Chapter 12 : Aku tak bisa melakukannya

179K 10.4K 265
                                    

Hari minggu masih panjang. Ini masih pukul dua belas siang dan aku masih saja berada di dalam dekapan Reagan, di kamar kami, setelah melakukan percintaan yang kedua kalinya.

Reagan sepertinya memang memiliki kelainan seks. Dia tak berhenti merengek untuk melakukannya lagi. Dan... yah... setelah percintaan di sofa, dia kembali meniduriku di ranjang.

Anehnya aku tak merasa lelah seperti sebelumnya.

"Sayang..."

Aku tak menjawab panggilannya yang menggoda di telingaku. Jantungku hanya tak bisa berhenti berdegup ketika dia mulai menciumi leherku lagi. Dan bayangan tentang sofa membuat pipiku bersemu merah.

"Sayang..."

"Ya."

"Aku mencintaimu."

"Ya."

"Hanya ya?"

"Aku tak tau harus menjawab apa."

"Kau masih mencintai mantanmu itu hm?"

Tentu aku masih mencintai Axel. Batinku. Dan kurasakan tubuh Reagan menegang.

"Apakah dia menghubungiku kemarin?" Aku bertanya.

"Hm."

"Dia—"

"Dia bertanya apa kau baik-baik saja."

"Oh."

"Dan dia masih memanggilmu Sayang."

Axel masih memanggilku Sayang? Mendadak hatiku bergetar. Apakah karena itu Reagan membanting ponselku?

"Keparat tak tau malu."

"Maafkan dia."

"Maafkan dia?" Reagan terkekeh marah."Aku tak tau apa yang akan aku lakukan padanya andai dia kembali menyulut emosiku."

"Tolong jangan lakukan apapun padanya."

"Aku tidak bisa berjanji, Sayang. Aku bisa melakukan apapun pada orang yang berani menyentuh sesuatu yang menjadi milikku. Dan kau itu milikku. Bukan begitu Sky Sayang?"

Ada nada marah yang sangat kental dari nadanya bicara. Aku tau orang seperti apa Reagan ini dan Axel... aku tak ingin Reagan menyakitinya. Sungguh!

"Jawab aku Sayang. Kau itu milikku kan?"

Aku tak ingin menjawab. Dasar gila. Hei siapa yang mau menjadi miliknya? Terserah dia menyatakan aku adalah miliknya atau apalah tapi aku tidak akan mengakui itu.

"Kau tak mau menjawabnya?"

"Tidak."

"Suatu saat kehamilanmu lah yang akan menjawabnya."

Ada hal yang tidak dia ketahui selama ini. Bahwa aku... menelan pil kontrasepsi.

Tanpa cinta, aku tak yakin hubungan ini akan berhasil dan memiliki anak tak semudah itu. Aku tak mau menyeret anakku kelak jika pernikahan ini harus berakhir.

Bagiku, cinta sangat penting.

"Aku ingin istirahat."

"Tapi aku harus mengajarimu bagaimana cara memuaskan suamimu."

Deg.

Perlahan dia membalikkan pundakku hingga berhadapan dengannya. Kilat mata yang nakal terlihat di bola matanya dan senyum tipis itu memiliki arti yang sudah aku pahami.

"Tenang Sayang, tidak sekarang." Kekehnya saat menyadari bahwa wajahku berubah gugup."Aku ingin menunjukkan sesuatu padamu."

"Sesuatu?"

TRAPPEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang