9] Mertua?✔

2.4K 173 7
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.



"Saya akan berusaha mencintai kamu."

Ini adalah kedua kalinya Samuel mengatakan kalimat tersebut. Kalimat sederhana yang mampu membuat hatinya bimbang. Ia teringat tentang Erick di sana. Lelaki yang dicintai dan pasti mencintainya.

"Mm, lo mending keluar deh. Gue mau mandi." Nabila mendorong dada bidang itu lembut. Sungguh, dirinya merasa gugup saat tatapan seintens tadi ditujukan padanya. Terlebih lelaki itu suaminya, yang jelas memiliki dirinya seutuhnya.

Mungkin ia masih tidak menyangka bahwa masa remajanya sudah terkorbankan begitu saja. Tetapi dalam logikanya, terkadang ia berpikir mungkin saja itu yang terbaik baginya. Yah, mana kita tahu jalan takdir Allah?

"Iya." Samuel mencium kening istrinya singkat. Ia memamerkan senyuman tulusnya. Menatap Nabila, sungguh tak pernah terbayang sedikit pun, dirinya sudah menikah dengan gadis yang baru dikenalnya itu.

Samuel mengenal Nabila juga karena pernikahan ini. Pernikahan yang sama sekali tak pernah terpikir di benaknya karena ia sungguh masih mencintai Intan. Sungguh, sebenarnya ia tak sanggup mencintai wanita lain selain ibunya Mikel. Tetapi ia juga tidak boleh menyia-nyiakan seorang gadis di depannya. Gadis yang mungkin tidak rela menerima kenyataan bahwa kebebasannya direnggut paksa. Dirinya tak mungkin lebih menyakiti Nabila dengan cara tidak menganggapnya.

Setelah mencium kening Nabila, Samuel segera berjalan meninggalkan sang istri. Lagi pula tidak mungkin 'kan jika ia meninggalkan tamu sendirian?

Samuel menuruni per-anak tangga. Matanya menyapu ruang tamu yang sudah terisi oleh keluarganya dan keluarga istrinya. Iya, kedua keluarga yang kini sudah menyatu karena pernikahannya.

"Wah. Anak Ayah ganteng ya? Di mana menantu Ayah, ha?" Sang Ayah menyapanya dengan senyuman lebar. Ibu tiri dan Ayah mertuanya pun tersenyum ke arahnya.

Kanza--ibu Samuel-- menatap putra tirinya itu dengan bangga. Merasa bahagia bisa melihatnya kini bertumbuh dewasa dan tampan. Walau bukan darah dagingnya sendiri, tetapi Kanza sangat menyayangi Samuel. Samuel putra yang cerdas dan penurut.

"Angel nggak ikut, 'kan?" Baron, sang Ayah mengangguk. "Bahaya kalo dia ikut."

"Nabila mana, Sam?" Sekarang tatapannya beralih pada Edward dan menyalaminya, sebelumnya ia sudah menyalami ayah dan ibunya terlebih dahulu.

"Lagi mandi, Yah." Mendengar ucapan sang putra, entah mengapa mereka terkekeh mendengarnya.

"Itu anak emang suka mandi siangan," ucap Zevan sembari menggelengkan kepala. Merasa heran dengan kelakuan adiknya dan tentu mencurigai kekehan para orang tua itu. Takutnya mereka mikir macem-macem kan bahaya. Adek gue masih polos, mana ada dia macem-macem.

"Ayaaah! Bang Zevaaaan!" Dengan kecepatan bak cahaya, Nabila sudah memeluk keduanya dengan bahagia. Sungguh, rasa rindu itu menyesakkan.

Baru beberapa hari berpisah rasanya sudah seberat itu.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 10 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

My Teacher, Hubby! (REVISI)Where stories live. Discover now