26. Bukti yang nyata

351 76 0
                                    

Soal mengucilkan orang lain adalah bakat paling hebat di dalam diri manusia.
***

Ke esokan hari nya SMA bakti gempar karena Una, Alex, Jefan, Galuh,  Hasbi, Yoga, Bryan, dan Alan di panggil melalui mikrofon pengumuman milik SMA bakti yang menyuruh ke delapan anak tersebut agar ke lapangan depan.

Karena itu juga membuat daya tarik siswa-siswi untuk berkumpul ingin mengetahui perbuatan salah apakah yang dibuat oleh pemilik sekolah ini sampai nama Una disebut untuk hal yang tidak baik, karena biasanya nama Una hanya di sebut karena hasil pencapaian bakatnya bukan keburukannya.

Ke delapan anak itu berdiri berjejer di panas terik yang membuat mereka harus menundukkan wajahnya karena panas. Di depan mereka semua ada guru BK, walikelas IPS 1 dan walikelas IPS 2, dan tidak lupa juga Ibu Ines yang berdiri di samping guru BK meski begitu ke delapan anak tersebut tidak ada takut-takut nya sama sekali. Una sendiri lebih bersyukur karena Kakak nya tidak ada di sekolah.

"Kalian tau perbuatan apa yang kalian buat?" tanya pak Bambang selaku guru BK itu tegas, karena tidak ada jawaban dari yang ditanya kayu yang dipegangnya di sebelah kiri kini dia lontarkan dengan penuh emosi. "JAWAB!"

"Buat Ines sampai pingsan," ucap Hasbi dengan penuh keberanian.

"Apakah kalian menyesali perbuatannya kalian!" teriak pak Bambang di depan mereka semua membuat keadaan lapangan depan SMA bakti sunyi sekali tidak ada satu pun yang berani berbicara.

"Enggak." Karena perkataan yang Alex lontarkan membuat Ibu Ines yang berdiri di belakang dengan para walikelas kini menghampiri orang yang berbicara.

Pak Bambang yang tau Ibu Ines mulai tersulut emosi menghentikan tindakan Ibu Ines sambil menyuruhnya agar bersabar.

"Ibu butuh uang ganti rugi berapa, saya akan keluarkan berapa pun yang yang Ibu ucapkan," ujar Alex membuat keadaan yang tadinya hening kini mulai di penuhi oleh bisik-bisikan negatif tentang Alex.

"Saya gak butuh uang dan anak saya tidak bisa di beli oleh uang jadi jangan merendahkan saya!" saut Ibu Ines yang kini sudah berdiri tepat di depan Alex dia selalu menyingkirkan tangan pak Bambang yang selalu menyuruhnya agar kembali berdiri di belakangnya.

"Nah saya pun sama. Harga diri saya tidak bisa dibeli oleh uang ataupun tidak bisa di rendahkan oleh anak Ibu, asal Ibu tau ya anak Ibu itu udah menghina harga diri kita-kita. Siapa sih yang enggak marah kalau harga dirinya di injek-injek?"

"Tapi kamu udah keterlaluan, dan dengan beraninya kamu membanting tubuh anak saya sampai pingsan dan hingga sampai saat ini juga belum sadarkan diri!"

"Saya gak akan lakuin hal itu kalau anak Ibu enggak mancing emosi saya, dia dulu yang nampar temen saya, jadi kami bales supaya dia tau rasa sakitnya di tampar karena selama ini tangan dia terlalu ringan maksudnya bukan sering membantu tetapi tangan anak Ibu sangat ringan sekali sampai hal sekecil apapun kesalahan orang lain terhadapnya selalu di tampar."

Perdebatan mulai sengit dan bertambah panas ketika Ibu Ines yang hampir ingin menampar Alex namun di tahan oleh Una.

"Selesaikan masalah dengan otak bukan dengan kekerasan," nasehat Una membuat Ibu Ines yang tangannya di pegang oleh Una dia langsung melepaskannya secara paksa.

"Anak Ibu punya masalah sama saya jadi jangan bawa-bawa temen saya yang cuman membantu saya," ucap Una menatap sengit Ibu Ines. "Sebelumnya perkenalkan nama saya Unalia Resyan kalau Ibu lupa nama saya."

A Lies || EunkookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang