Chapter 7

374 40 0
                                    

Sepulang sekolah Sonia kembali ke rumah dan mengetuk pintu.
Ibunya membuka pintu dan terlihat sangat lelah.

"Ganti baju nia, terus makan. Ibu sudah memasak," sambut ibu dengan senyum

"Baik bu," sonia mengangguk dan ke kamar untuk berganti pakaian.

Sonia melangkah ke dapur dan melihat ibunya yang terlihat menahan kantuk.

"Maaf nia ibu tidak bisa menemanimu makan siang, ibu sangat mengantuk. Kamu makan sendiri ibu akan tidur yah,"ucap ibu menahan kantuk.

Sepulang kerja dia mampir membeli bahan makanan, kemudian tidur sebentar, bangun dan memasak makanan untuknya dan Sonia.
Rosalind sadar kini hidup bersama putrinya harus lebih sering memasak dari pada membeli nasi padang atau warteg.

Sonia paham ibunya mengantuk dan lelah akhirnya mengangguk.

"Iya bu, ibu istirahat saja," ucap Sonia pengertian.
Dia sadar Ibunya bekerja dan tidak tidur semalaman .

Sonia makan dengan tenang,setelah makan dan mencuci piring.
Dia pergi ke kamarnya dan membuka lemari, menatap mukenah yang dulu dia beli bersama neneknya karena akan ada praktek shalat di Sd nya.
Dia ingin shalat tapi sangatlah malas.
Berpikir mulai besok saja shalatnya toh tadi pagi tidak shalat subuh.
Sonia tidak tau meninggalkan shalat termasuk dosa besar.

Tengah malam seperti malam sebelumnya ibunya akan bekerja dan membangunkan Sonia untuk mengunci pintu dari dalam.
Untung saja dia tidur siang jadi tidak terlalu mengantuk.

Berbaring di kasur Sonia akan tidur, berharap tidak akan ada yang mengganggu tidurnya.
Namun harapanya tidak terkabul saat memejamkan kedua matanya, dia merasakan ada sosok disampingnya, membuka mata dan melihat sekitar tidak nampak apapun mendesah lega cuma perasaan saja.

Namun saat memejamkan mata kembali, kedua telinga Sonia berdenging,kedua matanya tidak bisa terbuka.

Tiba-tiba bayangan seperti akan terjadi gempa dan tsunami besar berputar di kepalanya. Kepalanya merasakan berat dan tubuhnya seperti terkunci rapat. Bencana alam dahsyat akan datang namun tubuhnya seakan lumpuh,bahkan kedua matanya tertutup rapat tidak bisa ia buka.

Sonia juga merasakan ada sosok kembali di sampingnya dalam mata terpejam Sonia membayangkan sosok tersebut memakai pakaian serba putih dengan wajah yang tidak terlihat.
Pikiran Sonia sadar tetapi tidak bisa bergerak.
Mengingat pelajaran di sekolahnya, Sonia mengucap tahlil dalam hati.
Mengucap kalimat Laa ilaha illaallah secara berulang-ulang.

Memaksakan diri sampai akhirnya dia bisa membuka kedua matanya.
Melihat sekitar tidak terlihat sosok apapun. Berpikir kejadian yang barusan terjadi disebut ketindihan.
Karena dia tidak ber doa saat akan tidur.

Setelah itu Sonia tidak bisa tertidur.
Setiap memejamkan mata kepalanya tetap berdenging.
Matanya rasanya seperti terkunci dan susah untuk membuka kembali.

Memaksakan tidur tapi belum lama sonia tertidur, terdengar ketukan pintu suara ibunya menyuruhnya untuk sarapan.
Akan tetapi Sonia kembali tidak bisa bergerak, sangat susah membuka mata.

Bibir Sonia seperti terkunci rapat saat akan menjawab ibunya.
Dia terus berusaha sampai akhirnya dia bisa mengucapkan "bu...." Sonia berhasil membuka mata kemudian terduduk, malihat ke pintu kamar masih tertutup rapat dan tidak terdengar suara ibu. Menatap jam di dinding masih jam 2 pagi, dia tersadar ibunya masih bekerja dan baru saja dia mengalami mimpi.

Sonia memaksa diri untuk tidur kembali setelah mengatur alarm jam 5 pagi. Dia berniat bangun lebih pagi untuk melaksanakan shalat subuh.

mengucap kalimat tahlil berulang kali sambil memejamkan mata. Akhirnya Sonia kembali tertidur.

Sonia's Eyes (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang