#2

150 11 0
                                    

Cahaya orange kemerahan menghiasi setiap jengkal di permukaan bumi ini menandakan sang mentari kembali ke peraduaannya di ufuk barat.

Sisa-sisa rintik-rintik hujan masih terlihat jelas dari ujung-ujung pepohonan sebelum akhirnya jatuh ke tanah untuk memberikan kehidupan di bawah sana.

Beberapa karyawan masih terlihat lalu lalang di dalam kantor, namun sebagian dari mereka sudah telah pulang semenjak hujan telah berhenti.

“apakah nona sudah siap?” Revan tengah memperhatikan atasannya yang terus saja melihat memandang penampilannya di sebuah kaca besar persegi empat yang sengaja di pajang di samping meja kerjanya.

“saya masih bingung Van, apakah saya sudah siap atau belum dengan ini semua.” Nisa terus saja memandang tubuhnya yang telah dibaluti dengan dress army hasil rancangan desainer kenamaan asal Amerika, Ralph Lauren.

Tak berselang lama, handphone milik Nisa yang berada di dalam tas yang berada di atas meja kerja menarik perhatian Nisa, dia pun menghampiri meja dan mengambil handphone yang terus saja berbunyi tanpa henti.

“papa.”

Sebuah kata singkat yang tertera di hanphone Nisa namun membuat jantungnya terus berdetak dengan sangat kencang, Nisa hanya mengamati layar handphonenya tanpa berniat untuk mengangkatnya.

Sedetik kemudian dia menyentuh gambar yang berwarna merah untuk mematikan suara yang terus saja berdering di benda pipih tersebut.

“ayo kita berangkat. Kita sudah ditunggu, Van.” Nisa meraih sebuah tas selempang warna hitam yang tergeletak di atas mejanya.

Sebuah tas dengan desain yang begitu simple namun dengan harga yang merogoh kocek begitu dalam hanya dengan melihat logo yang terpampang di luar tasnya, Hermes.

“nona Nisa tengah menuju ke bawah, persiapkan segalanya.” Revan yang tengah menekan tombol lift untuk digunakan dirinya dengan Nisa menggunakan sebelah tangannya untuk menekan Earpiece yang terpasang di telinganya agar terdengar lebih jelas dan langsung di angguki oleh para pengawal khusus yang telah siap siaga di lantai dasar Brawijaya Group.

Saat berada di dalam lift, Revan terus saja memperhatikan Nisa yang tengah berdiri sesajar di sampingnya.

Revan tahu jika saat ini perasaan Nisa tengah kalang kabut namun ditutupi dengan penampilan Nisa yang selalu tampil perfect dan memukau sehingga perasaan yang sesungguhnya dapat dia tutupi dengan sempurna.

Tapi Revan dapat mengetahuinya hanya dengan melihat Nisa menggenggam tangannya satu sama lain seraya menggigit bibir bawahnya.

Hal inilah yang selalu menjadi pusat perhatian Revan saat melihat Nisa tengah kalang kabut sejak dahulu sehingga dia dapat mengetahui kondisi Nisa dengan sangat baik.

“semua akan baik-baik saja.” Sahut Revan seolah menjawab semua isi hati Nisa.

Saat pintu lift terbuka sempurna, mata Nisa menangkap beberapa pengawal yang berpakaian lengkap tengah berdiri di depan lift seolah dia menunggu kedatangan atasannya tersebut karena saat melihat Nisa, mereka semua langsung membungkukkan tubuhnya pertanda hormat.

Untuk menyembunyikan perasaan gundah yang di rasakannya, Nisa mengangkat dagunya sedikit ke atas dengan pandangan dan sorot mata tajam yang dimilikinya.

Dia melangkah dengan begitu anggun menuju ke sebuah mobil yang telah siap yang di kelilingi oleh beberapa pria bertubuh kekar dengan setelan serba hitam dari pakaian hingga sepatu yang digunakannya.

Mereka tak lain adalah Alpha team yang begitu populer di kalangan wanita-wanita yangbegitu memuja-muja ketampanan dan fisik mereka.

Sebuah mobil Porsche mewah hasil pabrikan asal Jerman tengah terparkir sempurna di depan Nisa, seorang pengawal langsung membuka pintu penumpang.

Serpihan Cinta Dalam HarapanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang