Chapter 06

16.5K 1.1K 52
                                    

"Jadi, gitu? Ternyata, Freya adalah masa lalu kak Arzel yang membuat kak Arzel jadi seperti ini?" tanya Kia sekali lagi saat teman Arzel menjelaskan siapa Freya sebenarnya di kehidupan seorang Arzelo Altarik.

"Iya, tapi lo santai aja, Arzel nggak suka lagi kok sama Freya," ucap Sakral yang memberi tahu Kia agar tidak terlalu sedih. Soalnya terlihat dari mata Kia yang sepertinya sangat sedih mendengarkan siapa Freya sebenarnya.

"Dari mana Kak Sakral tau?" tanya Kia pada Sakral.

"Arzel sendiri yang bilang sama kita," jawab Sakral.

"Iya Kia, Arzel gak suka lagi kok sama Freya. Tenang, aja ya," timpal Aye yang juga ikutan membuat Kia agar tidak sedih.

"Kek nya ucapan lo berdua salah, deh," sela Ajeng yang sedang memandang dua insan berbeda jenis yang kini tengah merangkul tangan. Dan sepertinya dua insan itu ingin berjalan ke tempat ini.

"Maksud lo apa?" tanya Aye yang tidak mengerti ucapan Ajeng.

"Kalian lihat Arzel sama Freya," Mereka pun akhirnya memilih memandang ke arah pandangan Ajeng, terlihat Freya yang sedang merangkul tangan Arzel, dan Arzel yang terlihat biasa saja tanpa ada rasa risih sedikit pun.

"Apakah mereka balikan?" Kia bertanya dalam hatinya melihat Freya dan Arzel yang sedang merangkul tangan.

"Hai," Freya menyapa mereka dengan senyum manisnya ketika sudah sampai di depan mereka.

"Kalian balikan?" Tak membalas sapaan Freya, Panyek langsung saja bertanya untuk memastikan

"Iya, gue dan Arzel balikan. Iyakan, Zel?" Freya memandang Arzel yang tengah dirangkulnya.

"Iya," jawab Arzel singkat.

Kia? Cewek itu sudah menahan rasa sakit di hatinya saat Freya berkata kalau dia beneran balikan dengan Arzel. Kalau begitu sudah pasti Arzel masih mencintai Freya. Apa yang harus dia lakukan sekarang? Sekarang dia behadapan bukan dengan seorang gebetan Arzel, melainkan dengan seorang yang pernah Arzel cintai sampai detik ini.

Sakral mendengus mendengar kata 'iya' yang Arzel ucapkan, "Tadi gaya lo sok banget bilang enggak sama kita. Kenapa sekarang akhirnya lo balikan? Haha, nggak nyangka sih gue."

Arzel hanya diam mendengar lontaran kata dari Sakral itu. Cowok itu hanya menatap Kia yang sedang menahan tangisannya.

Kia menunjukkan senyum simpul pada Arzel, lalu dia berdiri dari duduknya, "Nggak papa, Kak, Kia masih bisa, kok," Perkataan Kia membuat Freya, dan yang lain menoleh padanya.

"Mendingan lo putusin aja deh, Arzel. Lo nggak lihat kalau Arzel masih suka sama gue?" Freya menjawab ucapan Kia. Terlihat dari wajahnya, Freya memasang wajah kemenangan.

Lagi-lagi Kia menunjukkan senyum simpulnya. Namun, kali ini ia berikan pada Freya.

"Nanti, kalau aku udah nggak bisa nahan lagi. Sekarang aku masih bisa nahan. Jadi jangan nyuruh aku putusin kak Arzel dulu," Jawaban Kia membuat Freya menunjukkan senyuman mengejek untuknya.

Arzel, cowok itu tetap diam memandangi Kia. Matanya tak lepas menatap mata yang terlihat menahan luka itu. Tak lama setelah itu, Kia pergi dari tempat duduknya, ia pergi tanpa berpamitan pada mereka. Tapi sebelum Kia pergi, Kia sempat melirik Arzel sebentar, setelah itu, ia langsung cepat memalingkan wajahnya.

Arzel menatap punggung Kia yang terlihat bergetar dari kejauhan. Ia yakin bahwa cewek itu tengah menangis. Hingga suara tepuk tangan dari seseorang membuat Arzel tersadar, dan seketika menoleh ke samping.

Plok!

Plok!

Plok!

Ajeng menepuk tangannya kuat, sehingga orang-orang di kantin memandanginya.

"Mantap, Zel, lo, gue kasih nilai 100 dalam menyakiti hati cewek, termasuk teman gue. Dan gue harap nilai lo berkurang dalam melakukan hal menyakiti hati. Oh iya, satu lagi, jangan semangat nyakitin hati teman gue, ya. Itu aja sih yang ingin gua sampaikan sama lo. Ingat, jangan semangat, oke?" Ajeng memegang pundak Arzel sambil menatap cowok itu. Untuk sekarang Ajeng memilih untuk tidak memarahi Arzel. Karena, cowok itu tidak akan pernah sadar.

Kemudian, Ajeng beralih memandang Freya. Ajeng kembali memandang bentuk tubuh Freya dari atas sampai bawah. Setelah itu, Ajeng tersenyum miris.

"Selamat lo berhasil mendapatkan barang yang lo buang dulu," Ajeng menepuk pundak Freya pelan, lalu berjalan pergi dengan santai meninggalkan mereka yang kini menatap kepergiannya.

Setelah, kepergian Ajeng, Sakral menatap Arzel yang masih dirangkulan Freya.

"Gua nggak nyangka Zel, lo duakan Kia demi cewek kayak Freya yang jelas-jelas dulu udah buang lo gitu aja. Kalo saran gua sekarang mendingan lu putusin Kia agar Kia bisa mendapatkan orang yang bisa mencintainya dengan tulus. Bukan kayak lo yang bisanya cuma nyakitin!" Sakral sengaja menekan kata akhirnya niat menyindir Arzel. Dan setelah itu, Sakral juga ikut pergi seperti Ajeng. Ia malas berlama-lama di sini. Apalagi melihat sikap Arzel dan wajah Freya, sungguh membuatnya muak.

"Kalau gitu kita juga pergi Woi takutnya nanti kayak Arzel yang tergoda sama yang murahan!" sarkas Panyek. Freya membulatkan matanya mendengar ucapan Panyek yang seperti menyindirnya.

"Lo!" tunjuk Freya pada Panyek. Sedangkan Panyek hanya tersenyum tidak perduli. Lalu, dia merangkul bahu Nopan dan Aye untuk dibawa pergi. Nopan dan Aye hanya diam saat Panyek membawa dirinya. Karena, mereka juga malas saat ini melihat Arzel.

Arzel melepaskan rangkulan tangan Freya secara kasar ketika mereka sudah tinggal berdua. Lalu, pergi begitu saja. Melihat Arzel yang pergi meninggalkannya, membuat Freya meneriaki Arzel.

"ARZEL, KAMU MAU KE MANA?!!" Teriakan Freya membuat orang-orang di kantin memandanginya.

Arzel tetap diam, dan terus berjalan. Ntah, kenapa perasaanya kini seperti campur aduk. Apalagi saat, melihat tatapan Kia yang diberikan padanya sebelum cewek itu pergi.

~~~

Di sini Kia sekarang, di tempat yang jarang murid-murid kunjungi, yaitu di taman belakang sekolah. Kia duduk di bangku taman tersebut sambil menutup wajahnya dengan tangan, ia tengah menangis.

Kenapa sakit? Kenapa rasanya sangat sakit saat dia menduakan kita? Apalagi dia yang masih mencintainya. Dan kenapa rasa sakit yang dia dapatkan saat merasakan jatuh cinta?

Berpikir saat Arzel menerimanya karena Arzel juga menyukainya. Tapi, lanjutan ucapan Arzel setelah itu, adalah hanya untuk menyakitinya. Dan bodohnya ia malah mau. Adakah cewek sebodohnya? Tapi, sepertinya tidak ada. Mana ada cewek yang mau disakitin tapi masih tetap bertahan. Haha, cuma orang bodoh yang mau digitukan, contohnya, ya dirinya ini.

"Putusin aja, udah," ucap seorang cowok yang tiba-tiba duduk di samping Kia.

Merasa ada yang bicara padanya, membuat Kia membuka tangan yang menutup wajahnya. Terlihat jelas bahwa wajah Kia kini sudah berair dan merah. Kia memandang orang itu dengan tatapan bertanya.

"Kamu siapa?" tanya Kia.

TBC..

JANGAN LUPA VOTE&KOMENNYA YA!!

TERIMAH KASIH.

SAMPAI JUMPA DI CHAPTER SELANJUTNYA...

SEE YOU<33

💗💗💗💗

MY FAKBOY [END]Where stories live. Discover now