- 9

113 18 0
                                    

"Untung gua lagi bawa vestic ya," Kata Noa.

"Kenapa emang?" Tanya Yeji.

"Ya kalo gua bawa Ninja, yang ada badan gua rontok semua baru setengah jalan." Jawab Noa.

"Bener juga," Respon Yeji setuju. "Kok lu bisa sih kita ke puncak? Padahal gua gak ada pikiran sama sekali." Tanya Yeji.

"Gak tau juga gua Ji," Jawab Noa. "Gua juga ga kepikiran buat jalan ke puncak, tau-tau aja nyampe sini."

"Untungnya juga tadi gua bawa helm, coba kalo nggak." Kata Yeji.

Noa pun mengangguk setuju, "Berarti kita sehati Ji. Hahaha."

"Ndasmu."

•••

Sekarang mereka berempat sudah sampai di mansion mewah milik keluarga Yunseong.

Begitu masuk gerbang, mereka langsung dipersilahkan masuk sama beberapa satpam yang jaga, soalnya Yunseong udah bilang juga sama mereka, kalo nanti Hyunjin sama Yeji mau dateng.

Setelah parkir, kemudian mereka pun berjalan sekitar 5 menit untuk sampai ke pintu utama mansion ini.

Noa sama Kim yang baru pertama kai kesini langsung terkagum-kagum sama desain dari mansion ini.

"Mansion segede gini yang nempatin cuma siapa tadi nama sepupu lu?" Tanya Noa ke Hwang.

Hwang yang ada di sebelahnya pun menyahut, "Yunseong."

"Oh iya Yunseong," ujar Noa. "Yang nempatin cuma dia?" Tanya Noa lagi.

"Iya cuma dia." Jawab Hwang. "Tapi kadang dia sering bawa temen-temennya sih buat nginep."

Noa pun mengangguk ngerti.




•••

"Ji, mansion segede ini punya keluarga kamu, atau emang punya keluarga Yunseong sendiri?" Tanya Kim.

Jadi posisinya itu Kim sama Yeji, terus Noa sama Hwang. Soalnya tadi Kim sama Yeji ke toilet dulu. Gak tau ngapain, kayaknya sih urusan bulanan. Soalnya mereka berdua barengan.

"Iya ini punya keluarga Yunseong sendiri," jawab Yeji.

Kim pun mengangguk mengerti.

Kemudian mereka berdua pun menyusul Hwang-Noa yang udah di ruang makan dan tentunya lagi ngobrol urusan cowok sama Yunseong juga tentunya.

Kim sama Yeji yang gak mau ganggu mereka bertiga pun kemudian memutuskan untuk ke dapur aja bantuin mbak yang lagi masak buat mereka.

Itung-itung belajar masak juga sih mereka.

"Nanti ada kakak kelas gua mau kesini," Kata Yunseong sambil memakan anggur.

"Nginep apa gimana?" Tanya Hyunjin.

Yunseong menggeleng, "Kagak nginep. Cuma mau ngambil laptopnya dia doang, kemarin ketinggalan."

Kemudian Noa, Yunseong, dan Hwang pun melanjutkan obrolan mereka sampai seorang pemuda kalem menghampiri mereka.

"Seong," panggilnya.

Kemudian Noa pun langsung memperhatikan pemuda ini dari atas sampe bawah, dari bawah sampe atas lagi.

Kayak kenal tapi siapa?

Merasa diperhatikan, kemudian pemuda ini langsung menoleh ke arah Noa.

"Lu Noa bukan?" Tanya pemuda itu sambil melihat Noa dengan tegas.

Noa mengangguk, "Iya. Siapa ya?" Tanya Noa balik.

Kemudian pemuda ini langsung menghampiri Noa.

"Gua Midam." Kata pemuda itu sambil menunjuk dirinya sendiri. "Kakak kelas lu dulu waktu di asrama waiji. Angkatan 97."

Noa kemudian tampak mengingat dan "BUSETT BANG?? APA KABAR??????" Katanya heboh.

Hyunjin dan Yunseong pun saling tatap seolah berkata, 'dia kenapa?'.

•••

"Jadi, Midam itu kakak kelas gua dulu waktu asrama." Ujar Noa.

Midam pun mengangguk setuju, "Iya bener. Di komplek kita dulu ada sistem asrama gitu buat anak-anak yang umurnya 16-18 tahun." Jelasnya. "Nah waktu gua mau keluar, Noa masuk. Soalnya dia baru 16, nah gua udah 18 tahun." Lanjutnya.

Yunseong sama Hyunjin pun mengangguk paham.

"Enak tuh asrama gitu," Kata Hyunjin. "Cowok semua kan ya?"

Noa mengangguk, "Tapi ada asrama ceweknya juga persis di sebelah asrama cowok."

"Banyak orang-oramg terkenal yang dulunya masuk asrama situ." Ujar Midam yang membuat Noa, Hyunjin, dan Yunseong mendelik.

"Siapa aja?" Tanya mereka bersamaan.

"Lu pada tau Junhoe sama Donghyuk gak? Yang megang jalur Garuda bawah?" Tanya Midam.

Mereka bertiga pun mengangguk.

"Nah itu dulu mereka juga asrama situ." Kata Midam. "Terus sama Rosè sama Lisa yang penyiar radio itu?" Tanya Midam lagi.

"Yang mana sih?" Tanya Hyunjin.

"Yang nyanyi siul siul." Jawab Noa.

"Oh yang itu," Kata Yunseong.

"Iya yang itu." Kata Midam. Lalu ia pun tampak mengingat lagi.

"Yang gua inget segitu doang," Kata Midam. "Soalnya banyak yang pindah juga kayak gua." Lanjutnya.

[1] Eraldatus Where stories live. Discover now