Bunga Terakhir

978 78 10
                                    

"Bunga terakhir...
Kupersembahkan kepada yang terindah,
Sebagai suatu tanda cinta untuknya
." – Bebi Romeo, Bunga Terakhir.

Krist dan Sea saling bertukar cerita sepanjang malam. Mereka sangat merindukan satu dengan lain. Merasa sudah seperti tidak bertemu lama sekali.

Tidak satu kata pun keluar mengenai perpisahan Krist dengan Singto. Tidak perlu, toh Sea sudah mengetahui semuanya melalui Singto. Tidak ada hal indah di dalamnya, jadi untuk apa diingat kembali?

Krist bercerita bahwa ia sudah mempelajari banyak resep masakan. Bahkan menciptakan beberapa resep baru karyanya sendiri. Semua itu membantu proses sakit hatinya. Krist langsung menyetujui saat Sea meminta untuk mengajarinya memasak. Sea akan hidup sendiri nanti. Untuk menghemat ia harus bisa memasak, menurutnya.

Sea berceloteh riang tentang rencananya melanjutkan studi ke Amerika. Awalnya memang tidak mudah, Singto nyaris mengubah pikiran dan ingin membatalkan rencana Sea. Tapi Sea sekali lagi menjelaskan pada Singto tentang keinginannya mengejar mimpi. Walaupun masih merengut, Singto akhirnya setuju kembali.

"Kau mengantuk?" tanya Krist begitu melihat Sea menguap. Akhirnya mereka menyudahi bercerita karena esok hari Sea masih harus sekolah.

Pintu kamar Sea terbuka dan Singto muncul setelahnya. Tadi ia membiarkan saja Krist asik bersama Sea, sudah bisa dipastikan Sea sangat merindukan Krist. Tersenyum manis ketika melihat Sea sudah tertidur pulas. Adiknya itu pasti akan bermimpi indah malam ini.

"Kita kembali ke kamar?" ajak Singto pada Krist lalu meraih tangannya, meninggalkan kamar Sea.

***

Krist berbaring dengan lengan Singto sebagai bantalnya. Jam di dinding sudah menunjukkan tengah malam tetapi baik Singto maupun Krist belum juga mengantuk. Mereka berbincang seperti tidak ada habisnya.

Krist kembali bercerita tentang keputusan Sea. Ia berkata tadi nyaris sekali melarang Sea. Tetapi begitu mendengar bahwa Singto sudah melakukannya, membuat Krist tidak tega. Sea sudah memiliki tekad yang tinggi. Percuma saja melarangnya. Lagi pula Sea memang harus belajar mandiri.

Singto mengusap lembut wajah Krist. Ia sangat menyayangi orang di hadapannya ini. Singto jatuh cinta setiap harinya dengan Krist. Perpisahan tempo hari hanya ujian yang menguatkan cinta mereka.

"Aku merindukanmu..." mata Singto berubah menjadi sendu. Sedih sekali berkata demikian, walaupun mungkin tadi ia sudah mengatakannya tetapi seakan tidak berkurang. Ia sangat rindu.

Krist tersenyum, tangannya terulur mengusap wajah Singto,"Aku juga,"

Singto menarik tubuh Krist pelan, mengurungnya dalam kehangatan yang ia punya. Tidak lama kemudian, Krist jatuh terlelap. Dan Singto mengikutinya kemudian.

Malam yang sangat panjang dan indah bagi mereka. Semesta memang memiliki banyak sekali kejutan.

***

"Nanon, fokus!" sudah 2 jam Sea memaksa Nanon untuk menemaninya berbelanja. Kaki dan lengan Nanon sudah pegal luar biasa, puluhan kali ia menguap. Sea mengganggu tidur siangnya yang suci.

"Aku harus memilih warna apa? Merah muda atau biru?" tanya Sea sekali lagi sambil menarik wajah Nanon, meminta perhatian.

Nanon memandang Sea malas,"Sejak kapan kau menyukai warna merah muda? Pilih saja yang biru,"

Sea tersenyum senang diiringi dengan mulutnya yang membentuk huruf o. Nanon sangat memahami Sea. Tidak salah memang membawa Nanon bersamanya.

"Kapan kita selesai?" keluh Nanon, sekarang ia menjadi sangat lapar. Sea tega sekali tidak membiarkannya makan siang terlebih dahulu.

Bunga TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang