Mataku menatap nanar ke langit-langit sementara pria di atasku terus menggoyangkan pinggulnya dengan keras. Aku tak merasakan apapun. Tidak ada gairah ataupun kenikmatan. Air mataku hanya akan terus mengalir tanpa bisa kuhentikan.
Tangannya meremas pergelangan tanganku yang lemah sementara mulutnya terus mengulum payudaraku.
Sesekali dia mengerang saat batangnya kesusahan masuk, melesak memenuhi kewanitaanku. Dan aku hanya terus menangis tanpa suara, menahan rasa sakit yang amat sangat dalam. Dia tak peduli betapa sakitnya diriku.
Hah mana mungkin dia peduli?
Aku persis seperti korban yang sedang di perkosa saat ini. Benar-benar seperti itu.
"Istriku benar-benar masih perawan." Dia berkata di telingaku dengan pelan sambil terus membawa masuk batang itu semakin dalam."Pria itu tak tergiur untuk menyentuhmu hm? Apakah dia tak ingin menyentuhmu seperti ini?"
Dia menusukku dengan kuat, marah.
Mataku masih menatap langit-langit. Membiarkan air mata yang terus mengalir. Hanya itu satu-satunya yang bisa aku lakukan.
"Haruskah aku mengucapkan terima kasih? Karena sudah menyimpan keperawananmu yang nikmat ini untukku?"
Sungguh, air mata tak bisa berhenti sama sekali. Dadaku seperti ditusuk oleh jarum yang amat sangat banyak. Kerongkonganku bagai di sumbat oleh gumpalan air mata.
Aku tak mampu dan tak sanggup.
"Ah, kau berdarah cukup banyak, Sayang. Itu pasti sakit sekali bukan?" Terselip nada marah yang kentara saat dia mengatakannya sembari menyentakku semakin kuat seolah ingin menyiksaku lebih parah.
Aku sudah tak peduli seberapa banyak darah yang keluar dari kewanitaanku, dan seberapa sakit itu. Aku sudah tak peduli karena hatiku lebih sakit dari semua bagian tubuhku yang lain.
Aku tak pernah menduga bahwa malam pertamaku akan seburuk ini. Tak pernah membayangkannya sama sekali bahwa seseorang seperti dialah yang akan merenggut kesucianku.
Dan otakku membawaku kembali pada ingatan itu...
Pada saat Gabriel Abraham Patlers datang untuk mengklaim bahwa aku adalah miliknya. Aku ingat bagaimana wajah dingin itu menatapku di ruang tamu. Tatapan itu tak pernah pudar dalam ingatanku. Ya, aku memang sudah di miliki olehnya bahkan saat aku masih berada di dalam perut ibuku.
Sialan sekali.
Bagaimana ceritanya?
Singkat cerita, ibuku mengalami masalah saat melahirkan aku. Dan ayah Gabriel yang merupakan teman ayahku adalah dokter yang berhasil menyelamatkan kami dari kematian saat melahirkanku.
Sebagai imbalan untuk semua itu, ayahnya meminta aku menjadi menantunya saat aku berumur 21. Untuk menikah dengan anak semata wayangnya, Gabriel Abraham Patlers. Pewaris satu-satunya Patlers Group. Sebuah perusahaan tambang minyak terbesar di Amerika. Saat itu Gabriel masih berusia enam tahun. Dan aku baru tau cerita ini tepat seminggu sebelum aku menikahinya.
Hah aku lebih baik mati saja hari itu.
Gabriel menambah temponya, membuatku harus menggigit bibirku karena sakit yang amat sangat. Hei aku tau malam pertama untuk perawan akan sakit. Tapi tak kusangka akan sesakit ini.
Ini gila!
"Aku akan menanamkan banyak benihku di dalam rahimmu, Sayang." dia menatapku tajam dengan sebuah senyum miringnya yang jahat.
Dia mendekatkan wajahnya ke wajahku, hendak mencium bibirku.
Dan aku segera membuang muka, tak ingin melihat wajah itu sama sekali. Tak ingin memberikan ciuman. Dia bukannya tak tampan. Dia bahkan bisa di bilang sangat tampan dengan garis wajahnya yang tegas dan bola mata coklat terangnya, pembawaannya yang dingin, serta tubuhnya yang atletis.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRAPPED
RomanceThe Patlers #1 ( REAGAN & SKY ) [ 21+ ] CERITA INI MENGANDUNG AKTIVITAS SEKSUAL DAN BAHASA VULGAR. HARAP BIJAK DALAM MEMBACA ---------------