Ditinggal Evan

90 41 1
                                    

Di jam istirahat ini, Fani hanya duduk-duduk saja dikantin sambil minum jus mangga ditemani Evan.

"Van, lo kok mau sih temenan sama gue yang tomboy gini? Gak malu ya lo di katain orang-orang?" tanya Fani tiba-tiba.

"Jangankan temenan, pacaran juga mau gue sama lo." dengan santai Evan menjawab.

"HAH! NGOMONG APA LO BARUSAN?" Fani salting gaes. Seisi kantin pada ngeliatin Fani.

"Lo budek? Gue bilang gue mau pacaran sama lo." ulang Evan lagi.

"Gila kali lo ya. Tapi sayangnya gue nggak mau."

"Ya sudah, nikah saja." santai banget tu mulut ngomong Van.

Byuuuuur! Fani menyemburkan jus mangganya.

"HEH! LO NGELAMAR GUE APA GIMANA SIH?"

"Jangan tereak juga kali ngomonginnya. Pengen banget orang tau emangnya?" Evan terus menggoda Fani.

"Dah lah, gue mau ke kelas saja." Fani pun beranjak dari tempat duduknya.

"Eh Fan tungguin dong!" Evan mengejar Fani tapi Fani tetap tak menghiraukan.

***

Evan sedang sandaran ditembok koridor, nungguin Fani.

Tak lama kemudian, Fani lewat.

"Fan, pulang bareng gue kan?" ajak Evan.

"Ogah! Gue mau pulang bareng Mami."

"Ya sudah sana. Cari Mami lo" Evan pun meninggalkan Fani sendirian.

Sesampainya Fani di ruangan Maminya, pintunya sudah di kunci dan ternyata maminya sudah pulang. Sekolah sudah sepi, hanya tinggal beberapa orang guru saja. Sedangkan Fani tidak membawa kendaraan.

"Duh! Mampus gue. Mami kok pulang gak bilang-bilang sih?" gerutu Fani.

Ia lansung mengambil ponselnya dari saku rok. Ternyata sudah ada pesan masuk dari maminya.

"Fani, mami pulang cepet ya! Papi nyuruh mami pulang. Nanti kamu pulangnya sama Evan aja. Daaahhh sayang!"

Setelah membaca pesan dari maminya, Fani lansung berlari ke parkiran berharap Evan masih ada disana. Namun ternyata parkiran sudah kosong.

Fani tambah bingung. Jarak sekolah ke rumah nya lumayan jauh. Tak mungkin ia berjalan panas-panasan begini. Mau naik taksi atau angkutan umum juga tak mungkin, karena uang sakunya sudah habis untuk bayar uang kas tadi.

Dengan ketidakikhlasan, akhirnya Fani berjalan pulang ke rumah. Namun saat di depan gerbang. Sebuah mobil sport berhenti tepat didepannya. Dan kalian tau itu siapa?

.

.

.

.

.

.

.

.

Itu si Gio, mantannya Fani.

"Hai Fan!"

"Gio? Kok lo bisa ada di sini? Kapan lo balik ke Indo? Gue kangen sama lo." spontan Fani memeluk Gio. Fani memang menyayangi Gio. Sebelumnya, mereka bersahabat. Yaitu Fani, Evan, dan Gio. Namun Gio dan Evan sama-sama menyukai Gio. Alhasil, Gio yang lebih dulu menyatakan perasaannya. Tak sampai satu tahun, hubungan mereka putus karena Fani merasa lebih nyaman saat jadi sahabat.

Setelah Fani putus dari Gio, Evan merasa senang. Ia berusaha agar bisa mendapatkan Fani. Tapi sampai saat ini ia dan Fani masih belum ada status karena Fani yang selalu menanggapi pernyataan Evan dengan tidak serius.

Bukan salahnya Fani sih yang gak serius, Evan nya aja ngungkapinnya juga gak serius.

"Gue juga kangen kok sama lo. Kenapa lo belum pulang, kan sekolah udah sepi gini."

"Mami pulang duluan tadi, gue ditinggal sama si Evan."

"Oh ya sudah, pulang bareng gue aja yuk. Sekalian mau mampir ke rumah lo."

Fani pun mengangguk. Tanpa basa-basi lagi, Fani lansung masuk ke mobil Gio.

Hai gaes! Aku balik lagi! Maaf dah lama gak update, sibuk soalnya.

Iya, aku tau aku hanya sok sibuk.

Ada yang nungguin gak ini?

Serah dah, yang penting update.

IMAM IDAMANDär berättelser lever. Upptäck nu