Handi Marah

440 139 27
                                    

"Bodo amat, gue nggak mau lagi nyari info tentang Lia buat lo!"

Handi melipat dua tangannya di dada. Lino yang tengah memasak nasi goreng untuk Handi melirik Handi yang sedang berdiri di sebelahnya sinis.

Malam ini, Handi dan Yosi berniat membagi info tentang Lia pada Lino. Tapi nyatanya malah Handi marah-marah begitu sampai di depan Lino yang sedang monyong-monyongan dengan para kucing.

Lino akhirnya memasakkan Handi nasi goreng. Tapi nyatanya mulut Handi tidak berhenti nerocos sejak datang.

"Iya iya, maaf."

"Nggak."

"Lagian kan emang bener lo naksir Cherry." Lino menahan tawa. Harus ditahan. Takutnya kalau muncrat nanti ingusnya ikut melompat ke nasi.

"Pokoknya gue marah."

"Ya udah, nggak gue bikinin nasi goreng lagi. Pergi, lo!"

Handi pergi seraya menghentak-hentakkan kaki. Sebal dengan Lino, apalagi Abin.

Sayangnya, pria pemilik otot bisep yang cukup kekar yang sedang duduk di depan televisi Lino hanya terkekeh geli melihat kelakuan Handi. Abin kemudian melempar kulit kacang pada Handi. "Heh, mau lewat mana? Pintunya udah gue kunci."

Handi melotot. "Kok dikunci, sih?"

"Disuruh Lino. Biar kucingnya nggak pada ke mana-mana."

"Lagian ya, Han, lo harusnya bersyukur, Cherry udah tau perasaan lo tanpa lo susah-susah bilang," ucap Yosi yang kemudian melempar kacang ke mulutnya. Setelah sempat mengunyah kacang, Yosi melanjutkan perkataannya, "Harusnya lo seneng, dong."

"Seneng, seneng, bibir lo! Gue malu ya, njir!"

"Gue kira nggak punya malu."

Handi melotot ke Abin. "Eh, gue kempesin ya, bisep lo, Bang!"

"Bodo."

"Umm ... memangnya otot bisa kempes?" tanya Felix yang juga sedang main ke rumah Lino.

"Diem lo, bule!" Handi melempar bantal pada Felix, membuat remaja blasteran itu ber-ouch ria—kesakitan. Handi mengepalkan tangan, kemudian satu tangannya menunjuk Felix. "Harusnya lo belain gue! Bantuin gue, kek!"

"Bantu? Oh. Okay. Nanti aku bantu kamu bilang ke Cherry."

"Felix!!!"

••

Paginya, Handi merasa luar biasa canggung di kelas. Apalagi karena tempat duduknya berada di belakang Cherry. Sebisa mungkin, ia juga menghindari kontak mata dengan gadis bermata sipit itu.

Felix berdeham ketika jam pelajaran kedua usai. "Cherry," panggilnya sambil mencolek bahu Cherry menggunakan pena.

Yang dipanggil menoleh. "Iya?" Matanya menyoroti Felix dan Handi bergantian.

Tentu Handi gelagapan.

Buru-buru ia mengambil ponselnya. Mengalihkan sorot matanya ke ponsel.

"Kamu paham dengan materi matematika tadi?" tanya Felix.

"Paham. Kenapa?"

"Sama. Tapi, ada beberapa yang kurang jelas. Handi juga bilang, dia kurang mengerti. Lia bagaimana?"

Lia yang tengah merapikan buku menoleh. "Paham."

"Bagaimana kalau kita belajar bersama nanti?"

Ponsel Handi jatuh. Membuat ketiga temannya menoleh. Handi kemudian mengambil ponselnya. Setelah itu, ia kembali memainkan ponsel.

Mas Kucing [END] ✓Where stories live. Discover now