1 ] ____

6.6K 379 28
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Hola i'm back

Sorry, ges. Kemarin lupa hari :v

Eh, tau tau ini Minggu ya.

Janlup klik komen banyak2 n vote

Lope you gezz

💛💛💛

°
°

Nabila sudah menyelesaikan makan siangnya, gadis itu segera membawa piring dan gelas kotor itu ke dapur dan segera membersihkannya. Setelah urusannya selesai, bergegas Nabila menyusul  dua laki-laki yang terlihat tengah mengobrolkan sesuatu. Dan kedatangannya membuat keduanya menoleh ke arah Nabila. Langsung saja gadis itu duduk tanpa di perintah.

“Nabila. Dia Samuel. Emm,” jeda karena sejujurnya Zevan ragu untuk mengatakannya.

“Dia suami kamu.”

Benar dugaan Zevan, pasti adiknya langsung menatap tajam ke arahnya dengan tatapan ketidakpercayaannya. Zevan benci melihat adiknya menatap dirinya seperti saat ini.

“Abang jangan bercanda, bisa? Nabila lagi pengin dengerin sesuatu yang serius!” sembur Nabila.

Zevan menghela napas, lalu melanjutkan, “Samuel Dewa Utama.”

Meliat Nabila hendak kembali menyela, secepat mungkin Zevan menutup mulut adiknya dengan kalimat tegas.  “Dengerin dulu, Bil, jangan motong.”

Mau tak mau Nabila mengangguk. Walau dari awal perkataan Zevan sudah membuatnya ingin mengamuk. Bagaimana bisa, kakaknya dengan kalem mengatakan bahwa lelaki di hadapannya itu suaminya? Kapan Nabila menikah?!

“Dua puluh delapan tahun, memiliki perusahaan penerbitan dan sempat menjadi seorang guru di SMA Nusantara. Tinggi 184 senti, dengan cirri-ciri bisa kamu lihat sendiri.”

Nabila menoleh, menatap Samuel dengan menilai kesempurnaan wajah yang dimiliki. Hidung mancung dengan lesung pipi yang terkadang muncul di sebelah kiri, alis tebalnya begitu tepat berada di atas netra hitam pekatnya yang seakan memiliki kuasa dominasi. Terlebih kala netra Nabila tepat menatap bibir tipis nan menggoda milik Samuel. Benar, dengan paras yang dimiliki Samuel tak ayal membuatnya yakin tinggi lelaki itu terlampau jauh dari tinggi badannya yang 160 saja tidak sampai. O, jangan lupakan otot lengan yang tampak menonjol pada lengan tangan Samuel karena ulah lelaki itu yang tidak menurunkan lipatan lengan kemeja. Dan itu hal yang membuatnya gagal fokus mendengarkan lanjutan ucapan kakaknya.

My Teacher, Hubby! (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang