Taehyung hyeong,

190 17 0
                                    

1 bulan setelah kejadian itu..

Lagi-lagi hujan turun membohongi peramal cuaca di televisi seperti hari-hari sebelumnya, Taehyung tidak lagi tertipu dengan cuaca seolah sudah mengetahui tingkah awan mendung yang selalu mendadak datang dan pergi. Hujannya deras, membuat bunyi bising diatas payungnya. Musik yang ia dengar melalui earphone menjadi kecil karena beradu dengan serbuan tetesan hujan yang mejatuhkan diri pada lengkuk payungnya yang berwarna hitam.

Berjalan pelan menghindari genangan air yang menghiasi jalanan, Taehyung berjalan melawan waktu, ketika menatap orang-orang yang akan pulang menuju rumah dan bertemu dengan keluarganya masing-masing, namun Taehyung masih bekerja di sebuah café dan bar yang buka saat petang. Kau bisa kembali setelah kondisi mentalmu membaik, beristirahatlah lebih lama, Taehyung-ah; tiba-tiba ia mengingat perkataan pemilik café dua hari kemarin.  “aku sudah membaik” ucapnya pelan, tidak terdengar karena terbawa suara derasnya hujan.

Pembicaraan mengenai dirinya yang mengambil cuti demi mengistirahatkan kondisi mentalnya sudah menyebar pada semua pekerja. Ia bahkan enggan untuk pura-pura tidak mendengar ketika ada beberapa dari mereka membahas hal itu entah di depan atau di belakang Taehyung. Ia tidak berpikir semua bahan pembicaraan mengenai dirinya adalah salah, ia sadar pernah mengalami halusinasi selama berhari-hari. Sampai Jungkook menyarankan dirinya untuk pergi menemui dokter.

Membuatnya tidak nyaman,
Penuh rasa bersalah dan penyesalan.

...

“Hari ini kau tidak usah ikut lembur.” Taehyung menoleh, kancing baju seragam yang belum selesai ia kaitkan terhenti begitu suara tidak asing dari pemilik café terdengar tiba-tiba, melihat kepala pemilik café yang muncul sedikit dari belah pintu, terlihat wajahnya sedikit khawatir.

Pemilik café tidak masuk menghampiri, hanya diam disana walaupun dirasa sosoknya menggangu pekerja lain yang ingin keluar masuk ruang ganti itu. “Kau bisa pulang jam 11 atau jam 12 malam, biar Jung Hoseok yang menggantikan mu lembur” lanjut pemilik café sambil berganti arah pandang menatap Hoseok, senior Taehyung yang lebih dulu bekerja 3 bulan.

Taehyung ikut menatap Hoseok di sebelahnya, ada perasaan bersalah ketika dirasa telah merepotkan seniornya tanpa sebab. “Aku tidak apa-apa, ssajangnim. Aku bisa ikut lembur sesuai dengan jadwal” jawab Taehyung membungkuk. Sang pemilik tidak lagi memaksa seperti sebelumnya, bahkan ia telah memaksa Taehyung untuk terus melakukan cuti, namun seperti saat ini pun Taehyung menolak. “Baiklah, terserah padamu” Pemilik café itu segera pergi.

Seperti halnya Taehyung yang tidak enak hati ketika banyak merepotkan para pekerja café lain, Jung Hoseok juga memiliki hal yang sama. Bukannya ia menolak perintah pemilik café, untuk hari ini, ia bisa saja menggantikan jadwal Taehyung dan lembur walaupun jika ia ingin jujur badannya cukup lelah melakukan lembur yang bukan miliknya beberapa hari ini. Tapi melihat wajah Taehyung yang belum dikatakan baik, ia yakin rasa sakit Taehyung tidak sebanding dengan lelah lemburnya walau sudah diberi cuti berhari-hari.

Genangan air masih belum menguap sepenuhnya, hujan sudah berhenti beberapa jam yang lalu sekaligus membubarkan banyak para pelanggan yang sebelumnya minum hanya untuk mengeringkan kepala mereka. Tidak bisa lupa café dan bar tempatnya bekerja menjadi ramai kala musim hujan memperpanjang masanya. Orang-orang yang mencari sebotol kehangatan membuat banyak cafe dan bar melemburkan pekerjanya, sehingga Taehyung bisa pulang pukul dua pagi.

Jalan sepi selalu menemani langkah berirama milik Taehyung, diikuti alunan musik kesukaan melengkapi hampanya berjalan sendiri seolah tanpa harapan. Lampu-lampu toko yang telah redup meninggalkan gelap, pikiran Taehyung melayang ketika melihat salah satu sepatu berwarna biru tua yang terpajang didalam toko dengan jendela kaca. Sepatu yang sempat ingin ia hadiahkan pada Jimin.

“kau lihat itu, hyeong? Sepatu warna biru itu bagus” sebuah telunjuk mungil menyentuh kaca transparan didepannya, terhenti kearah sepasang sepatu biru yang di kenakan manekin begitu modis. Cocok untuk dirinya juga, pikir Jimin. “ada dua pasang! Apa kita bisa membelinya bersama dan memakainya bersama?” lanjutnya menoleh kearah Taehyung, matanya berbinar.

Taehyung hanya bisa membalas dengan senyum khas miliknya. “mungkin ya, jika nilai ujianmu nanti bagus” Jawabnya sambil mengambil langkah, meninggalkan Jimin dengan senyum. Yang di tinggal pun hanya terpaku menatap punggung lebih lebar itu menjauh, ikut tersenyum sambil menyusul sang kakak dan kemudian merangkul lehernya dengan satu lengan.

Kenangan indah namun terselip kesedihan itu terhenti, melihat seorang berdiri di depan gerbang pintu rumahnya. Kegelapan yang mendominasi tidak menelan kulit pucat sosok itu sehingga Taehyung dapat mengenalnya walau dari kejauhan. “Yoongi hyeong?” sapa Taehyung sedikit kaget. 

“Aku ingin menginap, apa boleh?” balasnya dengan wajah datar. Taehyung tidak heran, ia mengerti sifat teman misterius semasa kecilnya itu yang baru-baru ini pindah ke sebelah rumahnya.

“kau menunggu ku pulang sampai jam segini?”

“ini bukan keinginan ku” jawab Yoongi meninggalkan Taehyung mendorong gerbang kayu yang memang tidak memiliki kunci dan masuk seolah rumahnya sendiri. Taehyung menautkan alisnya heran, terpaku dengan ucapan menggantung yang Yoongi lontarkan. Tanpa disadari terus menatap sampai pemuda bertubuh lebih kecil yang mendahuluinya tadi berteriak memanggil hendak dibukakan pintu.

...tbc

[END] Come Back Home 2; kth-pjm-mygWhere stories live. Discover now