[Prolog]

13.4K 499 31
                                    

"Terkadang, kita tidak bisa memilih dengan siapa kita akan menikah. Takdir telah menentukannya, walau seringkali hati menolak. Namun, semua itu tak berpengaruh sama sekali, sekali pun tak ada dasar cinta, semua sudah tertata."

-INTAN KHARISA NABILA

"Mungkin pernikahan ini terjadi karena keegoisan semata. Tetapi saya akan berusaha menempati hati kamu sepenuhnya."

-SAMUEL DEWA UTAMA

Happy reading, all

I hope, kalian menikmati ceritanya

Yellow love for U

💛💛💛

Seorang gadis dengan seragam SMAnya terlihat tengah membuka pintu dari luar tanpa suara. Hal tersebut memang sering ia lakukan karena memiliki kunci serep dan tahu jika di jam-jam dirinya pulang sekolah pasti tidak ada orang di dalam rumah, terkecuali jika pekerjaan bi Asih belum selesai.

Ia melangkahkan kaki ringan ke arah dapur ingin menuntaskan rasa hausnya. Namun, belum juga sampai tujuan, tatapannya teralihkan pada sosok asing yang mampir di indra penglihatannya. Sosok lelaki tampan yang mengenakan pakaian formal dan rapinya. Sesaat setelah meneliti penampilan lelaki itu, gadis dibuat meneguk kasar salivanya ketika netra menangkap ternyata orang asing itu juga menatapnya, terlebih dengan senyum miring yang ditampilkan membuat gadis begidik ngeri.

Tak ayal membuat gadis bernama Nabila itu membalas sunggingan senyum tersebut walau dengan cangung dan segera meluncurkan diri ke dalam kamar.

"Di rumah nggak ada orang, kan? Tadi aja nggak ada tanda-tanda bi Asih ada di rumah," monolog Nabila, ia segera mendudukkan tubuhnya di atas kasur, sedikit merenggangkan otot-otot tubuh yang kaku saking penatnya. Sesekali tangannya mengipas-kipas wajahnya yang panas.

Tanpa berniat mengganti bajunya terlebih dahulu, gadis itu menarik guling dan segera di dekap lantas berpikir sejenak, kembali merenung. "Kenapa dia bisa ada di dalam rumah gue? Cara dia masuk gimana? Jangan-jangan ...."

Astaga. Pikiran Nabila sudah dipenuhi berbagai hal-hal negatif seperti beberapa film yang pernah ia tonton dan ketika mengingat senyum yang ditampilkan lelaki tadi membuatnya begidik ngeri. Namun, ia berusaha keras merobohkan pikiran-pikiran tersebut. Nabila benci dengan ketakutan dan rasa penasarannya. Ia penasaran dengan lelaki tampan di ruang tamunya itu, tetapi ia juga takut jika orang itu berniat jahat, karena tampang bukan penentu kebajikan hati.

Zevan. Ah, Nabila teringat dengan nama kakaknya. Ia lantas membuka tas sekolah yang tergeletak di samping tubuh dan segera mengambil ponsel pintar di dalamnya. Setelah beberapa detik dan mendapat kontak Zevan, Nabila langsung mencoba menelepon guna menuntaskan rasa penasarannya. Namun, sepertinya lelaki bersatus kakaknya itu sedang sibuk dan tidak mendengar pangilannya, membuat Nabila menggeram kesal.

Beberapa saat setelah mencoba berpikir, akhirnya dengan keberanian yang sudah ia kumpulkan dan tekad bulat, Nabila membuka pintu kamar dan berjalan pelan ke arah ruang tamu.

"Nggak mungkin kalau gue di kamar terus sampai nunggu orang rumah pulang."

"Yang ada gue mati penasaran, 'kan?"

***
Samuel yang duduk di sofa dan menatap ke kanan itu tersenyum setelah melihat kehadiran Nabila di hadapannya, lalu mengambil gerakan untuk berdiri. Tak lama, lantas dia menyodorkan tangannya pada Nabila dan membuka suara.

"Samuel. Saya Samuel, dan sekarang menjadi tuan rumah di sini," ucap Samuel, lugas.

Mendengar hal itu, membuat Nabila mengernyit. Ucapan lelaki tersebut membuatnya bingung. Jelas-jelas ini adalah rumahnya, walau atas nama ayahnya.

My Teacher, Hubby! (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang