Pulang Malam

86 43 0
                                    

Di dalam mobil, hanya keheningan yang tercipta. Tidak ada yang berniat membuka suara antara keduanya.

"Fan!" panggil Gio tiba-tiba. Fani hanya berdehem.

"Kita makan dulu yuk! Tenang aja, gue kok yang nraktir."

Tanpa pikir panjang lagi, Fani pun menerima ajakan Gio. Sebab perutnya memang merasa lapar dan uangnya sudah habis.

Sesampainya di sebuah restoran, Fani dan Gio langsung memesan makanan.

"Fan!" panggil Gio sambil menatap Fani lekat. "Lo tambah cantik deh." lanjut Gio sambil tersenyum.

Tentu saja pipi Fani langsung memerah. Bagaimanapun cewek kalo udah dipuji tuh auto melayang ke udara.

"Lo ngomong apa sih?" ucap Fani sambil tersenyum canggung menahan malu.

"Ya elah Fan, gak usah nge-blush gitu kali. Dulunya juga lo sering gua gombalin."

Tak lama kemudian pesanan mereka pun datang. Fani dan Gio langsung memakannya.

Sedangkan di luar, ada sepasang mata yang memperhatikan keduanya. Karena mereka duduk di dekat jendela, jadi dengan mudah orang itu memperhatikan keduanya.

"Huh! Kenapa cowok itu balik lagi sih?" ucap cowok itu kesal.

Kemudian ia pun meninggalkan restoran tersebut. Tak ingin emosinya semakin memuncak.

Pukul 8 malam

Fani baru saja tiba dirumah diantar oleh Gio. Entah kemana saja mereka seharian ini.

"Dari mana aja kamu, jam segini baru pulang?" tanya Pram dingin.

"Kenapa kamu gak pulang bareng Evan? Kan mama udah nyuruh kamu pulang sama dia." Siska ikut memarahi putrinya. Mereka sudah sejak Magrib tadi menunggu putrinya itu. Namun ternyata belum juga pulang.

"Dari jalan-jalan bareng Gio." jawab Fani santai.

"Kenapa kamu gak ngasih kabar dulu? Papi sama mami tuh khawatir kamu kenapa-kenapa. Mana dihubungin tadi nomor kamu gak aktif." omel Siska.

"Handphone aku lowbat tadi mi. Udah ya, aku mau ke atas dulu." Fani pun berjalan ke kamarnya. Membiarkan mami papi nya yang sejak tadi mengkhawatirkannya.

"Pi, kenapa kelakukan Fani itu semakin menjadi-jadi? Mami gak mau dia jadi anak yang nakal, apalagi dia itu anak cewek kita satu-satunya." ucap Siska.

"Tenang mi, papi punya ide biar jadi anak nakal lagi." jawab Pram menenangkan istrinya.

Dikamar, Fani sudah selesai mandi. Ia memainkan ponselnya yang sedang di charger. Mainin HP sambil di cas demi ngechat seseorang.

Gio (5)

Fan!
Lagi ngapain?
Dimarahin bokap nyokap lo ya?
Maaf, udah nyulik lo seharian ini sampe lupa waktu
Besok sekolah gue anter ya!

Baru siap mandi ini
Ya gitu deh
Iya, gapapa
Gak usah deh, ntar ngerepotin lagi.

Gapapa kok
Demi lo, apa sih yang nggak?

Ya udah deh
Gue tunggu jam 6.30

Sip tuan putri

Kini Fani sedang senyum-senyum habis di kasih kata-kata manis dari Gio. Jujur, ia sebahagia itu sekarang. Walaupun dulu mereka memutuskan untuk mengakhiri hubungan mereka, tapi sekarang perasaan Fani mulai muncul lagi.

"FANI! JANGAN LUPA SHOLAT DULU BARU TIDUR!" teriak Siska dari ruang tengah.

"IYA MI!" Fani juga membalas teriakan sang mami.

Di lain tempat. Evan sedang duduk di balkon kamarnya sambil memainkan gitar kesayangannya sambil menyanyikan lagu galau. Entah kenapa suasana hatinya sedang tidak baik sekarang ini.

"HEH! Bengong aja lu! Galau lu ye?" tiba-tiba Devano, kakak Evan datang mengagetkan Evan.

"Ngagetin gue aja lu! Gue gak lagi galau ye!" jawab Evan ketus.

"Terus, ngapain lo nyanyiin lagu galau tadi? Biasanya juga nyanyiin lagu balon ku ada lima, kalo nggak lagu nya Cherrybelle lo."

"Enak aja lu! Pokoknya gue gak lagi galau. Udah ah, gue mau tidur. Lo keluar sono dari kamar gue." usir Evan.

"Eits, tunggu dulu. Gue tadinya ke kamar lo pengen minjem kemeja lo yang warna coklat itu. Bagus juga gue liat."

"A elah elu ma kebiasaan. Mana ada abang yang minjam baju sama adeknya." sindir Evan, namun tetap mengambilkan kemeja yang di maksud Devano.

"Kata siapa gua abang lu? Gua juga ogah punya adek kayak lu." setelah ngomong gitu, Devano lansung lari keluar kamar Evan takut kemeja nya di ambil lagi.

"Eee, kebiasaan lu!" ucap Evan setelah Devano keluar.

Hay!

Jangan lupa vote+comment nya ya!

Thank you!

IMAM IDAMANDove le storie prendono vita. Scoprilo ora