180°|37

89 19 4
                                    


180 Degree.

Flashback.

Di sebuah taman yang sangat asri, dua orang remaja sedang asik berjalan-jalan. Sang laki-laki duduk di kursi roda, sedangkan seorang perempuan sedang mendorongnya.

Mereka berhenti di bawah pohon yang sangat rindang, mata laki-laki itu memandang sekumpulan anak kecil yang sedang bermain di sebrang sana. Matanya memancarkan kebahagiaan, senyumnya tercipta begitu indah.

Icha berjongkok, karena ada sesuatu di dekat kakinya. "Putra, ada gelang." Icha menyodorkannya kehadapan putra.

Putra memandang gelang itu, lalu tatapannya beralih ke wajah Icha. Wajah manis, dengan tawa yang menghiasinya. Sangat indah untuk di pandang.

"Bagus banget, ada nama akunya!" ucapnya lagi, dengan girang.

Putra tersenyum, hanya sebuah gelang. Namun mampu membuat Icha begitu senang. "Cuma gelang," ujar Putra datar.

"Ih. Ini beda, ada nama akunya. Kok bisa sih, jangan bilang dari kamu?" tebak Icha sambil menatap Putra dengan curiga.

Putra yang semula mengulas senyum, kembali menetralkan ekspresinya.

Icha yang melihat itu terkekeh,"maaf."

"Kebiasaan sih Cha!"

"Ya, maaf. Lagian kamu kasih kejutannya yang gampang di tebak."

"Kamu nya aja, yang terlalu peka. Tapi selamat ulang tahun ya, maaf cuma bisa kasih gelang itu."

Icha menggeleng, lalu memakai gelang itu. "Ini bagus, aku suka. Bahkan kalo pun kamu cuma bilang, 'selamat ulang tahun'. Aku pasti seneng."

Putra tersenyum sambil memandangi Icha, andai saja dia punya kesempatan untuk selalu bersama perempuan ini. Dia akan sangat bahagia, namun sekuat apapun dia berusaha. Takdir lah yang menentukannya.

Saat ini, dirinya hanya menanti keajaiban. Semoga mereka akan selalu bersama, selamanya.

Flashback off.

___

Suasana kantin saat ini masih sangat ramai, karena bel istirahat baru berbunyi 5 menit yang lalu.

Sean, Candra, Abi, Echa, Ailee, dan Kayla. Duduk di meja paling pojok. Tak ada obrolan di antara mereka, Abi yang biasanya melawak pun, hanya diam saja.

"Tumben, Bi. Diem aja?" tanya Ailee di sela makannya.

"Lagi galau." Bukan. Bukan Abi yang menjawab, itu suara Candra.

"Sok-sokan galau," cibir Ailee lagi.

"Masalah buat lo?" Abi bangkit dari duduknya, dan langsung pergi begitu saja.

Mereka yang melihat itu, hanya memperhatikan punggung Abi yang kian menjauh. 

"Kenapa lagi dia?" tanya Sean.

"Lo tau lah, gimana hubungan dia sama Angel," jawab Candra santai.

"Gue heran. Kenapa coba dia bisa suka, sama cewe kaleng rombeng kek gitu?" Gumam Ailee.

"Perasaan hati gak ada yang bisa ngatur, Lin," jelas Echa.

Sean diam, benar kata Echa. Dia menjadi bukti nyata, bahwa perasaan tak bisa di atur oleh orang lain, bahkan dirinya sendiri. Hati punya cara, jalan dan matanya sendiri, untuk menentukan siapa yang akan dia cintai.

Tak jauh dari tempat mereka, ada Icha, Isan, Angel dan Riri. Mereka asik bercanda, tak peduli tatapan aneh dari orang-orang di sekitarnya.

"Eh, Cha. Gelang lo bagus," ucap Riri menunjuk pergelangan Icha.

Vericha Aflyn ✔️Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ