[1] Eraldatus

- 16

Bohong kalo Yeji gak sedih. Bohong kalo Yeji gak marah. Bohong kalo Yeji gak nyesek. Bohong kalo Yeji bisa ngilangin rasa ke Noa.

Tapi Yeji mencoba untuk menerima kenyataan kalo emang dia sama Noa belum waktunya buat bareng-bareng.

Begitu mendengar permintaan maaf dari Noa, Yeji seneng. Noa orang yang bertanggung jawab. Noa masih mau minta maaf sama apa yang udah dia lakuin ke Yeji.

Kemudian Yeji pun menepuk bahu Noa sambil tersenyum tulus.

"Iya No, gue maafin." Kata Yeji dengan nada yang lembut.

"Kita bakalan bisa tetep temenan kok, gue juga udah gak mau lah benci benci sama orang lagi. Capek nyari musuh mulu." Lanjut Yeji sambil bercanda.

"Tapi No," Kata Yeji yang membuat Noa langsung menoleh.

"Kenapa Ji?" Tanyanya penasaran.

"Kalo lo dikecewain lagi, lo masih punya gue. Gue selalu disini, gak akan kemana mana. Gue bakalan selalu ada buat lo, kapan pun dan dimana pun." Jawab Yeji.

"Kalo gua dikecewain lagi, apa lu tetep welcome sama gua?" Tanya Noa memastikan.

Yeji tersenyum kemudian mengangguk tanpa ragu, "Iya. Gue janji."

"Can i hug you, please? Maybe for the last time?" Tanya Yeji ragu.

Tanpa menjawab, Noa pun dengan senang hati langsung memeluk Yeji dan membenamkan wajahnya di bahu Yeji.

Begitupun Yeji, ia langsung membalas pelukan Noa sambil mengelus punggungnya.

Baik Yeji maupun Noa, keduanya sama sama pengen nikmatin qualitytime mereka berdua buat yang terakhir kalinya.

Makanya mereka berdua matiin handphone mereka supaya gak ada yang ganggu mereka.

"Jangan ngomong gitu, kita bakalan tetep ketemu Ji. Kalo kangen lu bisa langsung bilang ke gua. Jangan munafik." Kata Noa.

Tapi kan tapi tapi tapi.............

"Iya."

Iyain aja udah. Gak tau ke depannya. Gitu kata Yeji.

"Keliling keliling yuk sekalian foto. Gua lagi bawa kamera nih," Kata Noa sambil menunjukan kamera dslr kesayangannya.

"Let me photograph you in this light in case in this last time that we might,"

"Be exactly like we were before we realized."