Tanpa Dirimu Ini Bukan Dunia

328 3 0
                                    

republish dari ffn dengan judul yang sama.

untuk #MonthlyFFA #DeathDayBirth

Hayama x fem!Miyaji (Miyaji Kiyoko)

.

.
Hayama berbaring di tempat tidur setelah tertidur dalam waktu yang cukup lama, matanya memandang langit-langit kamar yang gelap dan dingin dengan kosong. Sebelah tangan berada di samping tubuh, sementara sebelahnya lagi merangkul erat tubuh seorang wanita yang ikut berbaring disampingnya. Wanita itu balas melingkarkan lengannya memeluk Hayama erat, sesekali tangan Hayama pun ikut mengelus surai emas wanita itu dengan sayang.

“Hei, hei, Kota…”Si wanita protes, menelengkan kepala menghindari tangan besar Hayama. “Mau sampai kapan kau baring dan tidur, hah? Bangun dan mandi. Sudah cukup istirahatnya.”

Akhirnya Hayama menoleh, dan memasang senyum kecil pada si wanita yang kini menggembungkan pipinya. Bukannya bangun, dia justru melingkarkan sebelah tangannya lagi pada si wanita dan merengkuhnya erat.

“Kota…!”

“Kenapa memangnya?”tanya Hayama kemudian, menghirup dalam-dalam aroma jeruk yang menguar di rambut si wanita. “Aku ingin menikmati hal ini lebih lama lagi…Jika bisa selamanya…Aku akan senang sekali, Kiyoko. Aku tidak peduli lagi akan semuanya.”

Si wanita—Miyaji Kiyoko, menatap Hayama. Kedua manik emasnya berkilau penuh kesedihan, namun dia dengan cepat mengenyahkannya. “Apa-apaan kau ini? Mau kulempari nanas, hah?”

Hayama berguling, membenamkan tubuh Kiyoko ke dekapannya yang hangat. “Heheh. Aku tidak mempermasalahkan hal itu lagi. Aku malah merindukannya…”

“Kota, yang benar saja!”

Meski protes dan sibuk menggerutu, Miyaji tidak menarik diri dari pelukan Hayama. Beberapa saat kemudian, mereka masih berpelukan dan tenggelam dalam pikiran masing-masing.

“Kota, sekarang tanggal dan hari apa?”Suara Miyaji memecah keheningan. Hayama mendengus, dan menjawab dengan decakan kasar.

“Memangnya aku peduli akan hal itu,”jawabnya dengan berat, seakan disuruh menjawab pertanyaan paling menjijikkan di dunia. “Aku sudah tidak peduli lagi pada saat ini, Kiyoko. Sama sekali tidak peduli…”

Miyaji mengabaikan jawaban Hayama yang menurutnya sangat kurang ajar itu. Dia berguling, melepaskan diri dari pelukan Hayama dan melihat kalender lusuh yang berada di atas nakas.

“Hari ini hari Sabtu, tanggal 25 Juli. Di hari ini kau masih mau bersikap seperti ini?”

“Sudah kubilang, aku tidak peduli.”

“Kotaro.”

Hayama menoleh dan menghela napas, memandang iris keemasan kekasihnya lamat-lamat. Miyaji akhirnya menyerah, dan membaringkan kepalanya kembali di atas dada Hayama, mendengarkan detak jantungnya. Sejak dulu suara detak jantung Hayama selalu membuatnya tenang. Dia memejamkan mata dan menikmati suaranya.

“Apa yang kaulakukan, Kiyoko?”

“Seperti biasa, memastikan kau masih hidup atau tidak,”jawab Miyaji, meletakkan tangannya di pipi Hayama dan mengusapnya.

“Begitu…”balas Hayama pasrah, menikmati sentuhan lembut Miyaji di pipinya.

“Kotaro…”panggil Miyaji lagi, membuka mata dan menatap iris emerald kekasihnya yang mulai berkaca-kaca.

“Aku…tidak peduli lagi dengan apa yang terjadi dengan dunia ini. Apapun yang terjadi…”Suara Hayama terdengar bergetar, dia berusaha menelan gundukan besar di tenggorokannya. “Dunia ini penuh dengan penipu dan penjahat kejam. Mereka mengatakan hal itu aman….tapi aku yakin kejadian yang sama akan berulang lagi suatu hari nanti. Dan akan lebih banyak orang yang kusayangi yang akan jadi korban….Jadi lebih baik kalau dunia hancur saja sekarang….”

“Kotaro!”

Hayama kembali merengkuh Miyaji. Erat, begitu erat sampai sesak mencekik leher dan dada. Membenamkan wajah ke bahu Miyaji dan mulai menangis. “Aku tak mau kehilanganmu! Aku takut, Kiyoko. Aku…Bagiku, dunia tanpamu sama saja bukan dunia!”

Miyaji pelan mengelus surai jingga Hayama dan tersenyum. “Apa maksudmu, sih? Kalau aku tidak ada, tentu saja dunia takkan menghilang bersamaku! Dasar bodoh!”

Hayama tidak menjawab, dia meluapkan emosi yang sudah lama dipendamnya dalam pelukan kekasihnya.

“Hiduplah, Kota,”bisik Miyaji. “Jangan menolak dunia yang akan kau tinggali dari sekarang semudah itu. Dengan begitu aku yakin kita bisa tinggal bersama selamanya. “

“Hari ini, usiamu genap tiga puluh tahun. Selamat ulang tahun, Kotaro. Aku menyayangimu, maka hiduplah untukku.”

“Aku mencintaimu, Kiyoko. Sangat, sangat mencintaimu—sampai-sampai rasanya terlalu menyakitkan.”

“Aku juga.”

“Katakan padaku semuanya akan baik-baik saja. Meski…meski ini semua bohong…Biarkan aku memercayainya.”

“Semuanya akan baik-baik saja, Kotaro. Hari ini adalah hari yang baik, karena hari ini kau sedang berulang tahun. Teman-temanmu akan datang dan memberimu kejutan.”

Miyaji mengangkat kepalanya dan mengecup bibir Hayama. Hayama membalasnya, menekan kepala Miyaji untuk memperdalam ciuman mereka.
Napas Hayama gemetar saat mereka melepas ciuman. Miyaji menatapnya penuh kasih dengan mata yang penuh dengan bulir bening.

“Hiduplah, Kotaro. Aku mencintaimu. Selamat ulang tahun.”

Dan Hayama kembali terisak di tengah ruangan sepi dan dingin itu, sendirian.

.

TAMAT

.

*Now Playing – Sugar Song and Bitter Steps by UNISON SQUARE GARDEN

Percakapan Hayama dan Miyaji di bagian ‘memastikan kau masih hidup atau tidak’ itu diambil dari percakapan Black/William dengan White/Mary dari Kekkai Sensen S1 episode akhir.

Kuroko no Basuke Oneshoot CollectionWhere stories live. Discover now