19. Luka yang kembali terbuka

449 70 3
                                    

Mulut berkata tidak namun hati berkata iya. Tubuhku terlihat kuat, namun nyatanya tidak sekuat yang kau lihat saat kau memutuskan untuk pergi. Fikiranku berkata aku kuat namun hati berkata aku lemah.
~~~~^^~~~~

Saat Mamah Nesya memergoki Jefan yang tengah memarahi Una akibat ulah Una yang menyeret Jefan hingga membuat mukanya jadi berlumur tanah, Jefan langsung dimarahin beberapa detik aja sama Mamah Nesya. Karena Mamah Nesya orangnya tidak tegaan selepasnya dia langsung nyuruh Jefan buat mandi.

Una melirik ke jam warna birunya yang tertegar manis di tangganya. Jefan sudah mandi lima menit yang lalu, ada kemungkinan Jefan udah selesai mandi jadi Una memutuskan untuk masuk ke kamar Jefan sambil membawa P3K karena ulahnya Jefan berdarah.

Klek.

Una masuk ke kamar Jefan perlahan. Dia mengedarkan matanya mencari sosok Jefan di kamar yang sepi. Una meletakkan kotak P3K ke meja belajar Jefan ketika melewatinya. Saat ia mendengar pintu terbuka dari sudut kamar yang diberi sedikit tembok, dia perlahan berjalan ke arah ruangan itu.

"AAAAAA!" teriak Una dan Jefan berbarengan.

Una terkejut bukan main, masalahnya Una gak sengaja liat dada kotak-kotak milik Jefan yang masih basah akibat mandi dan parahnya tidak ditutupi dengan handuk.

Una dengan cepat menutup matanya sedangkan Jefan langsung mengambil kain apa saja yang ada di pinggirnya.

"Kenapa lo gak pake baju hah?" ujar Una sambil melirik Jefan dari sela-sela jarinya.

Mubazir sia-siain abs Jefan yang bagus.

"Ada juga lo yang kenapa lo tiba-tiba masuk ke kamar gue padahal tau gue lagi mandi!"

Una langsung menurunkan tangganya ketika dia salpok sama kain yang dipegangi Jefan buat nutupin bagian atasnya. Una sejenak mengamati kain itu dan mendekati guna memastikan apa yang di fikirannya benar. Perlahan dia memegangi kain itu namun dengan cepat ditepis kasar oleh Jefan.

"Heh lo jangan modus ya, mau liat abs gue yang seksai nya gak ada ahlak!"

"Seksi pala lo!" ujar geram Una. "Gue rasa kain yang digunain lo buat nutupin tu abs yang lo yang bilangan seksi itu adalah daster punya Mamah Nesya, lo mau pake dasternya?"

Jefan langsung menunduk dan melihat kain yang digunakannya. Dia menatap Una kembali. "Alesan lo! bilang aja mau liat abs gue kan, dasar udah kecil mesum lagi. Keluar sana, keluaaar!" Jefan dengan cepat mendorong-dorong tubuh Una agar keluar dari kamarnya ketika sudah keluar Jefan langsung mengunci kamarnya dan langsung bernafas lega.

"Anjir Una bikin gue malu aja," ujar Jefan. Sedangkan di lain sisi Una yang diusir oleh Jefan diam sesaat lalu berbalik menatap kamar Jefan.

Dor! Dor! Dor!

"Jefan gue hitung sampai sepuluh ya kalau lo masih aja belum keluar dari kamar lo gue dobrak loh, beneran, gak boong, sumpah!" Meski Una yakin Jefan tidak melihatnya menunjukkan peace Una tetap melakukan itu.

"BODO AMAT GUE GAK PEDULI!"

"Satuuu!" Una mulai menghitung. Sedangkan Jefan malah sengaja di lama-lamain, mana mungkin Una berani mendobrak pintu kama

"Duaaaa!"

Yang di tunggu masih saja belum menggunakan baju, bahkan malah asik bergaya di depan kaca.

"Tigaaa."

Jefan tersenyum ketika dia bergaya apa pun hasilnya tetap ganteng. "Emang orang terlahir ganteng mah beda aja, gak pake baju ataupun enggak pake aura gantengnya masih kelihatan."

A Lies || EunkookDonde viven las historias. Descúbrelo ahora