Nonton Balapan

105 42 4
                                    

Sepulang sekolah, Fani bersiap-siap untuk pergi nonton balapan bersama Maminya. Sesuai yang dijanjikan oleh Maminya tadi disekolah. Fani menggunakan baju kemeja berwarna hitam yang didalamnya menggunakan kaos berwarna merah terang bergambar lambang BTS. Fani juga menggunakan topi berwarna hitam dan celana jeans berwarna biru tua, serta sepatu berwarna putih.

Sedangkan Siska menggunakan baju lengan panjang berwarna biru tua dan celana longgar berwarna mocca. Rambut Siska pun disanggul layaknya seorang ibu yang mau pergi arisan. Melihat penampilan anaknya yang terlihat tomboy, Siska pun mengomentari.

Fani, kamu itu perempuan nak. Pake baju yang feminim dong harusnya. Ini kenapa pake celana jeans. Mana lututnya robek gitu lagi. Kamu mau jadi preman disana?

Mami ini gimana sih? Ini tuh namanya style zaman now Mami. Mami nya aja ketinggalan zaman. Jawab Fani tanpa merasa bersalah.

Mereka hanya pergi berdua ke tempat balapan. Siska yang mengendarai mobil. Karena jika Fani yang mengendarai mobil, bisa dipastikan Fani akan ngebut dan Siska akan jantungan. Bukannya sampai ditempat balapan malah ke rumah sakit nanti jadinya.

Di tempat balapan, semua orang sudah duduk ditempat duduk penonton. Lokasinya sudah diramaikan dengan teriakan-teriakan dari para penonton. Fani terlihat antusias untuk menonton balapan itu, sedangkan Siska terlihat kurang nyaman dengan keramaian orang-orang.

Fani, kita pulang aja yuk nak! Mami gak nyaman ditempat kayak gini. Siska menggandeng tangan Fani agar mau pulang.

Mami kok gitu sih? Kita kan baru nyampe Mi. Lagian balapannya bentar lagi dimulai. Fani menolak ajakan Maminya untuk pulang.

Karena anaknya tidak mau pulang, Siska pun memutuskan untuk menunggu di mobil saja. Hampir 30 menit menunggu, Siska merasa haus. Ia pun mencari minuman area tersebut. Setelah membeli minum, Siska kembali lagi ke dalam mobil untuk menunggu Fani.

Tiba-tiba ada panggilan masuk dari pihak sekolah. Siska disuruh menyelesaikan tugas sekolah tersebut sebagai ketua yayasan. Siska pun pergi untuk menyelesaikan tugas tersebut.

Diperjalanan, ia menelepon Fani untuk memberi tau bahwa ia pergi menyelesakan urusannya terlebih dahulu. Namun Fani tak kunjung mengangkat telepon dari Maminya itu karena ponselnya berada didalam saku celana dalam keadaan hening. Fani sengaja mengheningkan ponselnya itu agar tidak ada yang mengganggunya disaat menyaksikan acara balapan.

Siska yang kesal dengan sikap anaknya yang tak kunjung mengangkat teleponnya, memutuskan untuk menyuruh Evan menjaga Fani selama menonton acara balapan.

Tak sampai 15 menit, Evan sudah tiba dilokasi balapan. Ia mencari keberadaan Fani dan didapatnya sedang teriak histeris memberi semangat dan dukungan pada para pembalap. Evan yang melihat itupun geleng-geleng kepala.

Ni cewek sebenarnya cewek bukan sih? Masak iya hobinya nonton balapan? gumam Evan sambil terus melihat Fani dari kejauhan.

WOY! Evan datang dan berdiri disamping Fani. Eh, kok bisa ada elo disini? Lo mata-matain gue ya? tuduh Fani pada Evan.

Sembarangan aja lo tempe bacem. Gue disuruh nyokap lo buat nyamperin lo kesini.

Emangnya Mami gue kemana?

Makanya, kalo punya handphone itu digunain. Nyokap lo udah nelpon lo berkali-kali tapi gak lo angkat. Jadi dia nyuruh gue kesini untuk bilangin sama lo kalo dia lagi ada urusan mendadak. Evan menjelaskan yang hanya dijawab oh oleh Fani.

Dah, yuk pulang! ajak Evan menggenggam tangan Fani.

Emangnya lo siapa nyuruh-nyuruh gue pulang? Papi gue bukan, abang gue bukan. Fani terus menolak untuk diajak pulang.

Gue pacar lo. Ucap Evan langsung tanpa berpikir panjang apa yang akan terjadi jika ia mengatakan itu pada Fani. Fani pun hanya terdiam dan mengikuti Evan untuk pulang.

IMAM IDAMANWhere stories live. Discover now