kejutan di pagi hari

4 2 0
                                    

Rere baru saja selesai mencuci piring bekas sarapannya ketika ponselnya berdering pagi itu. Entah siapa yang meneleponnya pagi itu, tapi yang jelas Rere yakin itu bukan dari rekan kerjanya. Pasalnya, sekarang baru pukul 07.23, sementara jam kerja Rere dimulai pukul 08.00. Jarang sekali rekan kerja Rere menelepon di luar jam kerja, sehingga ia yakin bahwa telepon yang berdering pagi itu bukan dari rekan kerjanya.

Begitu memastikan bahwa tangannya sudah tak begitu basah karena air bekas cuci piring, Rere langsung menyambar ponsel yang ia letakkan di atas meja makan selama sarapan tadi. Tepat di saat ketika ia melihat siapa yang berada di seberang sambungan telepon itu, wajahnya langsung berseri-seri.

"Heeeiii!" sapa gadis itu dengan suara riang. "Tumben bangettt kalian group call pagi-pagi giniii!

"Ha— kab— Re?"

"Halo?"

"Oi— ked— ga—"

"Bentar, bentar. Emang payah nih hp! Mahal harganya doang, giliran telepon suka putus-putus gini!" keluh Rere pada teman-temannya di seberang sana.

Gadis itu memutuskan untuk pergi ke halaman belakang rumahnya, berusaha mencari sinyal agar sambungan teleponnya bisa lebih lancar sedikit.

"Tes, tes, tes!"

"Udah ked— ran belom?"

"Mendingan, nih. Agak putus-putus dikit, sih, tapi mendingan daripada di dalem rumah. Apa kabar kalian woiii?! Tumben bangettt pada jadi morning person gini?"

"Oh iya, jelas! Kita mah paham ada orang sibuk di geng kita! Kesiangan dikit, langsung deh nggak diladenin telfonnya!" ujar suara seorang pria di seberang sana, yang membuat cengiran di wajah Rere yang sempat pudar tadi muncul kembali.

"Hehh! Nyindir banget lo, Dy!" tukas Rere, menyadari bahwa pria tadi tengah menyindir dirinya.

Perlahan, satu per satu suara di panggilan grup itu saling berbagi cerita. Tak terasa, tahun telah berlalu sejak terakhir kali mereka berkumpul bersama di bangku kuliah. Ya, mereka adalah teman-teman Rere semasa kuliahnya dulu. Mereka semua sudah memilih jalan karirnya sendiri-sendiri, sehingga tak heran apabila mereka semua berada di kota-kota yang berbeda.

Rere tengah menikmati masa-masa nostalgianya selama panggilan grup itu berlangsung ketika ia merasakan sesuatu jatuh di atas kepalanya. Sesuatu yang bobot atau teksturnya seperti air, karena sesuatu itu tidak jatuh bergulir dari kepalanya, melainkan tetap di sana.

Mau tak mau, Rere mengernyitkan alisnya. Entah apa yang tengah diperbincangkan oleh teman-temannya, ia sudah tak menyimak lagi. Perlahan, Rere mengangkat tangan kanannya yang tak memegang telepon, kemudian meraba area kepalanya yang menurut perkiraan Rere merupakan tempat jatuhnya sesuatu itu. Ia meraba area itu dan kemudian...

"EWWWWW!"

•  •  •  •  •

Tanpa Rere sadari, di halaman belakang rumah tetangganya, seorang bapak tengah memberi makan burung-burung yang suaranya selalu menghiasi pagi Rere. Teriakan dari rumah sebelah sempat membuat burung-burung yang tengah menikmati sarapan mereka itu terkejut, tapi kemudian toh mereka kembali melanjutkan sarapannya. Begitu pula dengan bapak yang tak terlalu memedulikan apa yang terjadi di rumah tetangganya itu. Selama burung-burung itu tetap bernyanyi dan tetap menikmati jamuan sarapannya, tampaknya ia pikir semuanya akan baik-baik saja.




<!-- tema hari ini -->

Hewan peliharaan adalah pemeran antagonis

<!-- cuap-cuap penulis -->

Nganu... Aku gatau ini masuk tema apa ngga, tapi yaudala ya yang penting nulis :"""")

Btw mohon doanya ya gengs, besok aku mau wawancara buat Beasiswa Djarum :") 1 langkah lagi dan ak akan berhasil jadi Beswan Djarum gaes!!1!1!1

Mohon doanyaa 🙏

RejuvenateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang