Memories

682 110 14
                                    

Hari ini Jimin kebingungan setengah mati ketika ia mendapat telpon dari Yeona yang tiba-tiba memintanya untuk menemani ke studio pemotretan. Padahal hari ini bukan jadwalnya, melainkan jadwal Taehyung dan Jungkook.

Yeona terlihat santai. Tidak ada tanda-tanda bahwa dia sedang ketakutan atau grogi untuk berada disana. Lagipula ini sudah jadwal member yang kesekian kalinya. Tidak mungkin ia masih gugup seperti diawal kan?

"Hei, kau bisa jujur padaku."

Kata-kata Jimin memecah keheningan. Yeona secara otomatis menoleh kearah Jimin,"Jujur tentang apa?"

Akal sehat Jimin tahu betul kalau gadis ini masih menyimpan sedikit (atau banyak) dendam padanya karena masalah date di restoran waktu itu. Yeona sempat ketakutan untuk masuk kuliah karena beberapa kali diteror oleh para penggemar. Bahkan ia bercerita kalau ada satu mata kuliahnya yang nyaris gagal.

"Kenapa tiba-tiba kau memintaku untuk menemanimu ke studio? Disana kan ada Taehyung dan Jungkook. Kenapa harus aku?" Jimin banyak bertanya. Ia begitu penasaran karena dalam hati kecilnya, Jimin menganggap ini sebagai sebuah kesempatan.

Kesempatan untuk mendapatkan maaf, tentunya. Bukan yang lain.

Yeona hanya diam. Sejujurnya gadis itu sangat terpaksa meminta tolong pada Jimin seperti ini. Ingatan hari-hari dimana dirinya harus berjuang ke kampus masih saja membekas diingatan. Tak akan pernah Yeona lupa bahwa ia harus masuk lewat pintu belakang gedung agar tidak bertemu dengan penggemar bodoh mereka.

Tapi rasanya, hanya Jimin yang bisa membantu Yeona untuk mencairkan suasana di studio nanti.

Sejak kejadian Jungkook yang menegur Yeona (alasan ini bisa liat di highlight ig 19project.s), gadis itu seperti ketakutan ketika memikirkan suasana yang ia harus hadapi ketika ada Jungkook.

Padahal Yeona mengira Jungkook adalah orang yang bisa dia andalkan di grup, apalagi jika mengingat kejadian membeli makan siang.

"Ya. Apa kau marah padaku?" Tanya Yeona tiba-tiba.

Dahi Jimin berkerut,"Apa sih? Kenapa tiba-tiba begitu? Lagipula kenapa aku harus marah? Setahuku selama ini kau yang marah kan?"

"Grup. Masalah aku bilang kau dan Jungkook bodoh waktu itu." jawabnya tergesa-gesa. Begitu penasaran dengan jawaban Jimin.

Dalam pikirannya, Jimin langsung mengerti kenapa Yeona bersikap seperti ini.

"Ah. Rupanya karena Jungkook."

Yeona mematung pada posisinya yang menghadap Jimin,"Ba-bagaimana kau tahu?"

Pria yang tengah menyetir tersebut hanya tertawa kecil karena merasa lucu dengan sikap Yeona. Ia tak menyangka bahwa manager RoyalU yang galak ini ternyata bisa takut juga.

Dan yang lebih lucunya lagi adalah Jungkook yang masih menyimpan kebiasaan buruk tersebut.

"Tidak perlu khawatir. Jungkook sangat sensitif seperti itu dengan orang baru. Kalau kedepannya kami semua memaklumi, dia juga akan begitu kok." jelas Jimin.

Jungkook adalah manusia yang diperlakukan seperti pangeran sejak kecil sampai sekarang. Sifat itu sepertinya memang tidak bisa lepas. Apalagi ketika sadar bahwa pria itu terlalu sempurna kehidupannya.

Jimin membuka suara lagi,"Tapi seandainya kau masih takut canggung, tidak usah khawatir. Aku akan tetap menemanimu." katanya sambil tersenyum begitu lembut pada Yeona.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 18, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Starlight | 별빛Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang