10. Perjodohan??!!!

909 68 7
                                    

"Chika!"

"Apa sih Ma?!" Chika balas berteriak sambil menuruni anak tangga. Wajahnya masih kusut karena baru bangun tidur. Saat ini sudah pukul 8 malam.

"Apa sih Ma? Aku masih ngantuk," ujar Chika.

Sudah dua minggu ini mama dan papanya kembali dari luar negeri, dan entah kenapa mamanya memasak banyak makanan yang sudah tersaji rapi di meja makan.

"Kamu cepet ganti baju. Yang lebih rapi. Kita kedatangan tamu," suruh Bunga pada Chika. "Kalo bisa pake dress," lanjutnya, membuat Chika mendelik.

"Ih, nggak mau!"

"Ya udah kalo gitu pake yang lebih rapi. Jangan pake celana pendek."

"Siapa sih yang datang?" tanya Chika penasaran.

"Sahabat lama Papa sama Mama. Ada yang akan kami bahas juga nanti," jawab Bunga santai.

Chika langsung kembali ke atas dan berganti pakaian yang lebih sopan. Dia hanya memakai celana panjang berwarna cokelat. Baju lengan panjang berwarna putih. Rambutnya terurai indah dan tanpa anting hidung kali ini.

Setelah itu Chika kembali turun dan duduk di meja makan bersama kedua orang tua serta kakaknya yang tersenyum tidak jelas padanya.

"Kenapa sih?" tanya Chika. Mereka menggeleng.

"Eh, kayaknya mereka udah datang deh. Mama ke depan dulu," ujar Bunga lalu bangkit dari duduknya dan menuju ke depan untuk membuka pintu.

"Ayo masuk!" ajak Bunga pada ketiga orang yang kini ada di depan rumahnya.

"Ini anak kamu? Ganteng banget sih?" ujar Bunga. Mereka hanya tersenyum.

Mereka pun langsung masuk dan menuju ruang makan. Saat sampai disana, cowok itu terkejut saat melihat Chika sedang bermain ponsel. Sepertinya Chika tidak sadar jika sedang ditatap.

"Chiko!" Erna menyenggol lengan Chiko agar tersadar dari lamunannya.

Chika yang mendengar nama Chiko, langsung mendongak dan tatapan mereka bertemu.

"Loh Chika? Kamu Chika kan?" tanya Erna. Chika hanya mengangguk.

"Iya. Tante Erna kan?" kekeh Chika.

"Kalian sudah saling kenal?" tanya Bayu.

"Chika yang waktu itu nolongin Chiko pas di keroyok. Mereka satu sekolah, satu kelas juga," jawab Ethan.

"Oh. Bagus deh," balas Bunga.

"Ayo duduk. Kita makan dulu," ujar Bayu.

***

"Jadi Chika, Mama sama Papa mau menjodohkan kamu dengan Chiko."

Deg.

"APA???!!!!" teriak Chika dan Chiko bersamaan saat Bayu selesai berbicara.

"Gak lucu Pa!" ketus Chika sambil mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Papa gak ngelucu, sayang. Papa serius. Kamu. Harus. Mau. Papa gak peduli!" tegas Bayu. Dan Chika tahu jika sudah nadanya seperti itu, dia tidak bisa melawan lagi.

Bayu dan Bunga sengaja melakukan ini. Karena mereka tidak mau melihat anaknya itu terus-terusan sedih. Mereka selama ini tahu, jika Chika masih larut dalam kesedihannya. Tapi Chika menutupi semua itu dari keluarga serta sahabatnya.

Dan pas sekali. Ethan dan Erna juga ingin mencari jodoh untuk Chiko. Jadilah mereka menjodohkan kedua anak mereka. Termasuk agar persahabatan mereka semakin erat.

"Papa...," lirih Chika. "Kenapa nggak Kakak aja sih?!" ketusnya.

"Kok gue sih? Lo gila! Gue umur 21. Dan Chiko baru 18. Masa lebih tua gue? Dasar lo!" sahut Raya kesal dengan adiknya itu.

"Kakakmu juga akan kami jodohkan," ujar Bayu, membuat Raya melongo.

"Loh Pa... tapi kan...."

"Gak ada tapi-tapian," potong Bayu cepat.

Chika menjulurkan lidahnya pada Raya. Mampus lo!

"Chiko? Kamu mau kan? Harus itu!" tegas Ethan tidak bisa dibantah.

"Kalo ujung-ujungnya Papa yang ambil keputusan, kenapa tanya?!" kesal Chiko sambil mengusap wajahnya.

"Kayak aku nggak laku aja," lanjutnya bergumam, jengkel.

"Minggu depan kalian nikah. Diam-diam. Hanya pihak keluarga yang tahu. Pihak sekolah sudah tahu dan tidak masalah selagi tidak mengganggu kegiatan kalian. Lagian sekolah itu kan milik Bayu," jelas Ethan.

Lagi. Chika dan Chiko hanya bisa pasrah menerima keadaan dan nasib mereka yang akan berubah dalam satu minggu ke depan.

Chika menatap datar Chiko. Apa-apaan ini? Dia dijodohkan dengan Chiko? Astaga! Ini benar-benar di luar dugaannya. Membayangkan hidup berumah tangga? Di usia yang masih muda? Oh no!

"Chika!!" teriak Bunga di telinga Chika.

"Apa sih Ma?!" Chika mengusap telinganya karena mendengar teriakan mamanya.

"Kamu nggak denger? Chiko mau ngomong berdua sama kamu," ujar Bunga. Chika menatap Chiko dengan alis terangkat.

"Cepetan sana."

Chika menghentakkan kakinya kesal dan bangkit dari duduknya. Lalu mengikuti Chiko yang keluar rumahnya. Menuju bangku yang ada di samping rumahnya.

Chika duduk dengan satu kaki ditaruh di atas pahanya. Lalu bersedekap dada. "Nagapain?" tanya Chika to the point.

"Minggu depan kita nikah," ujar Chiko tiba-tiba.

"Terus? Lo yakin emang?" tanya Chika tanpa menoleh. "Kita baru aja kenal. Tiba-tiba nikah tanpa ada cinta di antara kita," lanjut Chika sambil memejamkan mata.

Chiko diam. Menerawang langit malam. "Kalo gitu kita harus buat cinta itu ada."

Chika dan Chiko Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang