21. Hadiah

618 56 15
                                    

More than enough, more than everything

____

"Siapa namamu?" tanya seorang dokter wanita untuk memastikan ingatan Fajar yang telah bercerai dengan ventilator, menggantinya dengan masker oksigen langganannya.

Fajar bungkam, ia tidak tahu jika sebuah nama akan berarti besar di dalam kehidupan. Nama adalah doa dan terasa hampa bila antonim telah mendominasi pengabulan. Namanya Fajar? Terbit tidak pernah, tenggelam tak henti. Ia tak punya semburat bening yang memberikan harapan kala embun masih enggan beranjak dari dedaunan, Fajar nama yang terlalu bagus untuknya.

Mungkin doa tersebut tak sepenuhnya dimonopoli oleh antonim, setiap malamnya datang ia selalu bertemu kembali dengan mahkota pagi di ufuk timur.

"Kamu lupa?" tanya dokter berkaca mata tersebut sabar.

"D ... Disca," lirihnya hampir tak bersuara, ngomong-ngomong lidah Fajar kelu. Setelah koma memang dibutuhkan kesabaran untuk memberikan waktu pada syaraf-syaraf untuk menyembuhkan diri. Atau kemungkinan paling menyedihkan---syaraf itu tak akan pernah sembuh.

"Bukan, kamu bukan Disca," tolak dokter.

"Disca? Coba jelasin ke Mama siapa Disca?" Siska mulai gila, tangannya mencengkram dagu Fajar membuat kuku-kuku yang mulai memanjang tersebut menembus kulit Fajar.

"Aarghh!" lirih Fajar pasrah.

"Bu ... bu sadar! Ini yang Anda tunggu kesadarannya delapan hari ini, loh." Beruntung sekali ada dokter baik yang mau mencabut kuku yang menambah beban hidup Fajar.

Selanjutnya Fajar menemukan 'kenapa?' yang baru.

___

Sebuah piring kosong diletakkan di depan gadis yang tengah termenung, titik fokus gadis tujuh belas tahun tersebut terenggut oleh kramik mengkilap dengan motif bunga di bibir piring.
Gadis berambut sepunggung itu mendecak malas.

"Aku nggak lapar!" ketus Disca.

"Siapa juga yang nawarin makan? Aku laper," ujar Ai membuat Disca berkali-kali lebih kesal dibanding beberapa detik lalu.

"Nih duit beli mie instan." Disca memberikan selembar uang berwarna ungu kusam, Ai memutar bola matanya.

"Korupsi, dipikir aku gak tahu aku dikasih uang jajan sama Kakakku?" Gadis di bawah umur yang tak kalah rupawan tersebut mengantongi satu lembar uang yang lelah bersemayam dalam kantong Disca.

"Disca! Meski kamu itu pelit, galak, sering buat yatim piatu sepertiku kelaparan, bodoh, nggak pernah ngerjain PR, ulangan selalu remid---"

"STOP AI!!! Jangan ceritain aib gue ke para setan tak kasat mata di kandang kita ini, mereka juga udah tahu," omel Disca.

"Tapi aku percaya Kakakku bakal bahagia sama kamu." Ai tersenyum, Disca tak tahu setulus apa senyuman itu. Yang Disca tahu, Ai tak pernah tersenyum dan ini pertama kalinya. Apa itu tak menunjukkan betapa seriusnya hati yang telah Ai jaga untuk tetap mati suri itu?

"Ai ... Sekarang ngomongnya panjang banget. Sariawannya sembuh?"

"Hm."

NeverriseDonde viven las historias. Descúbrelo ahora