Bab 22

135K 14.1K 739
                                    


Bughh

Perlahan Beby membuka matanya karena tangan yang tadi bertengger dipundaknya kini sudah tiada.

Dengan tubuh yang gemetar dan air mata yang masih mengalir, Beby takut-takut melirik orang yang tadi hendak melecehkannya itu. Dan ternyata orang itu sudah berjarak satu meter darinya. Dengan seorang lelaki yang tengah membelakanginya.

"LO MAU APA BANGSAT?!"

Beby tersentak mendengar teriakan itu. Ia kenal dengan suara itu. Bukankah itu suara abangnya yang menyuruhnya kesini. Azka.

"A... abang," lirih Beby yang sama sekali tak dapat terdengar oleh abangnya.

Sementara orang itu hanya menyipitkan matanya ketika ada seseorang yang dengan berani mencengkram kerah bajunya. Orang itu memijat pelipisnya, ia terlihat pusing.

"Elo siapa? Perasaan gue sama sekali gak pernah ganggu lo!"

Azka malah mengeratkan cengkramannya. "Memang lo gak pernah ganggu gue, tapi masalahnya elo ganggu cewek tadi."

Orang itu terkekeh. Ia terlihat tak takut sama sekali. Menghadapi bocah remaja dihadapannya itu masalah kecil baginya. Tetapi karena terlalu mabuk, ia terlihat lemah.

"Kenapa emangnya? Dia cewek lo?" Orang itu tertawa, "gue kira dia mau jual diri."

Ucapan orang itu menyulut emosi Azka.

Dengan kalap, Azka memukul wajah orang itu yang tak terlihat goyah. Dan Azka kembali memukulnya berulang-ulang kali sampai wajah orang itu membiru dan lecet barulah orang itu roboh tak sadarkan diri. Entah itu karena pukulan Azka atau efek dari minuman alkohol.

Napas Azka tersengal-sengal, ia berbalik menatap Beby yang juga melihatnya dengan wajah penuh dengan air mata.

Azka mendekat membiarkan orang yang baru saja ia hajar itu dibawa oleh temannya. Tanpa berkata apapun, ia menarik pergelangan tangan Beby dan membawanya pergi dari kelab yang tiba-tiba hening tanpa musik. Seakan orang-orang disana menikmati pertunjukan yang baru saja terjadi.

***

Mata pak Agus terbelalak ketika melihat aden-nya keluar membawa nona-nya.

"Eh.. Den Azka mau bawa non Beby kemana?" Pak Agus segera mengejar langkah Azka yang tengah menarik tangan Beby kasar.

Tapi pak Agus segera menghentikan langkahnya karena aden dan nona-nya sudah menyeberang sementara dirinya masih berdiam disana menunggu mobil-mobil yang tiba-tiba banyak yang lewat.

Dan pandangan pak Agus yang sedari tadi mengawasi majikannya terhalang oleh truk besar membuat pak Agus berdecak karena kehilangan jejak mereka. Seakan takdir tak mendukungnya untuk ikut bersama majikannya.

Disisi lain, Azka membawa Beby ke samping mobilnya yang memang ia parkir sedikit jauh dari kelab malam.

"Abang... sakit," cicit Beby merasakan sakit dipergalangan tangannya yang sejak tadi dicengkram abangnya.

Azka tersadar, ia segera melepaskan genggamannya dari tangan Beby. Melirik sejenak pergelangan tangan Beby yang terlihat memerah.

Hatinya tersentil, Azka ingin mengambil tangan itu dan mengobatinya tapi gengsinya terlalu tinggi.

Azka menatap Beby yang memasang wajah takut dengan jejak air mata disekitar pipi Beby.

Beby and Brother's [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang