Bagéan 5: Mapag Sri

310 54 2
                                    

Sampai di rumah; sudah sore

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sampai di rumah; sudah sore. Di jalan raya, Laksmi melihat Julaeha---musuh bubuyutan---, yang sedang menggendong jamu---dia tukang jamu keliling---. Sebenarnya dulu Julaeha dan Lakshmi berteman baik, tetapi entah karena apa; Julaeha menjadi sangat membenci Laksmi---sudah kedapatan 3 tahun---.

"Heh, Wate! Maneh teh kamana wae? Eta indung maneh keliling kampung karena mencari kamu dari pagi!" dengan nada yang tidak suka, Julaeha memberitahukan apa yang terjadi ketika Laksmi tidak ada di kampung.

"Jangan-jangan hanya karena biaya sekolah; kamu mangkal di kota! Iya?"

"Ya Allah, Yayu! Walaupun saya tidak punya uang, saya punya harga diri! Jangan sesekali memfitnah saya seperti itu, atau saya akan melakukan hal yang tak pernah kamu duga, ya!"

Julaeha yang kerap dipanggil Yayu Jamu terpancing emosi, padahal dirinya sendiri yang menyulut api. Lakshmi meninggalkan Julaeha, sudah tak bisa diharapkan lagi menjalin hubungan baik dengan Julaeha.

Laksmi berlari di sepanjang jalan; di pikirannya ramai tentang segala kemungkinan yang terjadi tadi. Di tengah jalan, dirinya bertemu dengan Kirana serta Ikheu. Mereka mengatakan, bahwasanya keluarga tuan Dadang sudah menunggu Laksmi sejak tadi pagi(membawa lamaran---Mapag Sri---); karena dari pagi Lakshmi tidak ada; tuan Dadang menyuruh mak Iyah berjalan kaki; mengeliling  Desa Maja---sampai bisa membawa Laksmi. Biadab sekali memang, jalan saja sudah susah; badan sudah tak kuat menompang lagi---bisa-bisanya Dadang menyuruh hal demikian kepada mak Iyah---.

"Sekarang wa Iyah ada di rumah saya, Wate." Sempat pingsan 2 kali di jalan, mak Iyah akhirnya diajak oleh Kirana ke rumahnya untuk beristirahat; Kirana dan Ikheu yang menggantikan Iyah untuk mencari Lakshmi.

Di rumah Kirana; ada kedua orang tuanya; Wa Iis dan Wa Asep---sedang memijat Iyah---. Mak Iyah tertekan batin dan pikirannya; ia menyangka Lakshmi sudah kabur ke kota; untuk sekolah dan meninggalkan desa selamanya. Lakshmi memeluk Sang Ibu; deraian air mata membuka permintaan maaf Lakshmi atas sikapnya tadi pagi. Wate menceritakan semuanya; mereka sedikit tenang, tetapi Mak Iyah berada di posisi yang sulit---dirinya tak bisa mengiyakan perkataan Lakshmi begitu saja.

"Jatuh tempo sudah terlalu lama, ancaman yang lain adalah; jika kamu tidak melakukan ini; makam abahmu akan digusur dan mayatnya dibiarkan begitu saja di tempat sampah, Neng. Hiks-hiks, apakah kamu mau?"

Mendengar perkataan itu; hati Lakshmi meledakkan ribuan dilema yang terbuai dalam pikirannya, "makam abah akan digusur?"

"Apa kamu lupa, Neng? Tanah pemakaman itu adalah milik tuan Dadang!"

"Sudah, Neng. Kalau Emak kya raya; kamu silahkan saja sekolah dan kuliah di kota, menuntut ilmu; jadi orang berhasil di dunia dan akhirat, tapi; Ibu tidak mempunyai sepeserpun harta. Neng, Sholehah, Bageur, Emak mohon---" Iyah sampai akan bersujud di kaki Lakshmi, dengan segera; Lakshmi menahan Sang Ibu; untuk tak bersujud.

"Allahuakbar, jangan, Mak."

"Kalau Emak tak bisa membujukmu sebagai seorang Ibu; Emak akan membujukmu sebagai seorang Janda miskin dari suami yang liang lahatnya akan digusur. Tolong, Neng. Kasihanilah Janda ini; biarkan suami saya tenang di rumah barunya. Jangan kau biarkan impianmu; mengikis rasa kemanusiaanmu sebagai seorang manusia!" situasi di sana benar-benar kacau dan tak terkendali, Iyah sudah emosi karena baluran ancaman dari tuan Dadang; tak sanggup melihat suaminya yang sudah tak bernyawa itu; dibuang dari tempat terakhirnya di dunia dan membusuk di tengah sampah. "Bilamana saya bisa dijual; maka saya rela akan menjual diri saya kepada siapapun!"

"Jangan, Mak!" tak kuasa; Lakshmi tak kuasa mendengar kata-kata itu secara sadar terucap dari perempuan yang melahirkannya.

"Atau ... bila kamu masih tak mau juga menghancurkan mimpimu itu! Saya sebagai seorang Ibu; yang telah mengandungmu selama 9 bulan, memperjuangkan hidup dan matinya hanya untuk mengeluarkanmu dari dalam rahim, menyusuimu selama 1 tahun, membesarkanmu sampai menjadi perawan ... Ibu yang hina ini satu-satunya Ibu dari semua Ibu yang ada di dunia---Iyah binti Zainudin---meminta balasan atas perjuangannya sebagai seorang Ibu yang telah diberikan kepada anaknya!"

Lakshmi akhirnya terpaksa mengiyakan  Ibunya, permohonan Sang Ibu; begitu sangat menggerus hatinya. "Baiklah, jika itu permintaanmu, Mak! Saya; Lakshmi binti Asfar; menyetujui pernikahan dengan putra tuan Dadang---Danu---, dan meninggalkan semua impian saya sebagai seorang dokter!" Lakshmi berteriak; teriakannya menghentikan tangisan Iyah dan semua orang yang ada di sana. Di kota; ada hal baik yang mengejutkan, sedangkan di desanya; ada hal buruk pula yang mengejutkan.

Hancur rasa hati seorang Ibu melihat anaknya rela menuruti keputusan yang ini berubah menjadi campuran keputusan akal dan pikiran. Dia tidak mau melakukan ini, dia jijik mendengar dirinya sendiri berkata demikian. Namun ... lemahnya daya yang membuatnya seperti ini.

Dengan tatapan kosong, Mak Iyah membawa plastik yang berisi alat rias, kebaya dan perhiasan dari keluarga Dadang; "Pakailah ini, keluarga tuan Dadang menginginkan menantunya menyilap kastanya dengan dandanan yang anggun. Jangan sampai; kasta rendahmu terlihat di mata manusia." Setelahnya, Mak Iyah terjatuh---pingsan---tak sanggup lagi melihat pertunjukkan takdir ini.

"Mak, Lakshmi tahu ... Emak bukan yang mengatakan semuanya, tetapi itu adalah perkataan dari logika yang tercampur biluran dilema di hati Emak. Percayalah, Mak; meskipun Lakshmi menyetujui apa yang logika Emak sampaikan dengan penuh emosi barusan; Lakshmi akan berusaha menghadiahi revolusi keluarga di masa depan nanti. Itulah janji Lakshmi, seorang anak dari Ibu yang rela menganggap dirinya hina; di atas bumi parahiyangan.

***

Ketika lembayung sudah akan bercermin di bumi, Lakshmi beserta rombongannya datang ke rumahnya sendiri---yang sudah terjajah oleh orang kaya raya---. Mapag Sri diadakan; yang menjadi penuturnya adalah Dadang. Bagaikan tak ada persalahan apapun; akhirnya cincin dipakaikan ke jari manis Lakshmi---tanda dimulainya ikatan suci pernikahan---.

Wajah manis Danu, tak membuat Lakshmi tergugah dan menyerah kepada keadaan.

Bagi Dadang; tepukan tangan semua orang atas apa acara yang dihadirkan sekarang---Mapag Sri---adalah (intrik) tepukan yang mengenai ribuan lalat sekaligus. Danu adalah wayang yang bisa ia gerakkan dan atur kisahnya sendiri. Apakah dengan dimulainya ikatan ini, akan menjadi dimulainya kehancuran mimpi Lakshmi sebagai seorang dokter?

MELODI SABILULUNGAN KAHIRUPANWhere stories live. Discover now