180°|19

99 21 1
                                    


180 Degree

Setelah membersihkan diri, dan berganti pakaian. Isan menghampiri Icha dan bibinya yang menunggu di ruang tamu.

Icha menepuk sofa dia sebelahnya, meminta Isan untuk duduk di sana. Isan menurut dan duduk di samping Icha.

Icha menyentuh luka-luka di tangan Isan, perlahan dia mengobati luka itu.

"Tante masuk dulu ya," ucap Risma pamit pada mereka. Risma hanya ingin memberikan mereka privasi.

Isan dan Icha mengangguk. "Cha. Soal 3 permintaan itu, gue mau minta yang pertama hari ini. Boleh kan?" tanya Isan memecah keheningan.

Isan mendongak menatap Isan. "Boleh. Tapi jangan minta gue jadi pacar lo," goda Icha.

Isan terkekeh dengan jawaban Icha itu. "Ya kali Cha. Gue masih waras," ucapnya lagi.

"Ya, siapa tau aja kan."

"Gue cuma mau, tolong jangan jauhin gue ya."

"Kenapa juga gue harus jauhin lo, tapi mungkin gak se-deket dulu."

"Emang dulu kita deket?" Isan mengerutkan keningnya.

Tanpa aba-aba Icha langsung memukul tepat di luka Isan, dia langsung mengasuh kesakitan.

Icha refleks meniup-niup luka itu. "Maaf maaf."

Melihat Icha sangat khawatir seperti itu, membuat Isan tertawa terbahak-bahak. Icha langsung menatap Isan tajam.

"Cha. Gue suka ngeliat lo kaya gini, terus kaya gini ya Cha. Gue yakin Putra juga seneng ngeliat lo dari atas sana."

"Gue punya firasat, kalo gue bakalan cepet ketemu putra."

"Itu cuma firasat belum tentu bener."

Icha memilih bangkit ingin ke kamarnya. "Lo bisa tidur di kamar tamu, kalo mau makan ambil sendiri aja."

"Kalo gue gak bisa tidur, boleh gue ke kamar lo?" Isan menaik-turunkan alisnya.

Icha tidak peduli dan langsung naik ke kamarnya.

___

"Ka Isan ko pagi-pagi udah disini? Jemput teh Caca ya?" ucap Adel seraya duduk di kursi meja makan.

Isan yang sudah duduk anteng di kursinya menatap Adel gemas. "Ka isan nginep di sini semalem."

"Serius! Ko Adel gak tau?"

"Adel udah tidur semalem."

"Yah, padahalkan kita bisa main dulu semalem. Adel rindu tau sama ka Isan."

"Jangan rindu be--"

"--rat kamu gak akan kuat. Biar aku aja," ujar icha memotong ucapan Isan.

Isan dan Adel menengok ke arah Icha yang baru turun dari tangga. Kemudian mereka tertawa mendengar ucapan Icha.

"Kalo ada nak Isan. Rumah jadi rame ya," ucap bibinya dari arah pantry.

"Iya. Beda kalo yang dateng ka Sean." Adel mengiyakan ucapan mamanya. "Teh Caca kenapa gak pacaran aja sama ka Isan?"

"Hus. Kamu masih kecil jangan ngomongin pacaran," tegur Isan.

"Yang kecil diem aja," balas Icha.

Adel hanya cemberut dan menyantap sarapannya dengan tergesa-gesa. Risma, Icha dan Isan terkekeh melihat tingkah laku Adel. Dia masih kecil tapi bertingkah seolah dia sudah remaja.

Setelah sesi sarapan tadi, Icha di antar oleh Isan. Sebenarnya Icha sudah menolak, tapi Isan bersikukuh ingin mengantarnya.

Icha turun dari motor Isan, dia tidak mengantar sampai gerbang, mereka hanya sampai halte bus yang tidak terlalu jauh dari sana.

Vericha Aflyn ✔️Where stories live. Discover now