18. Distant cousin

90 16 7
                                    

Normal pov...

Bening tengah duduk di sebuah bangku yang menghadap Danau hari Mulai senja dan bening sama sekali tidak ingin beranjak dari sana.

Air matanya tak henti-henti keluar dari pelupuk mata, kelopak matanya sembab karena terlalu banyak menangis.

" mau sampai kapan disini?" Tegur seseorang dari belakang, Bening segera menengok ke belakang.

Yang menegur Bening adalah seorang gadis cantik yang masih mengenakan seragam sekolah dengan lambang sekolah bergengsi di Indonesia.

Gadis itu duduk dan memeluk bening dari samping, ia memelukku sangat erat.

" sudah jangan menangis Aku tidak bisa melihatmu menangis" kata gadis itu mencoba untuk menghibur Bening.

" aku tidak.... hisk... bisa berhenti... tapi hiks... aku ingin berhenti.... menangis... hiks" balas bening serat, terisak, dan air mata yang luruh begitu aja.

"  takdir kita ini 11 12 jadi jangan menangis Bening" kata gadis itu dengan menghapus jejak air mata dipipi Bening.

" tetap aja kita berbeda Aliya, kamu yang selalu bilang begitu" Balas Bening dengan pandangan kosong.

Ya, gadis yang berusaha menghibur penting adalah Aliya Salsabila Putri Pratama. Bening dan Aliya adalah sepupu jauh, jika di lihat mereka berdua seperti saudara. Dulu waktu Aliya masih kecil Indra Pratama sering mengajak Aliya ke tempat keluarga Az-zarin, entah untuk menjaga tali persaudaraan atau untuk urusan bisnis. Aliya dan Bening sangat dekat.

" Kamu itu orang yang kuat Bening ku" lagi-lagi Aliya memeluk Bening.

" tapi kamu lebih beruntung dari aku" lagi-lagi Bening berkata seperti itu.

" kita sama dimata Allah, Allah memiliki skenario untuk kita, dan kita hanya untuk menjalaninya tanpa perlawanan dan tanpa merubah takdir itu. Kedua orang tuaku memang masih ada, tapi aku merasa salah satunya tidak ada" kata Aliya sambil melepas pelukannya.

" aku akan mengantarmu pulang, Aku udah nyamperin kamu loh ke Villa keluarga kamu yang ada di sini, jauh lo dari jakarta utara ke Villa keluarga kamu yang perbatasan jakarta bogor" kata Aliya sambil berdiri dari duduknya. Sebenernya Aliya masih bingung Bening kok kuat ngayu sepedahnya sampai ke Villa keluarganya.

Bening tetap diam tak merespon perkataan Aliya yang panjang lebar.

" huff... kamu mau aku antar pulang ke kediaman Az-zarin atau ikut pulang ke kediaman Pratama?" Ucap Aliya setelah menghelai nafas berat.

" aku ikut kamu" jawab Bening sambil berdiri dari duduknya.

" yuk!!" Kata Aliya yang sudah berjalan lebih dahulu.

Lalu Aliya menuntun sepedah Bening dan Bening mengikutinya dari belakang, saat sudah sampai di depan Villa Aliya memasukkan sepedah Aliya ke mobil.

" kayaknya nggak ada yang tahu kamu masuk ke Villa" kata Aliya masuk ke mobil.

" iya, waktu ke sini yang jaga nggak ada" kata Bening menyusul Aliya masuk ke mobil.

Aliya segera menjalankan mobilnya menuju Jakarta Utara. Tepatnya kediaman Pratama.

***

Aliya dan Bening memasuki kediaman Pratama yang tak kalah megah dari kediaman Az-zarin sendiri, di kediaman pertama tampak sepi walaupun ini sudah magrib, suasana yang tak jauh berbeda dari kediaman Az-zarin.

" sepi banget Al" ucap Bening yang mendapati kediaman Pratama yang sepi.

" ya gitu lah, Kakek ada perjalanan bisnis di luar negeri, kamu kayak nggak tahu kakek aja. Papa baru pulang nanti jam 8 atau 9 malam, kalau ke Sanaya paling udah berangkat Les" jelas Aliya sambil duduk di sofa ruang keluarga.

A Melancholy Peak Of Love✔️Donde viven las historias. Descúbrelo ahora