1.2. A Man in A Small City

829 90 24
                                    

Hujan turun dengan derasnya mengguyuri kota terpadat ke-empat di California yang ditemani Karl. Suara sirine ambulans berdengung membias di udara dingin, tepat pada bawah atap rumah sakit TCH. Sejumlah insan yang mengenakan snelli atau pakaian rumah sakit lainnya terlihat berpindah ke sana dan ke sini dengan langkah terburu-buru. Beberapa butir keringat menempel menghiasi dahi para tenaga medis yang tengah bekerja dengan usaha penuh, walaupun suhu di wilayah tersebut tidak sampai enam puluh derajat fahrenheit.

Dokter yang kini tampangnya sedikit acak-acakan dengan name tag bertulisan 'dr. Dave Watson' di jas putihnya memeriksa keadaan seorang gadis, masih berada dalam mobil ambulans yang baru tiba. Dalam batinnya, dia meringis melihat korban kecelakaan bus yang kesekian sore ini. Dave memberikan instruksi kepada beberapa perawat dan tenaga pertolongan pertama yang menemaninya. "Turunkan brankarnya dan pindahkan ke bangsal dua."

Baru saja pria berambut cokelat tersebut melangkah masuk melewati batas pintu kaca yang buka-tutup secara otomatis, dia sudah dipanggil oleh seorang senior. Dave berlarian ke tempat ketua tim medis A, menuruti sang senior sebagai salah satu anggota yang dipimpinnya. Pasti ada hal darurat sampai dirinya juga ikut disuruh. Mau tidak mau, Dave terpaksa harus meninggalkan pasien tadi yang kulit betisnya robek kepada salah seorang rekannya.

"Ya, ada apa, dr. Robertson?" tanya Dave dan menetralisirkan napas yang sebelumnya sedikit tersenggal-senggal.

Dia menatap lekat-lekat dokter yang mengambil spesialis bedah jantung tersebut. Pria berkulit hitam itu tampak termenung sesaat, dahinya berkerut, pasti memikirkan atau mempertimbangkan sesuatu. Setelah sekitaran lima detik pikirannya melayang, barulah pria paruh baya tersebut mengamarkan, "Siapkan ruang operasi dan semua alat yang dibutuhkan dalam prosedurnya." Para perawat dan petugas dalam tim tersebut tampak resah dan menatap ke arah Dave. Apa yang sebenarnya terjadi?

"Pasien mana yang perlu di-operasi, dr. Robertson?" Dave kembali bertanya. Sebagai seorang asisten dokter bedah, tentu saja dia harus terlebih dahulu mengetahui keadaan pasien yang akan melalui proses bedah.

Dr. Robertson mengarahkan jari telunjuknya ke kiri, membuat kepala Dave ikut berputar ke arah yang ditunjuknya. Awalnya Dave hanya ingin mengerti prosedur seperti apa yang akan mereka lalui nantinya di ruang operasi. Namun, sekarang pupil mata birunya melebar, tidak percaya dengan apa yang sedang dia lihat.

♡♡♡

Bantu pencet ☆ ya hehe. Thank you.

-ARtLY: August 23, 2020-

With Love
Nade C❤

A Reason to Love YouWhere stories live. Discover now