7. Investasi

7.3K 766 6
                                    

Memberi reward buat diri sendiri itu perlu,

Apalagi buat yang habis kerja keras bagai kuda.

-Kampret yang habis gajian.


            "Nih. Karena gue baik pake banget" Icuk meletakan segelas cappuccino starbucks di mejaku.

"Wih. Sogokan apa nih?" Aku menatap gelas kopi bertuliskan 'ini kopi'. Sontak aku meledak terbahak-bahak. Icuk bangetlah. Dia itu bisa melucu tanpa harus berusaha. Dan aku terlalu receh untuk yang selalu menertawakan semua tingkah Icuk dan Bram.

"Awal bulan kan gue kaya. Lo pasti belum sarapan." Dia bersandar di kubikelku sembari menyeruput latte miliknya. Icuk ini lelaki yang tidak kuat minum kopi hitam jadi belinya kopi gemas.

"Sarapan tuh bubur ayam." Aku menimpuknya dengan notesku. Tidak tahan dengan gaya sok kerennya. Well, Icuk ini adalah lelaki pintar yang mukanya tidak buruklah. Hanya saja dia punya kulit yang lebih gelap, sawo matanglah. Makanya dipanggil Icuk. Item cuk. Dia asli jawa timur yang kemudian mengadu nasib di Jakarta. Nama aslinya Tama. Bagus kan, tapi jadi Icuk.

"So Sweet banget nih, cuma Kinan yang dibeliin. Gue mana?" Mas Feri ikut bergabung dengan kami.

"Sori gan, ini cuma buat yang masih satu digit. Lo dua digit bisa beli sendiri." Sindir Icuk melirikku.

"Kampret lo!" Aku menendang kaki Icuk sebal.

Mas Feri hanya geleng-geleng saja memahami tingkah kami. Dia sudah hafal sekali kalau kami memang dekat, Icuk memang tipe lelaki peka terhadap hal-hal kecil. Kalau aku kedinginan ya diberikan jaket, kalau tidak dapet taksi ya dianter pulang. Orang yang tidak tahu pasti mengira kami pacaran.

Bang Dira juga begitu, dia satu-satunya orang yang bisa diajak curhat. Dia tipe lelaki yang skinship adalah hidupnya. Memang kedua tangannya itu tidak bisa diam sih. Kalau kata Vidi kenapa kami tidak berpacaran? Of course not. Kami ini pure cuma teman. Tidak akan bisa menjalin hubungan karena sudah terlalu dekat. Sudah tahu seluk-beluk sesama. Kalau ada yang bilang sebagian besar hubungan lelaki dan perempuan tidak mungkin berteman dekat, well kami adalah minoritas. Kenyataannya baik Icuk, Bram dan Bang Dira juga punya gebetan.

"Kin, lo udah cek rekening belum. Udah gajian loh" Mas Feri menaikan alis nya.

"Udah mas. Pantesan trenggiling satu ini baik. Eh gajimu naik ya?" Alih-alih menatap Mas Feri aku menatap Icuk sambil menyikutnya. "Temenin ke PS dong."

"Ngapain sih males gue ke mall," Ujar Icuk jujur. Dia memang tidak suka belanja, lebih suka online. "Sama Bang Dira ajalah."

"Yaudah deh." Aku menurut. Aku mulai mengetikkan ajakan di grup WhatsApp ketika Icuk menepuk punggungku pamit. Dia kembali keruangannya.

Bebas Tugas

Kinan: Ke PS yook. J

Belum ada yang membalas. Aku menyeruput kopi panasku. Kemudian melirik HP lagi saat mendengar notifikasi beruntun.

Bram : PS teroooos, mending nge game.

Dira : Habis gajian langsung hedon ya Nan?

Kinan : Cari parfum doang hedon apanya. Biar semerbak wangi ke kondangan besok.

Bram : Oh iya, besok sabtu.

Dira : Gue mau cari sepatu deh.

Icuk : Jadi kepikiran...

THE DEADLINE  [FINISHED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang