The Rules

493 115 8
                                    

Jimin tertawa luar biasa ketika aku mengatakan bahwa ini juga kampusku. Ia bahkan tidak menyangka seorang "pekerja" bisa berkuliah di tempat yang sama dengan bossnya.

Di satu sisi aku ingin meninju mulutnya itu.
Tapi aku yakin seribu persen, hidupku akan semakin berantakan karena merusak wajah seorang model.

"Hahaha, aku serius. Hidup ini memang konyol sekali. Rasanya benar-benar aneh satu kampus dengan orang yang kugaji." ujarnya yang masih disusul dengan tawa. Membuatku nyaris kehilangan akal.

Kutarik napasku dalam-dalam lalu kuhembuskan dengan pelan,"Terserah kalau kau menganggap ini lelucon, tapi ini sebuah keberuntungan bagiku," Jimin mengubah raut wajahnya lalu menatapku serius,"Nanti beritahu saja aku harus kemana, aku mau bertemu dengan dosenku untuk konsultasi penelitian."

Namun Jimin menahan tanganku tepat sebelum aku keluar dari mobil,"Temani aku ke ruangan RoyalU."

"Hah? RoyalU punya ruangan sendiri di kampus?"

Jimin menggelengkan kepalanya miris,"Ck, ck, ck, kau ini benar-benar mahasiswa semester 6, kan? Kenapa tidak pernah dengar tentang RoyalU sama sekali, sih?"

Kuputar bola mataku malas menanggapinya, "Selama ini yang kudengar hanya jeritan anak gadis, sorry."

Kali ini Jimin yang menghembuskan napasnya kasar,"Baiklah, temui kami semua di ruangan RoyalU jam 1 siang. Kita makan bersama nanti."

Oh syukur, halleluya!
Aku tidak perlu mengeluarkan uang lagi untuk makan.
__________

Aku menyesal karena sudah bahagia setengah mati ketika konsultasiku selesai. Karena yang kubayangkan adalah duduk bersama dengan mereka dan menyantap makanan enak sampai kenyang.

Tapi kenyataan memang pahit.

Mereka justru ingin membuatku membelikan seluruh pesanan mereka.

"Tidak mau."

Itu kata-kata yang keluar dari mulutku ketika Taehyung selesai menyampaikan seluruh pesanan setiap member. Membuatku ingin berteriak sekeras-kerasnya.

"Kenapa tidak mau? Kau kan manager kami." Tanya Taehyung begitu polos yang diikuti oleh anggukan yang lain.

Bahkan Jimin sekalipun.

Pria itu bahkan terlihat tidak peduli dengan keadaanku saat ini.

"Aku manager kalian, bukan budak," Jawabku lebih serius lagi,"Kalau mau, sini kubantu delivery semua makanannya."

"Semua toko makanannya di depan kampus, Yeona. Kenapa sampai harus delivery? Tolong lembutkan hatimu dan ringankan pekerjaan mereka." Sahut Jimin kali ini yang justru membuatku semakin ingin meratakan semua orang.

"Aku meringankan pekerjaan mereka, lalu pekerjaanku dipersulit oleh kalian? Woah," Kuletakan tanganku di pinggang tanda tak habis pikir,"Kalian yakin tidak ada yang salah dengan otak kalian?"

Secara otomatis semua orang menatapku terkejut. Bahkan Jimin mulai membuka suaranya lagi. Tak terima dengan apa yang kukakatan,"Apa kau bilang?"

Perlahan Jimin bangkit dari posisinya dan mendekat padaku. Tapi percuma saja, aku bahkan tidak bergerak sedikit pun dari posisku saat ini.

"Katakan sekali lagi, nona manager." Ujarnya begitu dingin. Membuatku nyaris tidak mengerti bagaimana sifat aslinya.

"Sudahlah, hyung," Jungkook juga ikut bangkit dari posisinya dan mengambil kertas pesanan yang dipegang Taehyung,"Ayo aku temani membeli semua makanan ini." Ucapnya padaku.

"Sudah kubilang aku tidak mau. Aku ini manager, bukan budak." Tekanku sekali lagi.

Jungkook menghela napasnya,"Kau beruntung parah hyung belum tiba disini. Lebih baik kita cepat beli makanan ini sebelum mereka datang, atau aku tidak mau membantumu lagi setelah ini."

Starlight | 별빛Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang