8] Yes, Mam.✔

2.4K 174 6
                                    


istighfar banget sih gue. berharap cepat selesai revisian tapi seringnya lalai. maafkan, ygy. moga kalian tetap setia menunggu revisian yg tak menentu ini.

love you sekebon ......

happy reading ....

"Jadi, gue harus jadi ... mama muda?

~My Teacher, Hubby!

"Lo masak?"

Nabila masih dengan piyama kesayangannya yang melekat di tubuh, tanpa mempedulikan penampilannya yang ia yakini seratus persen tidak tertolong. Menggeret kakinya menuju dapur, tempat ia akan mengecek suaminya.

Pagi hari yang cerah, walau sedikit menyisakan hawa dingin sebab hujan hampir semalaman. Gadis yang kini baru bangun tidur itu mendekati suaminya dengan mengucek matanya. mengabaikan mungkin saja suaminya akan risih karena penampilannya.

"Hum. Wangiii. Jadi laper," gumamnya, melirik apa yang tengah dimasak oleh lelaki itu.

"Mending cuci muka dulu." Samuel menaburi irisan bawang merah goreng ke atas sayuran yang telah selesai dibuatnya. Hanya sop ayam dan telur dadar sederhananya tetapi sudah mampu membuat seorang Nabila ingin cepat-cepat melahap.

"Ih, masa pagi-pagi sarapannya begituan?" walau perut dan mulut menginginkan, ego tetapla yang utama. pertama, karena itu masakan seorang Samuel dan yang kedua karena Nabila tak biasa sarapan dengan makanan khas Indonesia, nasi. 

Gadis dengan rambut sedikit acak-acakan itu mendengkus. Setelahnya, mengomentari masakan suaminya adalah hal yang  ia rencanakan. "Harusnya sarapan pake susu sama roti. Susu kan menambah tinggi badan dan meningkatkan kepintaran pada otak."

"Mending masak sendiri aja," jawab Samuel datar.

Lelaki itu akan membawa dua piring dan satu mangkuk besar. Satu piring berisi telur dadar dan satunya lagi berisi nasi yang memang cukup untuk berdua. Sedangkan mangkuknya berisi sup panas. "Kamu nggak ada niatan bantu saya?" dengkus Samuel, gemas melihat istrinya yang tidak peka.

Meringis kecil, Nabila menggeleng. "Mau cuci muka dulu. Takutnya lo nggak napsu makan liat gue."

Semenjak semalam mereka tidur sekasur berdua, Nabila sedikit merubah sikap ketus nan dinginnya itu dengan sedikit sikap friendly. Yeah, setidaknya ia bisa menganggap Samuel adalah temannya, bahkan bisa disebut, tukang masaknya? Hah, sepertinya yang terakhir kurang sopan. Haha.

Samuel itu sebenernya ganteng, baik, sopan, pinter, jago masak. Ah, pokoknya the best banget buat dijadiin suami.  bahasa kerennya sih katanya suamiable, Cuman ya, kalau masalah hati tetap lain.

Nabila meninggalkan Samuel, sedangkan lelaki itu hanya menatapnya datar. "Yang istri siapa? Yang diladenin siapa," dengusnya, sebal dengan suara keras, berniat menyindir Nabila.

Memang Nabila peduli? Jelas saja tidak. Nabila dengan percaya diri tetap melangkah gontai menuju kamarnya.

Lima menit berlalu, gadis itu sudah siap dengan wajah yang lebih fresh, bahkan sudah mandi pagi. "Belum sarapan, ya?"

"Hm." Samuel hanya menjawabnya dengan deheman, lalu mengambil nasi dan lauk untuk dimakan.

Sedangkan Nabila hanya menatap Samuel, tanpa berniat mengambil sarapannya. "Lo nunggu gue ya?"

My Teacher, Hubby! (REVISI)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin