilly mengambil lip tint dari rak kosmetik Mutia yang sangat rapi. Dia pakai lip tint berwarna cherry red itu di bibirnya. Kemudian Lilly merapikan barang-barangnya ke dalam tas. Ponsel, charger, tisu, hand sanitizer, face paper, dan kipas elektrik. Lilly juga mengambil parfum, dan menyemprot asal ke tubuhnya.

Sembari menunggu Mutia yang masih berada di dalam kamar mandi, Lilly menyibak gorden Hello Kitty sampai terbuka lebar. Sinar matahari menerobos masuk ke dalam kamar. Saat kedua temannya sudah siap di depan pintu, Zizi baru membuka mata. Dia menyambar tas dan langsung pergi, tidak peduli seberapa berantakan wajah dan rambutnya saat ini.

•°•°

Perut Zizi terasa mual setelah menaiki tangga sampai ke lantai tiga, karena lift sedang diperbaiki. Sudah diisi penuh oleh makanan, kini perutnya harus dibawa berlari. Gadis itu tertinggal di belakang, berjalan bungkuk sambil memegangi perutnya.

"Tung... gu... in... napa..." Pinta Zizi terengah-engah.

Lorong lantai tiga gedung selatan ini sepi. Semua pintu kelas tertutup. Hanya terdengar samar-samar suara dosen yang memberi materi di dalam kelas. Mereka sudah terlambat tiga menit dari jam masuk kuliah.

Pak Raja - [Selesai]Onde histórias criam vida. Descubra agora