18. Pacaran?

888 63 0
                                    

Bisik-bisik pun terdengar kala Chika dan Chiko keluar dari mobil yang sama. Untuk pertama kalinya. Pertama kalinya ya. Chika berangkat dari rumah menuju ke sekolahnya pukul 6.30. Itu semua karena Chiko.

Entah kenapa Chiko membangunkannya pada saat pukul 5.00. Menyuruh Chika bangun, masak, bersih-bersih. Tapi Chiko membantunya tentu saja. Walaupun hanya menyapu lantai saja menghabiskan waktu lima belas menit bagi Chiko.

Chika benar-benar frustasi tadi pagi. Bukannya membantunya, Chiko malah membuat rumah berantakan. Gitu tuh kalau cowok gak pernah belajar hal-hal yang cewek lakuin.

"Chika sama Chiko? Pacaran ya mereka?"

"Kayak deket banget ya mereka?"

"Chiko anak baru itu kan? Ganteng banget tau."

"Chika akhirnya dapat pengganti. Semoga gak kayak Leo itu!"

"Chiko kayaknya pendiem ya. Kalem gitu."

Tawa Chika tidak dapat ditahan kala mendengar kalimat terakhir salah satu siswi. Apa tadi katanya? Pendiem? Kalem? Salah besar!

Chiko mendengus, lalu meraih tangan Chika dan menautkan jari jemari mereka. "Aku emang pendiem. Kalem lagi," ujar Chiko.

"Apaan pendiem?" kesal Chika.

"Kalo lagi sama lo." Chiko melanjutkan kalimatnya. Membuat Chika mendengus. Lalu mereka masuk ke dalam kelas mereka yang sudah nampak ramai.

"Wow!!! Hot news nih! Bad girl kita untuk pertama kalinya berangkat pagi ke sekolah!" teriak Amran sambil memukul mejanya berulang kali.

"Ada angin Apa Chik lo berangkat pagi gini?" tanya Amran lagi.

Maya masih diam saja di tempatnya sambil menatap Chika yang kini sudah duduk di sampingnya dengan kunyahan permen karetnya. Tidak peduli dengan teman sekelasnya yang heboh sendiri.

Chiko sendiri duduk sendirian di meja belakang Chika dan Maya duduk. Karena memang tinggal itu saja yang kosong.

Bel masuk berbunyi. Membuat semua murid langsung masuk ke kelas masing-masing. Saat ini, XII IPS 3 sedang menunggu Bu Dina, guru matematika.

"Selamat pagi anak-anak!" sapa Bu Dina sambil melangkah masuk dengan tangan kiri yang memegang buku-buku yang cukup tebal.

"Pagi Bu!!!"

"Baiklah..." Bu Dina memicingkan matanya saat melihat Chika, murid paling bandel yang sialnya anak pemilik sekolah ini sedang duduk di tempat duduknya sambil mengunyah permen karet.

"Chika? Beneran Chika, anak-anak?" tanya Bu Dina. Membuat semua murid langsung tertawa.

Bu Dina mendekat pada Chika. Dan... "Aww!!! Sss... sakit Bu!" Chika memekik kesakitan saat Bu Dina menarik anting hidungnya begitu saja. Selalu seperti ini.

"Ibu! Kalo hidung pacar saya kenapa-napa gimana Bu?"

Suara Chiko membuat mereka langsung menatap Chiko. Entah apa yang mereka pikirkan?

"Pacar? Kamu pacaran sama Chika?" tanya Bu Dina tidak percaya.

"Ibu. Ini waktunya belajar. Bukan bahas pacaran!" sahut Chika kesal.

"Oke. Maju sekarang dan kerjakan paket halaman 234 yang ada lima soalnya itu. Pake cara 1 dan 2. Yang lengkap!!!" tegas Bu Dina sambil berbalik badan dan melangkah menuju ke mejanya.

Dasar! Bu Dina singa!!!!

***

***

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.

43.654 likes

Mela_Vrd @Chikosmith_

3356 comment

Chiko langsung menutup ponselnya begitu saja setelah melihat apa yang dia lihat barusan.

Apa-apaan ini?

Beberapa saat kemudian, ada pesan masuk dari nomor tidak dikenalnya.

08xxxx: Hai Chiko! Aku Mela! Kamu masih ingat aku kan?

08xxxx: Hari ini aku pulang ke Indonesia! Tapi kayaknya aku homeschooling nantinya. Kamu sering-sering main ke rumah ya?

08xxxx: Kenapa kamu blok nomor aku dulu, Chik?

08xxxx: Chiko? Bisa jemput aku di bandara sekarang? Mami-Papi gak ada yang bisa jemput.

Chiko memejamkan matanya sesaat. Lalu kembali membuka ponsel dan mengirimkan pesan pada seseorang.

Chiko: Lo jemput Mela di bandara. Dia pulang sekarang.

Setelah itu Chiko kembali memejamkan matanya sesaat dengan kepala bersandar di sandaran sofa. Tangannya memijit pelipisnya yang terasa pusing saat ini.

"Lo kenapa Chik? Sakit?" tanya Chika yang baru saja datang dari dapur dengan membawa dua gelas cokelat panas. "Nih minum."

Chiko menerimanya dan menyesapnya.

Chika meraih ponselnya yang bergetar. Ternyata kakaknya yang meneleponnya.

"Halo Kak?"

"...."

"Yang bener lo?! Gue kesana sekarang!" teriak Chika dengan wajah berbinar.

"Kenapa Chik? Seneng banget kayaknya?" tanya Chiko yang sudah duduk tegak.

"Kak Raya nelepon. Aish! Dia punya pacar! Dan sekarang ada di rumah. Gue harus kesana!"

"Ayo gue anter. Ganti baju sana," suruh Chiko dan langsung diangguki oleh Chika.

Beberapa saat kemudian, Chiko melihat Chika turun tergesa-gesa. Celana panjang putih dan sepatu putih. Lagi. Dia selalu memakai hoodie. Dengan rambut yang kini terurai.

"Ayo!" ajak Chika sambil memakai anting hidungnya. Setelah selesai, dia mendongakkan kepalanya dan bertatapan dengan Chiko. "Kenapa Chik? Lo kok lihatin gue gitu amat?" tanya Chika masih mengelus hidungnya yang agak nyeri.

"Sakit?" tanya Chiko menatap hidung Chika. Lalu menuntun Chika keluar rumah dan mengunci pintu.

"Sedikit," jawab Chika. Lalu masuk ke dalam mobil. Begitu juga dengan Chiko. Baru saja akan menghidupkan mesin mobil, ponselnya bergetar.

Chiko mengambil ponselnya dan membaca pesan dari nomor tak dikenal itu.

08xxxx: Kamu kenapa malah suruh Deon jemput aku? Aku maunya kamu. Aku cinta kamu, Chiko!!!

Chika sedari tadi memperhatikan Chiko yang hanya diam memandang ponselnya. Sebenarnya apa yang Chiko lihat?

Chiko berpikir sebentar lalu membalasnya.

Chiko: Sadar Mel! Deon cinta sama lo! Gak usah ganggu gue lagi. Gue udah punya cewek yang hatinya harus gue jaga. Satu lagi, gue gak cinta sama lo!!!!

Chika dan Chiko Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon