Rusuh

181 24 21
                                    

Nick mengerjapkan matanya saat sinar matahari menyusup melalui jendela apartemennya. Dia menggeliat dan merasakan ngilu di sekujur tubuhnya. Semalam setelah pulang dari mengantar Stefania. Nick langsung tidur karena merasa tidak enak badan.

DRETTT...DRETTT

Ponsel Nick yang terletak di meja samping ranjangnya bergetar. Dia segera meraihnya dan memeriksanya. Ada pesan masuk dari Stefania.

Stefania:
apa tidak ke kantor?
Aku menunggu dirumah

Nick:
Maaf sayang...
Aku sedang tidak enak badan 🤒

Stefania tidak membalas lagi. Nick segera meletakkan kembali ponselnya ke meja dan kembali menyelimuti tubuhnya yang terasa menggigil. Di apartemen Nick tinggal sendirian. Tidak ada asisten ataupun teman. Sehingga jika dia sakit. Tidak ada yang mengurusnya. Kecuali jika dia menelpon ibunya atau Aurelia, adiknya.

Nick terus bermalas-malasan di ranjangnya. Dia bahkan tidak memikirkan perusahaan lagi. Demam itu benar-benar membuatnya ingin terus tidur.

TING...TONG...

Terdengar bel berbunyi. Dengan malas Nick beranjak dari ranjang dan berjalan menuju pintu utama, "siapa si pagi-pagi begini datang," decak kesal Nick seraya membuka pintu.

Senyum mengembang di bibir Nick saat melihat siapa yang datang.
"Badanmu panas kak," ucap Stefania seraya menyentuh kening Nick. Dia belum bisa mengubah kebiasaannya memanggil Nick dengan sebutan "kak".

"Iya, badanku terasa pegal" balas Nick seraya memijat punggungnya sendiri. Menunjukkan rasa pegalnya.

"Kasihan sekali" gumam Stefania seraya menatap sendu calon suaminya itu.
Stefania segera masuk bersama Nick dan duduk di sofa ruang tamu. Apartemen itu lumayan luas. Terdiri dari ruang tamu, dua kamar, dua kamar mandi, ruang makan dan dapur minimalis.

"Sudah minum obat?" Tanya Stefania seraya mengusap lembut rahang Nick yang di tumbuhi berewok tipis.

Nick hanya menggeleng lalu menyandarkañ kepalanya ke pundak Stefania. Dia terlihat sangat manja. Sedangkan Stefania khawatir melihat Nick yang pucat dan badannya panas

"Sudah sarapan?" Tanya Stefania lagi.

"Belum, tidak ada makanan" jawab Nick

Stefania menghembuskan nafasnya kasar. Dia baru ingat bahwa Nick tidak suka masak. Dan setiap makan di luar. Hanya terkadang dia memesan dari restoran.tapi Jika kepepet dia akan membuar telur dadar atau mie instan.

"Yasudah, aku akan masak untukmu kak. Tunggu disini sebentar," ujar Stefania lalu berjalan ke arah dapur meninggalkan Nick sendirian.

Stefania mencari-cari bahan makanan di kulkas dan lemari. Dia hanya menemukan telur, sosis dan juga daun bawang. Dia berencana untuk membuat omlete saja.

Stefania segera meracik bumbu. Memotongi sosis dan daun bawang lalu memasaknya dengan telur.
Stefania merasakan tangan kekar melingkar di pinggangnya. Hembusan nafas di tengkuknya. Nick memeluknya dari belakang. Membuat aktifitas memasak Stefania terganggu.

"Kok kesini. Harusnya kakak istirahat," gumam Stefania yang sedang fokus memasak.

"Begini bisa membuatku sembuh,"balas Nick seraya menghirup aroma wangi rambut Stefania.
Sikap manja Nick tentu membuat Stefania berbunga-bunga, meski sedikit terganggu.

The Pain Of Loving YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang