Bab 20

137K 13.6K 1K
                                    


"Beby seneng hari ini?" Ackerley mengusap lembut rambut Beby.

Beby mengangguk semangat sambil memeluk boneka lumba-lumba yang ia dapat dari bermain capit boneka di Timezone. Rasanya sudah lama sekali Beby tidak pergi ke mall, terakhir kali Beby bermain di Timezone mungkin sekitar tiga bulan yang lalu sebelum mamanya menikah. Beruntung Ackerley mengajak Beby untuk pergi jalan-jalan disaat Beby lagi suntuk menunggu Nio.

Ackerley tertawa kecil, "kapan-kapan abang ajak Beby jalan-jalan lagi mau?"

Mendengar hal itu mata Beby berbinar senang. Tapi tak lama Beby mengerucutkan bibirnya ketika mengingat pesan Damian jika dia tak boleh pergi kemana-mana kecuali bersama dengan para abangnya. Apalagi Beby merasa Damian tak begitu menyukai Ackerley.

"Bolehkah?" Beby menatap Ackerley penuh harap.

Mengerti maksud dari Beby, Ackerley tersenyum paham. "Urusan Damian serahkan sama abang aja," balas Ackerley.

Beby bersorak ria.

Akhir-akhir ini para abangnya sedang sibuk, jika sudah begitu biasanya Beby akan berdiam diri dirumah tanpa melakukan apa-apa sampai bosan. Keluar rumah pun Beby tak diperbolehkan Damian karena takut ada apa-apa.

"Kalo gitu Beby turun dulu," Beby hendak membuka pintu mobil sebelum kepalanya menoleh ke belakang. "Bang Ai gak mau mampir dulu?" tawarnya.

Ackerley menggeleng. Ia menyentuh lengan Beby, "tunggu sebentar, Bunny."

Ackerley mencondongkan tubuhnya, mengambil sesuatu di jok belakang mobil. Sebuah paper bag.

Kemudian Ackerley memberikan paper bag tersebut kepada Beby.

"Buat Beby?" tanya Beby sembari menunjuk dirinya sendiri.

Ackerley mengangguk, "langsung dibuka disini saja."

Kening Beby berkerut, dengan sedikit ragu Beby membuka paper bag yang sudah ada ditangannya. Mata Beby membulat ketika melihat isinya.

"Hp?"

Sekali lagi Ackerley mengangguk. Memang saat mereka di mall, Ackerley sempat pergi ke counter handphone tanpa diketahui oleh Beby.

"Abang beri Beby hp?" tanya Beby lagi.

"Iya, kenapa? Beby gak suka hp-nya? Mau abang ganti?" Ackerley berbalik bertanya secara beruntun.

Dengan cepat Beby menggeleng-gelengkan kepalanya. "Bukan, bukannya Beby gak suka... Tapi Beby udah punya hp abang."

Ackerley malah terkekeh mendengar jawaban Beby. "Memang kenapa kalo Beby punya hp? Nambah satu hp lagi gak masalah kan," kata Ackerley enteng.

"Tapi Beby udah punya dua——"

"Dan mulai sekarang Beby punya tiga," potong Ackerley. "Hp ini khusus buat Beby untuk nelpon abang," lanjutnya.

Beby mengangguk patah-patah tanpa membantah. Ah, sekarang ia punya tiga ponsel dengan merek yang sama.

***

Dengan kepala menunduk, Beby berjalan melewati halaman rumahnya yang begitu luas. Dan langkahnya terhenti ketika netranya melihat Dion yang berjalan ke arahnya.

"Beby kenapa pulang sendiri?" Dahi Dion terlipat, ia melirik ke belakang Beby. "Nio mana?"

Beby menyatukan alisnya bingung, "bang Nio belum pulang?"

Dion menggeleng, ia terlihat heran. Apalagi ketika dia melihat barang-barang yang dibawa oleh adiknya.

"Beby——"

Drrt... Drrt

Getaran dari dalam saku Dion memotong ucapannya. Ia berdecak lalu mengambil sebuah benda persegi itu dan melihat nama yang tertera disana, mengganggu. "Ck, dosen sialan!" Umpatnya pelan.

Dion menekan tombol merah dan memasukkan kembali ponselnya. Ia menatap gadis didepannya sejenak. "Hah! Beby masuk ya, abang mau ke kampus dulu."

Setelah itu Dion mendekatkan wajahnya pada Beby dan mengecup kening adiknya beberapa detik. Kemudian bersiap meninggalkan Beby dengan berjalan tergesa menuju gerbang rumah yang berjarak sepuluh meter dari mereka.

"Abang gak bawa mobil?!"

Teriakan Beby membuat Dion menghentikan langkahnya. Ia menepuk dahinya pelan lalu berbalik arah lagi.

Bisa-bisanya dia melupakan jika dia mempunyai kendaraan.

***

Beby memasuki kamar dengan senyuman lebar. Ia meletakkan semua barang yang ia bawa diatas ranjang lalu ikut merebahkan badannya.

Kepalanya menoleh ketika mendengar suara pesan masuk dari salah satu ponsel yang ia letakkan diatas nakas. Beby bangun dan mengambil ponsel yang diberikan Damian kepadanya.

Beby membuka isi pesan itu,

> Bang Damian💕
Abang malam ini gak bisa pulang sayang:(

Beby tersenyum. Lalu jemarinya mengetikkan sesuatu untuk membalasnya.

Atensi Beby teralihkan kembali ketika mendengar suara pesan masuk lagi. Kali ini ponsel yang masih berada di nakas, pemberian Dion.

Dan mengernyit mendapati nomor tak dikenal. Tapi ketika melihat isi pesannya, Beby tersenyum lebar. Tanpa menaruh rasa curiga sedikitpun.

***

Malamnya, Beby sudah bersiap. Ia memakai celana jins dan sweater karena hari ini cukup dingin. Ia keluar kamar dan segera menemui pak Agus untuk mengantarnya.

"Pak Agus anterin Beby ke sini ya," pinta Beby seraya menunjukkan isi pesan tadi.

Sementara pak Agus mengernyit ketika membaca isi kalimat itu. Mengapa Aden-nya menyuruh adiknya untuk keluar malam-malam? Tapi secepat mungkin pak Agus menggelengkan kepalanya ketika pikiran buruk sempat singgah di otaknya.

Mungkin Aden-nya ingin memberi kejutan untuk nona-nya? Dan kali ini pak Agus mengangguk-angguk saat memikirkan itu.

"Ayo atuh non,"

Pak Agus membuka pintu belakang mobil dan mempersilahkan nona-nya untuk masuk.

Tanpa kata, Beby memasuki mobil sembari tersenyum dan mengucapkan terima kasih. Setelah itu pak Agus mengitari mobil dan segera memasuki jok depan.

Lalu menjalankan mobil tersebut menuju jalan raya.

Sesampainya ditempat lokasi. Kali ini pak Agus mengutarakan keterkejutannya, sedangkan Beby malah mengernyit tak mengerti jika mereka sudah sampai di depan tempat yang sudah dituliskan abangnya.

Kembali, pikiran buruk menyinggahi otak pak Agus.

Mengapa... Aden-nya menyuruh nona pergi ke tempat semacam ini?

Kelab malam?



Tbc

:')

Hayo tebak^^
Siapa yang menyuruh Beby ke sana?

Jangan lupakan voment-nya

Kamis, 27 Agustus 2020

alalaylay

Beby and Brother's [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang