Byanca

133 22 15
                                    

Saat jam lima sore, Viona dan Frans berangkat menuju bandara. Mereka akan melakukan perjalanan udara menuju Swiss, karena besok malam pergantian tahun. Sesuai rencana Frans akan melamar Viona di hadapan seluruh keluarga besarnya di sana dan akan menikmati malam pergantian tahun dengan membuat momen tidak terlupakan untuk kekasihnya itu.

"Aku sudah nervous sekarang, padahal baru akan berangkat," ucap Viona sembari berjalan beriringan dengan Frans menuju pesawat.

Frans tersenyum tipis, kemudian merangkul Viona dari samping sembari terus berjalan. "Tidak perlu gugup ataupun takut, keluargaku tidak akan menggigit mu," ucapnya kemudian.

"Aku tahu Itu, tapi tetap saja ...." Viona melirik Frans yang tampak sangat santai dan sangat menikmati perjalanan itu.

"Tidak usah khawatir, aku akan selalu di dekatmu, Sayang." Frans mencium kepala Viona dengan gemas, tidak peduli beberapa orang memperhatikan. Mungkin orang mengira mereka adalah sepasang suami istri yang akan honeymoon, padahal mah baru mau lamaran.

Setibanya di pesawat, Frans dan Viona duduk di kursi khusus kelas bisnis, tentu saja itu untuk membuat mereka semakin nyaman meski harus merogoh saku lebih dalam untuk biaya. Toh mereka berdua banyak duit, seberapa pun uang keluar, bukan masalah untuk mereka.

"Apa kamu biasa tidur jika saat penerbangan?" tanya Frans. Saat ini dia duduk di samping Viona yang sedang makan camilan sembari menatap pemandangan dari jendela pesawat.

"Hanya kadang-kadang," jawab Viona.

"Kita nonton film saja, ada rekomendasi bagus," ucap Frans sembari melihat ke arah seperti monitor di mejanya depannya yang juga menjadi meja Viona.

Viona melihat rekomendasi itu, ternyata film-film horor. "Aku tidak mau nonton film seperti Itu, matikan saja." Viona memalingkan wajahnya.

"Maumu apa, hmmm?" Frans melirik Viona dengan lirikan menggoda, dia gemas kalau Viona terlihat marah.

"Yang penting jangan horor dan ada ending, aku tidak suka!"

Frans mengangguk paham, kemudian mencari rekomendasi film yang romantis berujung manis. "Breaking dawn saja kalau begitu."

"Part ke berapa?" tanya Viona.

"Yang pasti kita akan menonton dari part satu dan dua, karena perjalanan kita akan sangat lama. Nonton sampai selesai pun, mungkin juga belum landing pesawat ini," ucap Frans kemudian mulai menonton film itu.

"Iya juga." Viona mengangguk paham, kemudian mulai nonton.

Mereka berdua tampak hanyut terbawa suasana film tentang vampire yang dibintangi oleh aktor Robert Pattinson dan Kristen Steward itu. Apalagi banyak sekali adegan romantis saat hooneymon, membuat otak mereka traveling pada imajinasi masing-masing.

____

Luna merasa lemas karena belum makan samasekali, dia bersandar di kursi dengan tangan yang masih terima. Wajah model cantik itu sudah sangat pucat dan terdapat garis sisa air mata karena sejak tadi menangis.

"Ethan ... tolong aku, aku berjanji akan selalu menjadi istri dan ibu yang baik untuk keluarga kecil kita. Karena nyatanya kepopuleran yang kembali kuraih hanya membuatku lupa diri."

Luna kembali menangis setiap saat teringat bagaimana dia malah bersikap acuh dan marah, ketika Ethan protes pada dirinya yang mengenakan pakaian sexy. Wanita itu juga sedih karena sudah membuat suaminya kecewa saat malam ulang tahun pernikahan mereka, dia malah lupa dan mengabaikan suami nya.

"Kamu pasti sangat kecewa saat itu, bahkan Richard bilang kamu menangis tanpa peduli orang memperhatikan mu, padahal kamu pria yang kuat dan gagah, kamu lemah hanya karena aku. Aku sangat jagat."

Luna kembali menangis dan menangis, hingga menyadari pintu sudah terbuka dan Edward masuk sambil membawa paper bag hitam kemudian melempar ke arahnya. "Mandi sana, pakai baju itu. Aku tunggu di bawah," serunya dengan tatapan dingin.

Edward membuka tali ikatan pada tangan Luna, kemudian meninggalkannya tanpa mengunci pintu kamar itu. Namun percuma saja, Luna tidak akan bisa kabur.

Dengan langkah gontai Luna mengambil paper bag Itu, kemudian mengambil isinya. Sebuah mini dress berwarna gold dengan bagian lengan terbuka dan memperlihatkan pundak jika dipakai.

"Kenapa mesti baju seperti ini? Ini terlalu sexy." Luna merasa ragu memakai baju itu. Dia duduk di tepi ranjang dan memilih untuk tetap mempertahankan pakaiannya saat ini.

Merasa Luna terlalu lama, Edward yang sedang santai di ruang tengah sambil minum red wine, segera menghampiri Luna kembali.

"Sialan! Kenapa belum dipakai?" Edward menghampiri Luna yang masih duduk di tepi ranjang.

Plak ....

"Jangan membuatku Emosi Luna! Cepat mandi dan kenakan pakaian itu! Atau aku akan menidurimu sekarang juga!" Edward mengancam dengan tatapan tajam.

Luna mununduk dan menjauhkan telinganya dari Edward yang terlalu keras saat berkata. "Jangan lakukan itu, Edward. Kamu benar-benar menakutkan jika seperti ini," lirihnya dengan sangat lemas.

Edward melirik Luna yang lemas dan ketakutan, tiba-tiba dia berasa iba kemudian mendudukkan dirinya.

"Maaf, aku hanya tidak suka jika kamu melawanku. Sebaiknya kamu mandi dan pakai baju ini, aku akan siapkan makan dulu," ucap Edward dengan lembut, dia sudah berbeda lagi. Pria itu seperti mempunyai kepribadian ganda.

"Apa tidak ada pakaian lain, ini terlalu sexy?" lirih Luna.

"Tidak, aku rindu melihatmu selalu tampil menarik sàat dinner bersamaku, makanya aku belikan pakaian itu," jawab Edward.

Luna menghela napas, melirik Edward dengan pasrah. 'Jika melawan, dia akan semakin kasar,' batinnya.

"Pakailah, aku menunggumu di luar, Aku akan masak yang enak spesial untukmu," ucap Edward dengan tersenyum kemudian mencium kening Luna.

Luna merasa kikuk dan tidak sempat menghindar. 'Ada jejak bibir Edward di keningku, semoga Ethan bisa memaafkan ku."

Edward berjalan keluar kamar dengan langkah lebih santai dan perasaan yang kembali tenang, sedangkan Luna memilih untuk segera mandi di kamar mandi yang memang tersedia di kamar itu.

____

Ethan terbangun dan memegangi pundaknya yang sangat terasa sakit. Saat ini dia sedang berada di kamar tamu sedangkan Keenan dan Keyra mungkin sedang bersama Shandra.

"Aku harus mencari Luna sekarang." Ethan mencoba beranjak dari ranjang namun kembali tumbang dan merasa kesakitan.

"Arhghh ...." Ethan meringis kesakitan melirik pundaknya yang kembali berdarah, seperti nya lukanya kembali terbuka dan harus ditangani oleh dokter.

Ceklek ....

Shandra baru masuk sambil membawa Keenan yang sedang tidur, dia bermaksud akan menidurkan nya di samping Ethan. Namun ketika melihat Ethan yang sedang kesakitan, wanita itu jadi panik.

"Ethan, kamu kenapa?!" Shandra melirik pundak Ethan yang berdarah merembes dari perban.

"Aku harus mencari Luna sekarang juga, Kak," ucap Ethan dengan frustasi, dia hampir menangis karena ketidakberdayaan nya itu.

"Sabar, Tan. Aku akan memanggil dokter untuk mengobati lukamu lagi," ucap Shandra kemudian meletakkan Keenan di samping Ethan dengan hati-hati supaya tidak terbangun. Karena jika bangun, maka hanya akan rewel dan susah ditenangkan.

Sembari menunggu Shandra, Ethan melirik Keenan yang terlelap. 'Ya Allah, aku sungguh tidak berguna. Kenapa aku lemah sekali, aku belum bisa membawa istriku kembali bersama anak-anakku.'

Ethan hanya bisa menangis menahan sakit fisik dan hatinya. Semoga saja dia segera membaik dan dapat menolong Luna yang sedang ditawan Edward yang sudah tidak waras lagi.

The Pain Of Loving YouWhere stories live. Discover now