Chapter 11

19.9K 1K 21
                                    

Dipukul 06:35 ini Arzel baru saja datang di rumah Kia, niat untuk pergi bareng bersama cewek itu ke sekolah seperti janjinya semalam.

Dan kini, Arzel tengah berdiri di depan rumah Kia siap untuk mengetuk pintu rumah tersebut. Ia memegang dadanya yang terasa berdebar, tapi tak tahu karena apa.

Sebelum mengetuk pintu Arzel terlebih dahulu membuang nafasnya. Ia tiba-tiba menjadi gerogi.

"Kenapa gue kek gerogi gini, anjir?" monolognya. Lalu, cowok itu mulai mengetuk pintu.

Tok.

Tok.

Saat ketukan kedua, seseorang membuka pintu, dia Kia yang sudah siap untuk berangkat ke sekolah. Saat, melihat orang yang di depannya Kia memberi senyuman manis.

"Pagi, Kak," sapa Kia pada Arzel.

"Pagi. Lo udah siap, kan?" Kia mengangguk pada pertanyaan Arzel.

"Ayok kita berangkat!" semangat Arzel sembari menggenggam tangan Kia. Kia hanya diam melihat tangannya yang di genggam oleh Arzel, ia tersenyum tipis melihat itu, lalu dia kembali memandang Arzel yang fokus memandang depan.

Saat sampai di dekat motornya, Arzel memberikan Kia helm untuk dipakai. Kia menerimanya, dan memasangkan di kepalanya. Setelah, mereka berdua memakai helm Arzel langsung naik ke atas motornya. Sedangkan Kia hanya diam, karena dia tidak tahu naik motor gede di depannya ini. Melihat itu, membuat Arzel menoleh ke belakang.

"Ngapain masih berdiri? Naik lah," ucap Arzel.

"Hm, Kia gak tau cara naiknya," cicit Kia.

Arzel memutarkan bola matanya, lalu ia memberi tangannya buat Kia pegang agar bantu cewek itu untuk naik ke atas motor. "Ni, pegang tangan gue, lalu naik,"

Kia mengambil tangan Arzel untuk dia pegang, lalu Kia pun naik ke atas motor dengan bantuan tangan cowok itu.

"Udah," ucap Kia saat dia sudah naik ke atas motor itu.

"Pegangan," ucap Arzel sambil menghidupkan mesin motornya.

"Ha?" Kia bigung, apa yang harus dia pegang?

Arzel berdecak, lalu mengambil kedua tangan Kia di belakang dan meletakan tangan gadis itu ke pinggangnya. "Kek gini maksud gue."

Kia kaget plus gugup. Ini dia beneran meluk Arzel dari belakang? Kenapa rasanya sangat mendebarkan.

~~~

Setiba di sekolah Arzel meletakan motornya di parkiran. Ia melepaskan helm nya, lalu menunggu Kia untuk turun. Namun, Kia tak turun-turun. Jangan bilang Kia tidak pandai juga untuk turun?

"Turun, Kia," ucap Arzel pada Kia.

Kia diam sejenak, "Kia nggak pandai tu--"

Kia tak melanjutkan ucapannya saat Arzel yang langsung menyodorkan tangannya pada dirinya. Mengerti maksud mengapa Arzel menyodorkan tangannya, Kia langsung memegang tangan itu untuk bantuan agar dia bisa turun.

Dan akhirnya Kia telah turun dari motor besar itu. Setelah itu, Arzel pun ikut turun.

"Makanya, jangan kecil," sarkas Arzel. Kia hanya menghebus nafasnya kesal.

MY FAKBOY [END]Where stories live. Discover now