8.1. Dave's Future

201 35 15
                                    

"Elle, kau sudah tau?" tanya Celine yang baru menurunkan ponsel pintarnya, mengundang kerutan di kening sang wanita pirang. Pertanyaan macam apa itu? Tidak jelas sekali.

"Apa?" balas Elleanor, meminta penjelasan.

"Adik Dave---" terputus sesaat, "---maksudku, Dianna ...." Ucapannya menggantung lagi.

Wanita pirang itu berdengkus. Celine senang ngomongnya setengah-setengah.

"Dianna? Adik Dave? Maksudmu?" Lipatan di dahi Elleanor semakin dalam.

Celine mengangguk sebelum menjelaskan. Jadi, selama ini, asumsi Ellenor tidak tepat sasaran? Dianna adalah adik Dave? Bukan ... kekasihnya? Dianna Watson. Dave Watson. Benar juga, kenapa Elleanor tidak mencurigai kedua orang itu memiliki nama belakang yang sama?

"Dianna ... sudah tiada."

Kerutan di kening Elleanor perlahan menghilang saat mendengar penjelasan yang meluncur dari bibir tebal perempuan Asia.

Wajah pengacara hebat itu kembali datar seperti biasanya.

"Tidak mungkin," bantahnya dingin.

Celine menghela napasnya. Tangan perempuan fair skin tersebut mengusap wajahnya dari dahi sampai akhirnya bertengger di pipi. Rasanya sukar. Dia juga berharap ini tidak benar dan sama sekali tidak ingin menyampaikan kabar buruk ini kepada Elleanor. "Aku serius, Elle," timpa perempuan Asia itu.

"Kau ... kau tau dari mana?" tanya Elleanor lemah. Matanya mulai terlihat lapisan tipis genangan air. Dianna harus hidup! Iya, harus. Bumi tidak boleh kehilangan orang sebaik Dianna.

"Tadi Sean mengajakku pergi ke prosesi pemakamannya nanti. Kau ... ikut?" ajak Celine pelan-pelan. Takut perasaan Elleanor berubah menjadi sangat sensitif setelah mendapatkan berita buruk ini.

-ARtLY-

Akhirnya ketiga insan tersebut kini berada di tempat semua orang berbelasungkawa sambil masing-masing membawa setangkai bunga di tangannya. Pikiran Elleanor entah berterbangan ke mana. Wanita itu bahkan seperti tidak menyadari kejutan bahwa Celine telah resmi menjadi sepasang kekasih dengan pria yang selama ini dipuja-puja wanita Asia itu.

Kaki kurus dengan heels stiletto hitam kesayangannya melangkah maju ke tempat di mana semua orang meletakkan bunga bawaannya sebagai lambang mengenang seseorang yang pernah hadir dan mengisi bagian dalam hidup mereka itu. Di samping gundukan tanah itu juga terdapat seorang pria yang dikenali olehnya. "Aku turut berduka cita," ucap Elleanor dari lubuk hati terdalamnya.

Elleanor meletakkan tulip putih, bunga yang sebelumnya selalu dibawanya ketika menjenguk Dianna ke rumah sakit. Namun, untuk hari ini, makna dari tulip putih tersebut tidak lagi sama. Hari-hari yang lalu, Elleanor memberikan tulip putih sebagai lambang harapan. Bahwa, masih memiliki peluang bagi Dianna untuk kembali siuman. Hari ini, bunga putih itu berubah makna, sebagai pertanda mengantarkan kepergian Dianna untuk selamanya. Lambang sebagai pengistirahatannya yang tenang di surga sana.

Setelah meletakkan bunga dan bergeming untuk mengucapkan beberapa patah kata di dalam hati, wanita pirang itu berpaling ke arah Dave yang mukanya terlihat berantakan dengan putih matanya yang memerah.

"Pergi," adalah kata pertama yang ke luar dari bibir tipis pria ber-iris mata biru itu saat baru saja matanya melihat ke arah Elleanor. Sedikit terkejut, tetapi Elleanor hanya tetap memasang tampang datar seperti biasanya. Wanita pirang itu diam saja. Dia sangat mengerti betapa terguncangnya Dave saat ini. Elleanor juga pernah merasakannya saat Ellyana pergi untuk selamanya. Apalagi, kakaknya itu adalah satu-satunya anggota keluarga yang tersisa setelah kepergian dua orang tuanya dalam kecelakaan pesawat Sunfog Aerbay 209.

Tangan Dave ter-angkat, menunjuk ke arah luar. "Pergi!" Suara pria ini benar-benar tidak bersahabat. Kalau bukan situasinya sedang seperti ini, Elleanor pasti sudah mendebatkan fakta ini merupakan tempat umum. Daripada semakin kacau, Elleanor masih memilih diam saja.

"PERGI!"

Elleanor yakin, suara Dave kali ini bukan hanya mengejutkan dirinya. Wanita berdagu belah itu dapat merasakan hawa-hawa seluruh pasang mata di sekitarnya sudah terpaku pada adegan yang disajikan oleh Dave dan dirinya.

Pengacara hebat tersebut memutuskan untuk sedikit menenangkan Dave yang entah untuk alasan apa terlihat sangat tidak menyukainya hari ini. "Dave, aku mengerti bagaimana perasaanmu. Aku benar-benar turut berduka atas apa yang menim---"

"Pergilah. Orang yang berhati dingin sepertimu tidak akan pernah mengerti," potong Dave. Tangan Elleanor sontak mengepal kuat. Sudah cukup baik dan bersabar dia masih mau berbicara baik-baik dengan pria itu setelah teriakannya memalukan Elleanor.

Setelah mendengarkan desahan malas dari Dave, pengacara hebat itu lebih memilih meninggalkan tempat itu sekarang juga.

"Aku pulang duluan," pamit Elleanor, lalu berjalan pergi meninggalkan Celine yang memasang raut bingung.

Suasana hatinya sungguh sangat luluh lantak oleh tuduhan tidak berdasar Dave. Langit mendung seakan menunjukkan semesta ikut mendukung.

"Tunggu, Elle! Kami akan mengantarmu." Seorang wanita Asia langsung menarik lengan pria yang berdiri berdampingan dengannya. Tidak ingin membiarkan sahabatnya pulang sendiri dalam mood yang tidak terlihat bagus. Jangan lupakan bahwa Celine adalah orang yang peka dan dapat mengetahuinya meskipun muka Elleanor selalu datar.

♡♡♡

Sudah semakin jelas, 'kan? Kalau aku hitung, tinggal sekitar tiga atau empat hal belum ketahuan, deh. Iya, gak, sih?😅🤣

Serius tanya, alurnya kelambatan nggak, sih?

Terima kasih telah membaca sejauh ini.

-ARtLY: September 17, 2020-

With Love
Nade C❤

A Reason to Love YouWhere stories live. Discover now