10

276 37 40
                                    

▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬

[Electric Love - BØRNS]

0:00━━━━━━━━━03:38

◅◅  ▷  ▻▻

warning! : R18.

Underage diharap mundur. Jika melewati batas itu bukan salah saya. Sekian.

♫♪.ılılıll|̲̅̅●̲̅̅|̲̅̅=̲̅̅|̲̅̅●̲̅̅|llılılı.♫♪

Ponsel Akaashi yang sedari tadi di matikan, kini ia nyalakan. Alasan ia mematikan ponsel saat bekerja supaya tidak ada yang mengganggu. Lebih tepatnya Bokuto yang suka mengganggu dengan pesan penuh video video yang tidak penting ataupun lelucon dikala laki laki berambut candrawama itu sedang libur.

Banyak notifikasi yang bermunculan ketika ponsel milik Akaashi sudah menyala. Akaashi masih sibuk merapikan barang barangnya dan hendak pulang. Sekarang jam menunjukkan pukul setengah tujuh malam. Di luar juga sedang hujan deras.

Selesai dengan barang barangnya, matanya mulai fokus kepada notifikasi yang ada di ponsel. Mata biru kehijauan itu membulat ketika melihat satu pesan itu. Pesan sedari sore yang ia yakin pesan itu dari Athena. Buru buru ia mengambil mantel, dan tasnya lalu berlari keluar kantor.

"Akaashi-san selamat malam!" teriak rekan kerjanya ketika melihat Akaashi berlari terburu buru.

Akaashi terlihat sangat panik, sampai sampai payung yang seharusnya ia pakai hanya ia pegang. Ia menyadari ketika pakaiannya telah basah kuyub. Tapi Ia tidak mempermasalahkan. Yang ia pikirkan hanya gadis itu. Apakah masih menunggunya atau sudah pulang.

Sesampainya di tempat tujuan, mata Akaashi menelisir sekitaran danau yang sudah lumayan gelap. Shyam resmi menutup pandangan Akaashi. Kacamatanya juga berembun karena dingin menambah kesulitan mencari sosok itu.

Ketika matanya menemukan postur tubuh yang tidak asing, Akaashi segera berlari kearahnya. Tidak peduli dengan pakaiannya yang basah. Renjana seakan akan menyekiknya dengan kuat kala itu.

"lama sekali ya, Pak editor," suara itu. Suara yang selalu Akaashi ingin dengar selama 8 tahun lamanya. Suara yang dulunya sedikit nyaring, kini berubah menjadi lembut dan merdu.

"...maaf," ucap Akaashi, "maaf,aku baru membaca pesanmu," lanjutnya. Suaranya sedikit bergetar. Entah kenapa.

"tidak apa," sahut Athena. Suasana canggung menyelimuti mereka. Akaashi sedikit tercekik dengan suasana ini. Untung saja Athena segera memecahkan keheningan.

"Akaashi, apa kau merindukanku? Haha aku bicara apa. Tidak mungkin ya. Tapi kau perlu tahu satu hal, aku sangat merindukanmu. Rasanya seperti tertusuk banyak tombak di dada ketika aku mengingatmu, maaf sudah lancang ya," ucap Athena. Tatapan matanya begitu sendu bagi Akaashi. Berbeda dengan tatapan dulu.

Tanpa aba aba, Akaashi memajukan tubuhnya dan merengkuh tubuh ringkih wanita itu. Memeluknya dengan erat, seakan menyalurkan semua rasa di dalam pelukan. Athena terkejut dengan pelukan tiba tiba dari Akaashi, tapi ia tidak menolak. Pakaian keduanya basah, tapi kehangatan itu masih terasa bagi mereka.

"hujan turun deras. Aku mengabulkan permintaanmu. Memelukmu dengan kehangatan," ucap Akaashi. Mata Athena berkaca kaca ia berusaha untuk menahan isakan itu.

"menangislah tak apa." detik selanjutnya Athena benar benar menangis di pelukan Akaashi. Tangisan penuh rindu yang dapat Akaashi rasakan. Akaashi tidak menangis, ia memeluk Athena semakin erat. Seakan akan ada yang ingin membawa Athena pergi.

"Akaas-" ucapan Athena terhenti kala wajahnya di bawa mendekat kepada wajah Akaashi. Selanjutnya bibir mereka bertemu. Matanya membulat terkejut.

Berbeda dengan respon Athena, Akaashi menikmatinya. Menyalurkan semua rasa itu kedalam pangutan itu. Tidak ada nafsu didalamnya. Hanya ada kerinduan.

Ketika pangutan terlepas, Akaashi dapat melihat wajah Athena yang sangat merah dan matanya yang sembab itu. Ia terkekeh pelan dan mengelus puncak kepala Athena.

"Aku mencintaimu." entah keberapa kalinya Athena di kejutkan dengan sikap Akaashi hari ini. Padahal niatnya ia yang ingin mengejutkan Akaashi. Tangisan kembali mengalir dari mata indah Athena. Ia terharu, perasaannya terbalas.

"jangan pergi lagi."

Suara tidak sopan itu seakan akan memenuh apartemen sunyi milik Akaashi

К сожалению, это изображение не соответствует нашим правилам. Чтобы продолжить публикацию, пожалуйста, удалите изображение или загрузите другое.

Suara tidak sopan itu seakan akan memenuh apartemen sunyi milik Akaashi. Entah awalnya seperti apa, hingga akhirnya mereka berdua bercumbu di apartemen Akaashi.

Pakaian basah sudah diganti sejak tadi. Kaus milik Athena malah menampilkan pundaknya tak kala Akaashi mencumbunya dengan ciuman sedikit nakal. Akaashi menarik Athena kepangkuannya, pangutan itu kali ini di penuhi nafsu juga rindu. Entahlah Akaashi sekarang tidak bisa berpikir jernih.

Ciuman itu turun menuju leher jenjang Athena, meninggalkan tanda kepemilikan disana. Wajah Athena memerah menahan desahan dan malu di saat bersamaan. Tangan Akaashi memeluk posesif pinggang ramping itu.

"jangan ditahan." Akaashi kembali meninggalkan tanda kepemilikan di leher Athena. Athena mendesah pelan karenanya. Mata yang biasanya memiliki tatapan malas, kini terganti dengan tatapan penuh nafsu.

"Aku merindukanmu," ucap Akaashi tepat di telinga Athena. Athena sedikit merinding tetapi ia tidak munafik. Ia sudah terlanjur menginginkan untuk di sentuh lebih oleh Akaashi. Salahkan ciuman serta remasan pada gundukan di dadanya tadi.

Tubuh Athena di baringkan di kasur milik Akaashi, tangannya ditahan oleh tangan kanan Akaashi. Sisi dominan itu terlihat sangat jelas ketika Akaashi kembali meraup bibir Athena, tangannya tidak tinggal diam. Tangannya mengusap usap perut mulus Athena dari dalam kaus, seakan akan menggodanya lebih.

"g-geli!" ucap Athena. Akaashi terkekeh pelan. Ia izin kepada Athena untuk melepaskan pakaiannya, saat mendapat izin ia segera melepasnya sedikit kasar.

"j-jangan di tatap! Memalukan kau tahu?!?" ucap Athena sambil berusaha menutupi dadanya. Tangannya di singkirkan oleh Akaashi. Wajahnya memerah seperti tomat.

Malam itu sepertinya akan panjang bagi mereka berdua. Malam yang dipenuhi nyanyian Athena dengan komposer Akaashi, menyiratkan rasa rindu yang teramat.

♫♪.ılılıll|̲̅̅●̲̅̅|̲̅̅=̲̅̅|̲̅̅●̲̅̅|llılılı.♫♪

Sudut penulis :

sangat memalukan.
aku benar benar malu.
malu sekali menulis adegan ratenya. tuhan maafkanku.

Sugarhmhm.

Metanoia | Akaashi KeijiМесто, где живут истории. Откройте их для себя