Keberuntungan atau kesialan

509 64 6
                                    

(Name) cemberut karena hari ini ada ulangan fisika, lagi pula dia enggak ngerti sama sekali fisika. Pelajaran laknat memang. (Name) menatap bangku milik Haruna yang berada di sampingnya, tapi dia lagi fokus dengan ngerjain soal yang di depan. Beda lagi dengan sisi yang satunya dia lebih serius lagi ngerjainnya.

(Name) mau minta tolong Haruna tapi dia sibuk, minta tolong Semi lebih enggak mungkin lagi. Kenapa dia bodoh banget.

2 jam telah berlalu tapi dia masih menyesali perbuatannya mengerjakan ulangan tadi, dia merasa sangat bodoh.

"Ayo makan siang" Haruna mengajaknya tapi mood (name) enggak bagus, mau jalan aja lemes banget rasanya.

"Ayo dong, habis ini kita ada ulangan lagi lho, kamu nanti semakin lemas" Yang di bilang Haruna memang benar.

Haruna dan (name) berjalan bersama. Kantin memang selalu ramai, karena memang sekolah ini konsepnya asrama, otomatis mau makan pagi, makan siang, atau makan malam sama aja. Kita bertemu semua penghuni sekolah, hanya aja ruangannya di buat 3, bukan ruangan yang bersekat tapi 3 ruangan yang di jadikan satu tapi jalur masuknya berbeda. Tempat duduk juga di buat membentang berbeda. Yang paling pinggir dekat tempat mengambil makanan itu kelas 3, lalu yang tengah itu kelas 2, dan tempat yang paling jauh itu kelas 1. Sepertinya sengaja di buat seperti itu.

"Saya cuman mau makan sup dan buah" Haruna terkekeh kecil, mungkin karena tumben sekali (name) enggak makan banyak.

Setelah mengambil makanan dan minum (name) bisa melihat Yuki dengan teman temannya, iya Yuki teman sekamar (name) itu, dia itu selain atlet basket tim putri dia juga gadis most wanted, yang katanya di gadang gadang sebagai calon pacar kapten tim voli. Cocok sih serasi mereka.

Haruna dan (name) memilih tempat duduk favorit mereka, pojok dan jauh dari peradaban manusia populer.

"Dari kelas 3 awal memang ini tempat paling strategis ya bisa melihat pujaan hati" Haruna menggoda (name) yang membuatku tersipu.

"Mentang mentang gebetannya di sekolah tetangga" Sindir (name) sebal. Gantian sekarang Haruna yang tersipu.

"Kamu enggak bosan apa dari kelas 2 ngasih macaroon terus, kenapa enggak nyoba deketin langsung?" Haruna ini memang ngomongnya lancar banget kayak buang angina.

"Enggak level, lagian saya kan enggak cantik dan bodoh juga. Jangan bikin saya insecure" Haruna menggelengkan kepala. "Lagian liat dia dari jauh udah bagus" Haruna menepuk pelan bahu (name).

"Nanti kalau capek jadian sama Semi-kun aja" (Name) auto melotot. "Semi-kun kan juga baik bahkan dia satu satunya lelaki yang dekat denganmu, teman sekelas yang lain enggak" Haruna ada benarnya tapikan (name) hanya menganggap Semi temannya aja.

"Udah yuk, balik kelas" Otak (name) jadi makin keruh gegara Haruna.

(Name) berdiri lebih dulu dan berjalan lebih dulu menaruh piring dan gelasnya, tapi justru dia menabrak punggung seseorang.

Lelaki yang dia tumbruk itu melihat ke belakangnya dan (name) sedikit kaget, 'mampus' batinnya. (Name) ingin meminta maaf tapi dia di intrupsi dengan suara teman lelaki yang dia tabrak.

"Wakatoshi-kun jangan membuat seorang perempuan terkejut karena berdiri tiba tiba" (Name) semakin bungkam saat nama lelaki itu di sebut, aura seramnya membuatnya semakin ciut.

"Ano maaf" (Name) meminta maaf tanpa menatap orang yang ada di depannya. Dia buru buru segera pergi takut semakin kacau dan jadi spotlight di kantin.

(Name) enggak akan ke kantin dulu, kalau ke kantin dia akan titip Haruna untuk membawakan roti dan susu. Malu tapi sial banget rasanya.

20.07.20

From Macaroons to be LoveWhere stories live. Discover now