8.4. Dave's Future

186 36 14
                                    

Senyuman manis tidak kunjung terlepas dari bibir Ellyana sejak pulang bersama pria ber-iris mata biru terang. Mau tidak mau, Elleanor pun ikut tersenyum melihat sang kakak yang sepertinya begitu bahagia. "Who, Elly?" Rasanya sang pengacara tidak bisa tidak bertanya.

"Hm, boyfriend," jawab Ellyana dengan wajah semringahnya. Tentu saja Elleanor ikut senang mendengarnya. Wanita pirang yang lebih kurus itu memasang muka jail sekaligus mengangkat tinggi sebelah alisnya. "Kau tidak ingin bercerita kepadaku, hm?"

Ellyana memutar bola matanya. Menatap jengah si adik yang mulai kepo. Mulutnya lantas menceritakan secara singkat kepada satu-satunya anggota keluarganya yang tersisa itu—orang tuanya meninggal dalam kecelakaan pesawat. "Namanya Jackob Nelson. Kami tidak sengaja bertemu beberapa pekan lalu. Terus, jadian. Ya, gitu aja."

Air muka Elleanor berubah pucat, tetapi Ellyana se-akan tidak menyadarinya. "Jangan terlalu dekat dulu dengannya," pinta sang pengacara.

Ellyana menaikkan manik matanya. "Oh, ayolah. Jangan berlebih, Elle." Adiknya yang berprofesi sebagai pengacara ini selalu was-was dengan sekeliling mereka. Bawaan curigaannya memang tinggi. Selalu begitu.

"Aku serius, Elly. Jauhi dia sampai aku memastikan sesuatu."

Rahang Ellyana mengeras mendengar permintaan sang adik. "Berhenti mengaturku, Elleanor! Walaupun kau pengacara terhebat sekota ini, tetapi aku tetap kakakmu. Kau tidak boleh mengaturku seperti itu." Lantas, dia berdiri dari duduknya dan berjalan ke satu-satunya kamar di apartemen yang mereka tempati.

"Bukan begitu, Elly! Aku hanya menyayangimu dan ingin memastikan kau selalu aman." Suara Elleanor naik satu oktaf. Dia merasa frustasi dengan kakaknya yang salah paham.

"Aku ini lebih tua darimu, Elle. Aku bisa menjaga diri sendiri." Suara Ellyana melembut. "Good night, Elle. Jangan tidur terlalu malam." Lalu, terdengar suara pintu kamar ditutup.

Elleanor menggigit-gigit kecil kukunya. Semoga pria itu bukan berasal dari keluarga klien yang ia tolak untuk menjadi pengacaranya baru-baru ini.

-ARtLY-

Keesokan harinya, saat ter-ingat, Elleanor cepat-cepat membongkar semua kertas yang ia punya dan mencari ke sana-sini informasi mengenai seseorang yang bernama belakang Nelson juga. Seseorang yang sempat meminta pembelaan dari pengacara paling terkenal sekota San Francisco, sayangnya ditolak.

Kalian harus tahu, Elleanor adalah seorang pengacara yang cukup selektif dan tidak segan menolak kasus mana pun yang enggak diinginkan olehnya. Wanita pirang itu punya kriteria sendiri dalam memilah mana yang layak dan tidak layak dibelanya. Terlebih, hal tersebut juga banyak membantu agar hampir seratus persen perkara yang ditanganinya, dimenangi olehnya.

Orang itu membunuh se-isi sebuah rumah salah satu keluarga dengan zat kimia yang dibuatnya. Menurut regulasi yang berlaku, dia akan dihukum mati. Elleanor tidak bersedia bantu membebaskan seorang iblis berwujud manusia tersebut.

"Shit!" pekiknya.

Ternyata betul, Jackob Nelson adalah anak orang itu. Tidak mungkin mendadak Ellyana didekatinya, pasti ada maksud tertentu.

Dengan rasa panik yang membuncah, jemari Elleanor meraih ponselnya dan mencari nama Ellyana di daftar kontak. Bersamaan dengan saat itu, wanita dengan heels stiletto tersebut meraih tas hitamnya dan berjalan ke tempat mobilnya diparkir.

"Oh, ayolah. Angkat." Elleanor bermonolog. Dia mengganti panggilannya ke mode speaker, karena hendak sambil menyetir mobil hitamnya.

Elleanor mengebut menggunakan jalur kiri. Sudah entah berapa kali dia mencoba menghubungi Ellyana yang tidak kunjung tersambung juga.

Rasa khawatirnya semakin menjadi-jadi. Elleanor melangkah cepat menuju ke tingkatan tempat dirinya dan Ellyana tinggal. Ada yang tidak beres. Mengapa Ellyana tidak menjawab panggilannya? Seharusnya sore begini, Ellyana sudah pulang kerja.

Nada pintu terbuka terdengar usai Elleanor memasukkan sederetan angka.

Hal pertama yang menyapa Elleanor adalah sesuatu yang paling tidak dia inginkan dan takutkan. Sekujur tubuh wanita berdagu belah bergetar. Berusaha menahan air matanya, dia mendekati wanita pirang lain yang terlihat mirip dengan dirinya. Wanita itu tergeletak bersimbah darah dari perutnya di lantai apartemen. Elleanor berjongkok, membungkam mulutnya sendiri, dan menangis saat melihat mata wanita itu tertutup damai ... untuk selamanya.

Semua ini salahnya. Dia gagal melindungi satu-satunya keluarganya yang tersisa. Untuk apa menjadi pengacara hebat dan membela banyak orang ketika orang terdekatnya sendiri saja tidak berhasil dilindunginya. Seharusnya Elleanor yang mati saja. Bukan kakaknya, bukan orang tuanya.

God, can I exchange my life with the three of them, please?

♡♡♡

-ARtLY: September 20, 2020-

With Love
Nade C❤

A Reason to Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang